Andai hanya KDRT dan sederet teror yang Mendung dapatkan setelah menolak rencana pernikahan Andika sang suami dan Yanti sang bos, Mendung masih bisa terima. Mendung bahkan tak segan menikahkan keduanya, asal Pelangi—putri semata wayang Mendung, tak diusik.
Masalahnya, tak lama setelah mengamuk Yanti karena tak terima Mendung disakiti, Pelangi justru dijebloskan ke penjara oleh Yanti atas persetujuan Andika. Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.
Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—selaku pria dari masa lalunya yang kini sangat sukses, datang. Selain membantu, Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, juga mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka yang sempat kandas di masa lalu, meski kini mereka sama-sama lansia.
Masalahnya, Salman masih memiliki istri bahkan anak...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Empat
“Ndung, aku tahu untuk urusan hubungan kita, kamu sangat ragu. Apalagi statusku masih suami orang.”
“Kamu selalu jadi menyikapiku dengan berbeda di setiap aku bahas hubungan kita.”
“Aku dan istriku tidak lebih dari status, Ndung. Awalnya kami terikat kesepakatan, tapi sekarang dia tidak mau pisah.” Salman menjadi merasa berat. Ucapannya pun jadi tidak bersemangat.
Sambil menunduk dalam, Mendung berkata, “Kalian sudah punya anak. Membiarkan kamu membantuku saja, bagiku ini sudah sangat fatal. Bagaimanapun keadaannya, kedekatan kita termasuk sederet bantuan yang kamu berikan, semua ini sungguh tidak akan bisa dibenarkan, Mas.”
“Jadi tolong, jika memang dia sudah menjalankan perannya dengan baik, tolong cintai dia juga. Jangan pernah kamu melukai maupun meninggalkannya hanya demi cinta kita yang belum tersampaikan.”
“Karena tanpa harus menikahi pun, aku percaya kamu tulus kepadaku.”
“Jadi setelah ini, setelah misiku kepada Yanti selesai. Tolong sudahi kebersamaan kita. Kembalilah kepada istri dan anakku.” Mendung mengakhiri ucapannya dengan suara tercekat di tenggorokan.
“Aku tidak punya alasan untuk kembali lagi ke mereka,” ucap Salman.
Balasan putus asa Salman, membuat Mendung menoleh sekaligus menatapnya. “Tolong, jangan membuatku menjadi wanita seperti Yanti.”
“Aku tidak pernah melakukan itu kepadamu. Aku dan istriku menikah di atas kesepakatan karena saat itu dia sedang hamil!” tegas Salman menatap Mendung penuh keseriusan, meski ia melakukannya untuk beberapa saat. Sebab ia harus kembali fokus kepada kemudinya.
“Dia terus berusaha bunu h diri. Dia terus mengancamku bahkan sampai sekarang!”
“Dia begitu karena dia tidak mau anak kalian terlantar. Tidak semua orang bisa memperjuangkan nasib maupun cintanya dengan cara baik-baik apalagi manis. Apalagi jika keadaannya seperti istrimu saat itu.” Meski berucap tegas, Mendung melakukannya dengan suara yang tetap lirih sekaligus tertata.
Mendung masih bisa mengontrol emosi, meski cerita dari Salman membuat darahnya naik. Sebagai sesama wanita, Mendung tidak sepenuhnya menyalahkan tindakan istri Salman di masa lalu. Karena bisa jadi, sebelum melakukan tindakan serba nekat, sebenarnya istri Salman juga sudah melakukan cara baik-baik.
“Kamu percaya itu anakku?” ucap Salman heran.
Mendung tidak menjawab. Dahinya berkerut seiring dirinya yang jadi tidak bersimpati lagi kepada Salman.
“Sampai detik ini, aku berani bersumpah, bahwa aku tidak pernah menyentuhnya. Itu anak laki-laki lain. Namun karena dia anak pemilik PH aku bernaung ... dulu aku terpaksa menikahinya!”
“Aku tidak pernah menyentuh wanita manapun. Karena sampai detik ini, aku masih memegang teguh janji kita!” Salman yang sempat emosional, berangsur menghela napas pelan beberapa kali. “Sori, ... aku enggak bermaksud ... aku enggak bermaksud bentak kamu.”
“Jadi, ... pernikahan macam apa yang sebenarnya mas Salman jalani? Hm ... mengurus masalahku saja sudah pusing. Namun sepertinya, hubungan mas Salman dan istrinya justru lebih ruwet dari mencari jarum di antara tumpukan jerami,” pikir Mendung. Ia membiarkan tangan kiri Salman mengelus-elus punggung kepalanya beberapa kali.
