Terikat Kesalahan Gus Zayn

"Kak Zayn pulanglah!" Alexa menyuruh Zayn untuk pulang.

"Kenapa? Ini hari sabtu, aku free hari ini. Lagi pula aku harus makan dulu untuk mengisi energi yang kau habiskan semalam." Alexa melotot, matanya bahkan membola saat mendengar kalimat vulgar dari seorang Gus itu.

"Aku lapar." Zayn berjalan dengan gontai ke ruang makan. "Memberikan tamu hidangan paling baik adalah sunah dan di anjurkan oleh rasulullah. Tapi tidak untuk hidangan yang semalam Alexa, jangan sampai kau melakukan hal liar seperti semalam kepada pria selain aku." Aneh sekali Alexa akan Zayn, namanya di larang dan di haramkan pasti untuk semua orang. Tapi mengapa Zayn mengecualikan dirinya.

"Kau pikir aku melakukan hal itu untuk menjamuku sebagai tamu?' Alexa memutar maniknya malas.

"Tamu. Tak sekalian kau menyebutku pelanggan. Hehehe." Zayn terkekeh dengan renyah, ia merasa lucu atas kalimat Alexa.

Zayn memperhatikan cara Alexa berjalan yang menurutnya lebih mirip seperti se ekor pinguin.

"Alexa jalanmu aneh. Apa yang terjadi?" Zayn heran dengan dirinya sendiri, ia merasa dirinya sangat mesum.

"Menurutmu?"

Zayn tak menjawab, ia hanya tertawa saja.

Sudah terhidang sarapan di meja makan berupa nasi putih dan beberapa jenis makanan lainnya. Alexa dan keluarganya sudah terbiasa memakanan yang berat di pagi hari.

Zayn makan lebih dulu tanpa menunggu Alexa yang masih berdiri di tempatnya. Tak ada sesiapapun di sana, entah kemana bibi yang bekerja di rumah Alexa, mungkin tengah pergi untuk berbelanja mingguan pikir Alexa.

Alexa turut mendudukan bokongnya di kursi yang berhadapan langsung dengan Zayn. Mereka makan bersama dalam keheningan, makanannya cukup enak membuat Zayn menambah beberapa kali.

"Laper apa doyan?" sindir Alexa.

"Keduanya mungkin." Zayn melanjutkan makannya dengan lahap. Tenaganya terkuras habis semalam, sehingga ia membutuhkan banyak nutrisi untuk memperbaharui energinya.

Selesai makan Zayn berniat pulang,

Zayn sudah pamit pada Alexa, dan sudah sampai di teras rumah, Zayn menghentikan langkahnya saat melihat mobil yang tengah di parkirkan seseorang. Zayn tau itu mobil milik Adam.

Zayn segera memutar balik langkahnya menuju ke dalam rumah. "Kenapa balik lagi?" Alexa bertanya tak senang.

"Ada Adam. Masuk ke kamarmu! Jangan menemuinya dengan memarkan tanda kepemilikan yang ku ciptakan." Zayn mendorong Alexa menuju tangga, berharap Alexa menurut padanya.

"Apa?"

"Tanda? Jadi sejak tadi aku mempertontonkannya?" Alexa menutup lehernya menggunakan kedua belah tangannya. "Kenapa baru memberitahuku?" Alexa kesal karna Zayn baru mengatakannya sekarang, itu artinya sejak tadi Zayn melihat semua tanda itu.

"Aku hanya tidak ingin orang lain melihatnya."

"Kau sejak tadi melihatnya bukan? Mengapa baru bilang sekarang?" Alexa segera menaiki undakan anak tangga, percuma berdebat dengan Zayn, pria itu memiliki 1001 alasan untuk tetap menyangkal.

Alexa mencari syal di lemari miliknya, tapi ia tidak menemukannya, Alexa bahkan lupa apakah ia memiliki syal atau tidak. Akhirnya ia memilih ke kamar adiknya Alisa, siapa tau Alisa memiliki syal. Sayang sekali Alexa tak menemukan syal di lemari adiknya, tak ingin mempermalukan dirinya sendiri Alexa mengambil asal jilbab segi empat, yang ia lipat menjadi bentuk segi tiga. Alexa juga menggulung dan mengikat rambutnya kemudian membalutnya dengan hijab berwarna merah bata.

