Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Sorenya, Ayah pulang ke rumah bersama Hasna. Ayah berencana bermalam di rumahnya sambil membicarakan permasalahan yang terjadi.
Usai melakukan kegiatan di rumah bersih-bersih, memasak, dan lainnya. Hasna mandi dan istirahat. Saat sedang duduk dan mengambil ponselnya, ayah berkata.
"Kamu kemarin kenapa pulang cepat dari kantor?" Tanya ayah hati-hati. Hasna duduk tegap, dia mengingat kejadian kemarin saat di kantor.
"Ayah, orang-orang disana kerjanya hanya gosip terus. Panas telingaku dengar, orang ke kantor harusnya kerja! Tapi mereka hanya ghibah in orang. Makanya Hasna memilih pulang setelah pekerjaan Hasna selesai." Jelasnya jujur.
Ayah manggut-manggut paham. "Tapi kenapa sampai pak Desa marah-marah?" Tanya ayah lagi.
Hasna mengangkat kedua bahunya. "Lagi sensi kali dianya yah!" Jawabnya asal. Hasna menjadi kesal mengingat kejadian demi kejadian di kantor. Ada saja hal-hal tidak mengenakkan.
"Nak, pak Desa itu orang tua yang harusnya kamu hormati. Dia juga bos kamu nak!" Nasehat sang ayah pelan tapi penuh penekanan.
Hasna diam mendengarkan nasehat sang ayah. "Ayah harap kamu bisa menghormatinya nak, karena kamu juga kerja dengannya. Biar bagaimana pun dia bos kamu dan dia yang dituakan." Jelas sang ayah.
Hasna mengangguk paham. "Betul itu ayah, tapi kan pekerjaan Hasna sudah selesai. Hasna juga sudah menjelaskan kok kemarin." Ucapnya tetap kekeh dengan pendapatnya.
"Ayah gak tahu saja bagaimana kelakuan mereka, orang tua memang pantas dihormati kalau memang kelakuan baik. Nah kalau selingkuh, cih males deh!" Batin Hasna tidak suka.
Pantang baginya jika ada laki-laki yang tega menyakiti perempuan. Ibunya perempuan, isterinya perempuan, neneknya perempuan. Apalagi selingkuh itu sungguh men ji-jik kan.
"Iya nak, tapi kita juga harus sadar diri siapa kita nak." Ujar ayah Ahmad lagi. Dia paling tidak suka membuat huru hara. "Nak, orang yang mengalah bukan berarti kalah." Imbuhnya.
Hasna diam berpikir, benar juga kata ayah. Dia mencerna setiap nasehat sang ayah. "Baik lah ayah, Hasna akan menghormatinya demi ayah." Ujarnya kemudian.
Ayah Ahmad tersenyum bangga pada putrinya yang mau mengalah. Semua akan ada hikmah-Nya, pikirnya. Tidak berselang lama adzan maghrib berkumandang, Hasna sholat di kamarnya begitu pula dengan ayah Ahmad.
Usai shalat dan membaca kalamullah, Hasna membuka ponselnya. "Kak Hana." Gumamnya pelan lalu membaca pesan tersebut.
"[Assalamu'alaikum ayah, dan Hasna. Aku punya kabar baik nih. Aku hamil!]" Pesan Hana. Hasna langsung bersujud syukur.
"Alhamdulillah.... setelah beberapa tahun menanti akhirnya aku akan menjadi aunty." Gumamnya bangga. Dia memberikan informasi bahagia ini kepada ayahnya.
Padahal Hana mengirimkan pesan di grup keluarga. "[Alhamdulillah, selamat kak bentar lagi jadi ibu]" balas Hasna lambat. Mereka semua bahagia dengan kabar Hana hamil.
"[Berapa bulan kak?]" Tanya Hasna lagi. Mereka komunikasi hingga pukul 22.15 wita.
"[Alhamdulillah tiga bulan de, nanti kalau lahiran kamu kesini ya sama ayah]" ujar Hana merasa sedih mengirim pesan suara.
"[Kakak gak boleh sedih ya! Kan ada Husna disana, ada kak Hasyim dan juga mertua kakak]" balas Hasna melalui pesan.
"[Terharu saja de]" balas Hana sebelum diakhiri oleh Hasna.
"[Kakak istirahat, apalagi kakak hamil harus tetap sehat dan kuat demi kemenakan aku juga]" balasnya semangat. Kemudian Hasna tidur dengan memeluk bonekanya yang menjadi teman tidurnya.