“Ya ampun ... perasaanku jadi enggak enak banget. Antara khawatir dan memang kasihan ke mas Salman. Juga ... kasihan kepada Pelangi maupun diriku sendiri. Kuat ... aku harus kuat! Aku harus kembali fokus membalas Yanti!” batin Mendung berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Namun tiba-tiba saja hati kecil Mendung memintanya untuk memperhatikan Salman. Sebab pria yang tak lagi disertai aroma roko k di sebelahnya itu juga ia yakini menyimpan luka serius.
***
Sekitar sepuluh menit kemudian, mobil Salman berhenti di kantor sekaligus gudang penampungan sapu lidi dan juga sapu ijuk milik Yanti. Salman bilang, di sana menjadi tempat tinggal baru Yanti dan Andika. Selain itu, sebenarnya semua usaha yang membuat Yanti jadi janda kaya raya, merupakan peninggalan suami Yanti.
Ternyata selain menyediakan ramuan permintaan Mendung dan telah Mendung kantongi di saku celana kulot hitamnya. Salman juga sudah membawa aneka makanan bawaan. Ada dua kantong berukuran besar yang Salman bawa dan keduanya Salman tenteng sendiri.
“Jangan jauh-jauh dari aku,” ucap Salman menunjukan sikap posesifnya kepada Mendung.
Karena Mendung tidak merespons dan hanya melangkah anteng di belakangnya, Salman sengaja balik badan. “Kamu enggak tanya kenapa aku memintamu buat jangan jauh-jauh dari aku?” sergah Salman.
Mendung menatap bingung Salman. Apalagi kini saja, ia sudah menuruti arahan Salman, yaitu agar dirinya tidak jauh-jauh dari pria itu.
“Ndung ...?” sergah Salman memelas.
“Kenapa sih, Mas? Kok ... Mas malah ... jadi tantrum?” balas Mendung jujur. Karena itu juga yang ia rasakan pada perubahan sikap sekaligus emosi Salman.
Bagi Mendung, Salman yang sudah sepantasnya memiliki cucu itu, mendadak tantrum dan kembali mirip bocah.
“Masa kamu enggak ngerti? Aku cemburu banget ke Andika. Jadi nanti, kamu jangan jauh-jauh dari aku!” lirih Salman masih belum bisa menyudahi trantrumnya.
Mendengar itu, Mendung berangsur menghela napas pelan sekaligus dalam. Kemudian, ia juga menelan cairan yang memenuhi tenggorokannya. “Ya Allah Mas, ... ngapain juga Mas cemburu, sementara kemarin, aku dengan sadar menikahkan Yanti dengan Andika? Aku beneran sudah mati rasa kepadanya, semenjak dia dengan teganya memenjarakan Pelangi!”
Tanpa berkomentar, Salman yang menyimak serius balasan Yanti, berangsur mengangguk-angguk. Baginya, balasan yang ia terima dari Mendung sudah lebih dari cukup. Ia lanjut melangkah sekaligus memimpin langkah. Pintu kantor menjadi tujuannya karena kantor di sana mirip rumah pada kebanyakan.
Teras kantor juga layaknya teras rumah pada kebanyakan. Yang membedakan keadaan di sana, hanya papan keterangan rumah dan juga gudang besar penampung sapu lidi maupun ijuk di sana.
Sebenarnya, ini kali pertama Mendung ke sana, meski lokasinya masih satu kecamatan dengan keberadaan rumahnya. Selain itu, diam-diam Mendung juga yakin. Bahwa semenjak bekerja di sana, hubungan Andika dan Yanti dimulai. Beberapa laporan dari tetangga yang juga bekerja di sana menyebutkan. Bahwa Andika yang sempat menjadi sopir antar barang di sana, menjadi sopir plu*s plu*s Yanti. Kejadian tersebut diperkirakan terjadi semenjak tiga hari dari Andika bekerja di sana. Saat itu Mendung sengaja tak menanggapi, menganggapnya sebagai angin lalu. Mendung juga tak membahasnya lebih lanjut, setelah Andika menepis kabar tersebut.
“Brakkk ... braaakkk ... brakkkk!”
Mendung dibuat terkejut dengan kelakuan Salman kali ini. Karena alih-alih mengetuk pintu menggunakan tangan. Salman malah menggunakan kaki dan melakukannya dengan brut al.
“Mas ... kalau gini caranya, yang ada kita enggak diizinkan masuk," lembut Mendung berusaha menyudahi keburtalan Salman.
“Enggak apa-apa. Kepadaku, Yanti enggak akan berani!” yakin Salman. Namun karena Mendung sudah mengambil alih dan mengetuk dengan santun, sebelum akhirnya wanita itu juga menekan bel di sebelah pintu. Salman memutuskan untuk berhenti menendang pintu.
Akankah misi mereka membubuhi cairan ma ut ke kosmetik Yanti berhasil?