Satu ibu bisa membesarkan beberapa orang anak tapi belum tentu beberapa anak bisa membesarkan satu orang tua.
Ibu Yarni mempunyai enam orang anak, empat laki - laki dan dua orang anak perempuan. Ia wanita yang kuat bisa membesarkan keenam anaknya tanpa adanya seorang suami.
Suaminya meninggal saat penyakit yang menggerogotinya tidak bisa lagi di sembuhkan karna keterbatasan ekonomi.
Keenam anaknya alhamdulilah bisa sukses tapi lima dari anaknya mulai menjaga jarak, hanya anak bungsu yang selalu setia berada disampingnya.
Bagaimana kisah kehidupan bu Yarni selanjutnya? Apakah ia akan bisa berkumpul kembali bersama anak - anaknya atau tidak sama sekali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Yarni dan si bungsu sudah pulang dari mesjid tapi belum ada tanda - gandapura dan putrinya bangun. Yarni meletakan mukenah dan sajadahnya lalu membantu si bungsu menyiapkan sarapan.
"Kita masuk apa,mak?" tanya si bungsu.
"Yang gampang aja, Nasi goreng aja."
Yarni dan Si bungsu berkutat di dapur berdua. Memasak nasi goreng lebih mudah dan simpel. Tidak cukup tiga puluh menit semua masakan sudah terhidang di meja makan termasuk teh hangat.
Karna wangi mas kan saru persatu putra dan putrinya terbangun dan langsung menuju meja makan.
"Mak masak apa?" tanya Aldi.
"Liat aja sendiri di meja." suara Yarni masih ketus.
"Kayanya enak nih." kekeh Aldi mau menyendok nasi tapi ditahan Yarni.
"Bangunin abang - abangmu dulu, kita sarapan bareng -bareng. " tegur Yarni.
"Iya,mak." denagn hati dongkol Aldi membangunkan abang - abangnya dan kembali kemeja makan.
Semau sudah berkumpul dan menikmati sarapan masing - masing.
"Mak kok membangun aku sih?"tanya Dezi.
"Udah besar , Udah tau waktu. Ga perlu di bangun orang tua. " jawab Yarni ketus.
Semua tidak ada yang berani bertanya kembali, diam seribu bahasa hingga sarapan selesai.
"Kakak, bantuin adeknya mencuci piring." perintah Yarni pada nak gadisnya yang satu lagi.
"Tapi mak, aku ga mau kuku - kuku yang cantik nantinya rusak." bantah si kakak.
"Pemalas, jika ga mau bantuin adeknya mulai nanti siang ga usah makan masakan mak" uajr Yarni tegas dan sedikit mengancam.
"Baik mak." nyali si kakak langsung ciut mendengar ancaman ibunya.
Si kakak terpaksa membantu adiknya tapi bukanya membantu malah ngerepotin si bungsu. Dasar pemalas sudah di rumah. Dari dulu semua begitu memanjakan si kakak makanya jadinya seperti ini.
"Cuci semaunya sama kamu,kakak ga mau kuku - kuku kakak rusak kena sabun cuci piring." uajr si kakak.
"Alaaah bilang aja malas, Udah gede tapi ga bisa ngapa - ngapain. Maknya hidup itu ga usah sok - sok manja gitu. Nanti kalau udah berumah tangga baru tau rasa. " celetuk si bungsu karan kesal.
"Kamu...." hampir aja tangan si kakak melayang tapi di urungkan saat si bungsu menatap kakaknya tajam tanpa berkedip. Tidak ada rasa takut sama sekali seperti dulu. Kini ia sudah berani berkat mak.
Si kakak pergi begitu saja meninggalkan si bj gus tanpa berkata sepatah katapun. Si bungsu memberitakan saja kakaknya pergi walau pekerjaan belum selesai. Sebenarnya lebih baik ia mengerjakan sendiri dari pada bekerja dibantu sang kakak.
Selesai membereskan semuanya si bungsu lalu beralih mencuci pakaian uang sudah menumpuk. Ia memasukkan semuanya ke mesin cuci karan ia malas mencuci dengan tangan.
Peluh membanjiri tubuh si bungsu. Lelah itu sudah pasti, semua ia yang mengerjakan sendiri. Kalau boleh ngomong ingin rasanya ia meminta kakak dan abang - abangnya sesekali membantu meringankan beban pekerjaannya.
Si bungsu lebih senang jika rumah sepi,jadi beban pekerjaan tidak terlalu banyak. Meminta bantuan ibunya rasanya tak mungkin. Kasihan tubuh tuanya harus melakukan pekerjaan rumah.
"Baju kakak kok belum kamu gosok sih." tiba - tiba si kakak berteriak memarahi si bungsu dengan membawa sehelai baju yang hendak kenakan hari ini.
"Kakak punya tangan kan, nah kerjakan sendiri. Aku bukan babu kakak, ok." jawab si bungsu pedas.
"Biasanya juga kamu,kenapa sekarang kamu berubah?" tanya kakak yang juga belum sadar diri sampai sekarang.
"Sekarang luar biasa,udah ah aku capek. Pekerjaanku masih banyak, setrika aja sendiri sono." usir Si bungsu sambil menyembur pakaian.
Si kakak menghentkakan kakinya pertanda kesal membuat si bungsu tersenyum. Karna malas berdebat si kakak pergi meninggalkan si bungsu dengan perasaan dongkol.
...****************...
Pagi kk, thor up lagi ya. Terimaksih sudh menunggu dan terimaksih supportnya kk Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak biar thor makin semangat melanjutkan bab berikutnya 😊😘😘🙏🙏🙏