Saat Hana hamil, biasa Hasna mengirimkan uang buat sang kakak. Saat hamil Hana sempat berhenti kerja demi buah hatinya. "[Maaf kak, aku hanya mengirim sedikit saja]" ujar Hasna.
"[Tidak masalah de, itu lebih dari cukup]" balas Hana cepat. Perekonomian Hana dan suami sedang diuji saat Hana hamil. Beruntungnya Hasna sudah kerja dan dapat membantu.
Beberapa bulan kemudian Hasna mendengar sang kakak melahirkan hanya ditemani sang suami. "Tega sekali mertuanya tidak menemani kakakku." gerutu Hasna.
"Kasihan kak Hana melahirkan tanpa kami, apalagi tanpa ibu. Aku pasti akan sedih jika berada di posisinya." batin Hasna mendapat pesan pada kakaknya yang telah melahirkan kemenakan pertama mereka juga cucu pertama ayahnya.
"[Selamat kakakku, aku masih di rumah ini]" ucap Hasna saat terhubung via video call.
"[Makasih adikku, ini kemenakanmu sehat dan sempurna. Alhamdulillah]" jawab Hana tersenyum manis.
"[Kakak fresh ya sudah melahirkan]" celetuk Hasna. Hana tersenyum mendengar celetukan sang adik.
"[Emang harus gimana de? Kan bahagia ada si kecil. Baby H sudah lahir loh]" ucap Hana bangga. Hasna ikut tersenyum bahagia.
"Kakak memang hebat, meski tanpa orang tua dan mertua dia tetap kuat. Sehat-sehat kakakku." doa Hasna tulus. "[Kak, aku mau siap-siap ke kantor dulu ya! Nanti aku akan kesana bersama ayah kalau sudah dapat izin dari kantor]" ucapnya.
Hana mengangguk mantap. Panggilan pun diakhiri. "Husna ke Kota M, jadi kak Hana hanya berdua dengan kak Hasyim." gumam Hasna sambil bersiap pergi ke kantor.
Setibanya di Kantor, Hasna menjalankan tugasnya sebagai bendahara. Terkadang dia harus ke Kota MI untuk pengurusan atau pencairan dana.
Selain itu, dia biasa harus melakukan rapat atau pun pelatihan, baik ke Kantor Camat mau pun ke Kota Provinsi di Kota K. Semua Hasna lalui demi keluarga. "Permisi pak." ujar Hasna masuk ke ruangan pak Desa.
"Masuk, ada apa Hasna?" tanpa menoleh sambil menandatangi berkas yang diberikan oleh pak Sek-des.
"Begini pak. Saya mau izin pekan depan selama satu minggu." ujar Hasna tegas tapi lirih. Pak Adi melepas pulpen di tangannya. Memijat pelipisnya yang berdenyut tiba-tiba.
"Bagaimana pekerjaan kamu?" tanyanya penuh selidik. Bukan hanya pak Desa yang menatap Hasna tapi juga pak Sek-des.
"Sudah selesai semua pak. Tinggal tunggu pencairan dana gelombang dua tapi belum ada kepastian." jawabnya jujur.
"Mau kemana izin seminggu Hasna?" tanya pak Sek-des kepo, Hasna melirik tanpa menjawab. "Wah liburan atau lamaran?" ledeknya karena Hasna diam saja.
"Mau ke Kota P pak, kakakku melahirkan." jawabnya jujur. "Mau lihat kemenakan baru." imbuhnya meyakinkan.
"Baiklah, saya izinkan jika pekerjaan telah tuntas." jawab pak Desa pada akhirnya. Hasna tersenyum senang dan bernafas lega.
"Terima kasih banyak pak. Permisi." ujar Hasna senang keluar dari ruangan pak Desa. Tapi kebahagiaannya tidak dapat terlihat dengan jelas karena dia menyembunyikannya sendiri.
Hasna selalu berwajah biasa saja dan tidak sedih, tidak juga begitu bahagia. Bisa dibilang berwajah datar susah ditebak. Sorenya Hasna pulang dengan ceria dalam hatinya.
"Pulang ke rumah Mami deh, sudah lama gak nginap sana." gumam Hasna membereskan pakaiannya. Lima belas menit kemudian bisa berangkat setelah mandi dan shalat ashar.
Setibanya di rumah Mami, hanya ada Widia. Yusuf pergi mengaji sedangkan Ayah dan Mami ke kebun.
"Kak, bantuin kerja tugasku dong? Bahasa Inggris nih." ujar Widia memelas. Hasna mengangguk setuju! Mereka belajar bersama di ruang tengah. Usai belajar Mami dan Ayah tiba, Hasna sudah memanaskan lauk pauk untuk makan malam.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/