Alexa terlihat sangat cantik dengan balutan hijab yang masih ia apit menggunakan jemari tangannya. Alexa membawa peniti di tangannya. Ia tak bisa menggunakan peniti itu di hijabnya, kalah dengan Alisa yang pandai menggunakan peniti maupun jarum pentul.

Saat menuruni tangga Alexa sudah melihat Zayn dan Adam yang hanya saling diam.

Alexa hampir saja kelepasan ingin menghampiri Adam untuk meminta tolong memasangkan peniti di bawah dagunya. Untung saja ia sadar jika maksudnya memakai kerudung untuk menutupi bekas tanda merah di lehernya. Sehingga Alexa berjalan menuju ke arah Zayn.

"Kak Zayn. Tolong pasangkan peniti ini." Alexa menyerahkan peniti di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya mengapit kerudung di dagunya.

Zayn tak langsung bereaksi. Alexa terlihat berkali-kali lebih cantik jika mengenakan hijab, tapi jika boleh jujir banget sih Alexa lebih cantik tanpa mengenakan apapun. Mulai lagi si Zayn.

Zayn merai peniti itu dan mendongakan wajah Alexa, sedangkan wajahnya sedikit menunduk. Adam yan juga berada di sana menatap tak suka ke arah keduanya. Tapi untuk marahpun Adam tak memiliki wewenang.

"Tiup!" Maksud Zayn berkata demikian agar Alexa meniup pinggiran kerudung yang berada di atas keningnya, tapi Alexa mslah meniup ke arah depan.

"Huhh." Alexa meniup wajah Zayn yang berada di hadapannya. Membuat Zayn meremang seketika, tidak tau diri sekali Xayn ini, hanya dengan satu tiupan miliknya langsung on fire.

"Maksudku yang di tiup kerudungnya bukan wajahku." Zayn menyentuh ujung kerudung di atas kepalanya.

"Oh, aku tidak tau." dengan telaten Zayn memasangkan peniti hingga terpasang sempurna.

Setelah selesai Alexa mempersilahkan Adam untuk duduk.

"Ada hal apa yang membawamu sampai kemari?" Alexa berujar sinis. "Apakah waktumu sangat senggang sehingga bisa berkunjung ke rumah wanita lain." Alexa enggan menyebut dirinya sebagai seorang gadis, karna pada kenyataannya ia sudah bukan gadis lagi.

"Alexa, aku mohon maaf atas kejadian semalam."

"Sudah ku maafkan. Silahkan pergi aku ingin istirahat." Alexa tidak bohong dirinya memang ingin istrirahat, mumpung ngampusnya lagi libur.

"Alexa mengapa memblok semua hal dariku." Adam berkata pelan.

"Perlu ku hawab?" Adam malah mengangguk.

"Bagiku melenyapkan semua tentang mantan memang wajib kublakukan. Itu bagian dari upayaku membunuh setiap rasa yang pernah tumbuh." Ujar Alexa.

"Aku keberatan Alexa, kita masih bisa berteman." Adam tak ingin menyerah begitu saja.

"Hatiku tidak selapang itu untuk menjalin pertemanam dengan mantanku, tidak ada pertemanan bagi kita." Alexa berdiri.

"Kak Zayn jika kau mau pulang tutup pintunya aku ingin istirahat." Alexa memasuki kamar terdekat. Terus terang saja melihat Adam berada di sana perasaannya ingin memeluk tubuh Adam, dan mengutarakan kerinduannya. Namun masalah mereka tidak sesederhana itu. Hubungan mereka sudah berakhir.

"Zayn sedang apa kau di sini pagi-pagi begini?" Adam menyipitkan matanya ia curuga terhadap Zayn.

"Bukan urusanmu! Pulanglah!"

"Kau tentu tau batasan bukan, tentang menjalin kedekatan dengan seorang gadis?" Tanya Adam Sarkas, ia seakan ingin menyadarkan Zayn siapa Zayn selama ini. Tidak tau saja Adam jika Zayn sudah melewati setiap batasan dengan wanita kesayangannya.

"Kau tidak usah mengkhawatirkan aku. Khawatirkan dirimu sendiri! Apa jadinya jika Alexa di nikahi pria lain." Zayn beranjak dan menyeret Adam keluar rumah. Zayn juga menutup pintu sesuai ke inginan Alexa.

"Kita harus pulang yang punya rumah tidak mau di ganggu." Zayn memasuki mobilnya setelah memastikan Adam memasuki mobilnya, mereka pulang bersama-sama.