Sinopsis:
Melia Aluna Anderson, seorang manajer desain yang tangguh dan mandiri, kecewa berat ketika pacarnya, Arvin Avano, mulai mengabaikannya demi sekretaris barunya, Keyla.
Hubungan yang telah dibina selama lima tahun hancur di ulang tahun Melia, saat Arvin justru merayakan ulang tahun Keyla dan memberinya hadiah yang pernah Melia impikan.
Sakit hati, Melia memutuskan untuk mengakhiri segalanya dan menerima perjodohan dengan Gabriel Azkana Smith, CEO sukses sekaligus teman masa kecilnya yang mencintainya sejak dulu.
Tanpa pamit, Melia pergi ke kota kelahirannya dan menikahi Gabriel, yang berjanji membahagiakannya.
Sementara itu, Arvin baru menyadari kesalahannya ketika semuanya telah terlambat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Yang Manis
Pagi itu, matahari bersinar lembut di atas kota B, menembus celah-celah tirai kamar Melia. Ia duduk di dekat jendela kamarnya, memandang halaman rumah yang dipenuhi bunga warna-warni. Hatinya terasa tenang, meskipun masih ada luka kecil yang terkadang menyelinap.
Ketukan pelan di pintu kamar membuyarkan lamunannya. “Masuk,” katanya.
Pintu terbuka, dan Gabriel muncul dengan senyuman hangat di wajahnya. Di tangannya, ia membawa nampan sarapan yang dihiasi bunga mawar kecil di tepi piring.
“Selamat pagi, Nyonya Gabriel di masa depan,” candanya, membuat Melia tersenyum kecil.
“Gabriel, aku bisa membuat sarapan sendiri,” balas Melia, meskipun matanya berbinar melihat perhatian kecil itu.
“Tidak hari ini. Hari ini, aku ingin kamu duduk santai dan menikmati hidup. Aku akan mengurus semuanya.” Gabriel menaruh nampan itu di meja kecil di samping Melia.
Melia melihat isi nampan itu, 1roti panggang dengan selai stroberi favoritnya, secangkir teh hangat, dan sepotong kecil kue cokelat. Hatinya menghangat. “Terima kasih, Gabriel. Ini manis sekali.”
Gabriel mengangguk, duduk di hadapannya. “Melia, kebahagiaanmu adalah prioritasku sekarang. Jadi, mulai hari ini, biarkan aku membuatmu tersenyum lebih sering.”
Setelah sarapan, Gabriel meminta Melia bersiap-siap. “Aku punya kejutan kecil untukmu,” katanya dengan nada misterius.
Melia, yang penasaran, akhirnya mengenakan gaun sederhana berwarna pastel seperti yang diminta Gabriel. Saat ia keluar, Gabriel sudah menunggunya di ruang tamu dengan setelan kasual. Di tangan kirinya, ia memegang sebuah keranjang piknik.
“Ke mana kita akan pergi?” tanya Melia sambil menaikkan alisnya.
Gabriel tersenyum. “Kamu akan tahu nanti. Percayalah, ini akan menjadi hari yang indah.”
Mereka naik mobil Gabriel menuju pinggiran kota, melewati jalan-jalan kecil yang dipenuhi pepohonan rindang. Akhirnya, mereka tiba di sebuah bukit yang penuh dengan hamparan bunga liar. Di tengah-tengah bukit itu, ada sebuah pohon besar yang teduh.
“Wow...” Melia tertegun melihat pemandangan itu.
Gabriel membuka pintu mobil dan membantunya turun. “Ini tempat favoritku sejak kecil. Aku ingin membagikannya denganmu.”
Mereka berjalan ke bawah pohon besar itu, dan Gabriel mulai menggelar tikar piknik. Ia mengeluarkan berbagai makanan ringan dan minuman dari keranjangnya, termasuk salad buah, sandwich, dan jus jeruk segar.
“Aku rasa ini terlalu banyak untuk kita berdua,” kata Melia sambil terkekeh.
“Kalau begitu, kita akan duduk di sini sampai semuanya habis,” jawab Gabriel santai.
Selama piknik, Gabriel bercerita tentang masa kecilnya, tentang mimpi-mimpinya, dan juga tentang alasan mengapa ia jatuh cinta pada Melia. Cara Gabriel berbicara membuat Melia merasa dihargai dan dicintai.
“Melia, aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah berhenti berusaha membuatmu bahagia,” kata Gabriel tiba-tiba.
Melia menatapnya, terharu. “Kamu sudah membuatku bahagia, Gabriel. Aku merasa... lebih baik sejak kamu ada di sisiku.”
Gabriel menggenggam tangan Melia dengan lembut. “Itu janji, Melia. Tidak peduli seberapa sulit hidup ini, aku akan selalu ada untukmu.”
📍 Toko Bunga
Setelah piknik, Gabriel membawa Melia ke toko bunga kecil di kota. “Pilih bunga favoritmu,” katanya.
Melia menunjuk bunga lili putih yang tersusun rapi di etalase. Gabriel segera membelinya dan menyerahkan buket itu pada Melia. “Lili putih untuk Melia, karena kamu adalah cahaya yang membuat hidupku lebih indah,” ucapnya sambil tersenyum.
Melia tersipu, memeluk buket itu erat-erat. “Kamu terlalu manis, Gabriel.”
“Kamu layak mendapatkan semua hal manis di dunia ini,” jawab Gabriel.
Di perjalanan pulang, Gabriel memutar lagu-lagu favorit Melia di mobilnya, membuat suasana semakin menyenangkan.
Sesampainya di rumah, Gabriel melakukan hal kecil lainnya yang membuat Melia tersenyum—ia membantu Melia menyusun bunga lili itu di vas favoritnya, sambil sesekali melontarkan lelucon ringan.
📍 Restoran
Saat malam tiba, Gabriel mengajak Melia keluar lagi. Kali ini, ia membawa Melia ke restoran rooftop yang menawarkan pemandangan kota B yang indah.
Restoran itu dihiasi lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip seperti bintang. Di meja mereka, ada lilin-lilin yang menyala lembut, menciptakan suasana romantis.
“Aku tidak tahu kamu bisa se-romantis ini,” goda Melia sambil tertawa kecil.
“Untukmu, aku akan belajar apa saja,” jawab Gabriel serius.
Mereka menikmati makan malam dengan penuh tawa dan obrolan ringan. Gabriel terus memastikan bahwa Melia merasa nyaman dan bahagia sepanjang waktu.
Ketika makan malam selesai, Gabriel mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. “Aku tahu kita sudah bertunangan, tapi aku ingin memberikan ini untukmu.”
Melia membuka kotak itu dan menemukan sepasang anting berlian yang sederhana namun elegan. “Gabriel... Ini terlalu berlebihan,” katanya, matanya berkaca-kaca.
“Tidak ada yang berlebihan untukmu, Melia. Kamu pantas mendapatkan segalanya,” jawab Gabriel.
Melia menerima hadiah itu dengan senyuman hangat. Ia merasa hatinya perlahan-lahan sembuh, dan Gabriel menjadi alasan besar di balik kebahagiaannya.
Saat mereka pulang ke rumah, Gabriel membantu Melia turun dari mobil, seperti seorang pangeran yang menjaga putrinya.
Sebelum mereka masuk ke dalam rumah, Gabriel berhenti dan memegang tangan Melia. “Melia, aku tahu perjalanan kita tidak akan selalu mudah, tapi aku ingin kamu tahu satu hal.”
“Apa itu?” tanya Melia pelan.
“Aku mencintaimu, Melia. Dan aku akan selalu mencintaimu, tidak peduli apa yang terjadi.”
Melia tersenyum, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. “Terima kasih karena selalu ada untukku.”
Malam itu, Melia tidur dengan hati yang penuh kebahagiaan. Gabriel telah menunjukkan bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang tindakan kecil yang membuat seseorang merasa dicintai setiap hari.
To Be Continued...