Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 Moonlight yang hancur
"Tapi tuan , bagaimana dengan pertemuan jam delapan ?
Maxsim memicingkan matanya ." kamu tidak dengar dengan apa yang aku katakan ? Apa kamu ingin aku bekerja terus semalaman ? Ini sudah malam orang gila mana yang terus bekerja sampai semalam ini ?"
Setelah mengatakan itu Maxsim segera meninggalkan Rey yang masih diam mematung di tempatnya . Raut wajah sekretaris itu sungguh buruk dan tampak tak percaya .
(Tuan bukankah anda sendiri yang meminta pertemuan di lakukan jam delapan malam ? Tapi kenapa sekarang seolah itu semua adalah kesalahan saya sebagai sekretaris anda?) batin Reymond .
***
"Tuan , Anda pulang?" Bi Indah berlari dari belakang . Setelah mendengar bunyi klakson mobil yang akrab . Dia segera meninggalkan pekerjaan nya untuk memastikan , apakah itu benar suara mobil tuannya yang pulang .
Ternyata benar .
"Dimana Anggita ?" tanya Maxsim sambil mengedarkan pandangannya .
"Nyonya lembur di kamar tuan . Sudah beberapa hari ini Nyonya sangat sibuk . Sepertinya mendapat tugas baru dari kantornya ."
Maxsim langsung naik ke lantai atas , dia penasaran dengan tugas apa yang sedang di kerjakan oleh istrinya hingga begitunya dia tidak mempedulikannya .
Namun saat dia sampai di kamarnya , Maxsim melihat Anggita tertidur di meja kerjanya dengan laptop yang masih menyala .dengan keadaan kamar yang berantakan dengan barang yang berserakan , termasuk berkas berkas dan beberapa map .
Maxsim mengintip apa sebenarnya yang sedang di kerjakan oleh istrinya , hingga dia melihat map yang berasal dari perusahaan nya , kemudian mata Maxsim menyipit sambil memungut beberapa kertas dari meja Anggita .
"..?..."
Maxsim meletakkan kembali berkas itu lalu beralih menatap laptop melihat project dan di kerjakan Anggita . Tampak sebuah tabel beberapa kolom yang di tandai .
Satu menit kemudian Maxsim mematikan laptop Anggita dan membereskan berkas berkas dan map yang ada di meja Anggita .
Pagi menjelang , Anggita bingung mendapati keadaan dirinya .
" Aku ingat , kemarin malam aku masih berada di meja kerjaku dan ketiduran . Tapi kenapa aku bisa terbangun di tempat tidur ?." gumam Anggita saat dirinya terbangun pagi tadi .
Karena Anggita masih yakin kalau dirinya semalam masih duduk di meja kerjanya .dan semua barang barang juga masih berantakan , tapi saat pagi bangun semua sudah tertata rapi , dan laptopun sudah dalam keadaan mati .
Anggita sempat berpikir kalau Bi indah yang melakukan . Tapi saat di tanya Bi indah bilang tidak melakukan , semenjak mengantar teh dia tidak ada datang lagi ke dalam kamar .
"Apa mungkin aku mengigau , dan melakukan semuanya sendiri dalam keadaan tidur ?." batin Anggi sambil bergidik ngeri ketika memikirkan hal itu . Sungguh menyeramkan jika dirinya benar benar mengigau tengah malam .
"Anggita , Pak Narendra menelponmu! ." suara cempreng Rosa mengejutkan yang sedang melamun .
Anggita terkejut seperti baru bangun dari mimpi , dia menatap tajam ke arah Rosa seperti berusaha mengingatkannya .
"Lihat Pak Narendra sudah menghubungimu dua kali .kamu yakin tidak mau mengangkatnya ." jelas Rosa .
Anggita mengalihkan tatapan nya dan mengangkat telpon dari Pak Narendra .
"Halo Pak Narendra , maaf baru bisa mengangkat ....
"....."
"..? Bajk , saya akan ke sana ." setelah beberapa kalimat Anggita menutup teleponnya . Rosa masih menatapnya dengan heran .
"Tidak biasanya kamu melamun saat bekerja ." ucap Rosa .
Anggita tertawa lirih sambil melambaikan tangannya ."Aku harus ke ruangan Pak Narendra Bay ..."
Anggita mengabaikan pernyataan Rosa . Tidak mungkin kan dia menceritakan apa yang terjadi semalam padanya . Bisa bisa Rosa menjadikannya bahan untuk mengoloknya .
"Cantik cantik tukang ngigau kan jadi berabe "
***
Setelah bertemu dengan Pak Narendra dan mendiskusikan beberapa hal , Anggita tidak lupa untuk menyampaikan penemuannya tentang dugaan kecurangan pada laporan yang diserahkan manajemen .
Pak Narendra yang sudah berpengalaman tentu saja bisa mendeteksinya juga , tapi karena ini berhadapan dengan Bridt And Meeting , dia bingung bagaimana harus mengambil keputusan .
"Anggita ,bagaimana kalau kita berpura pura tidak tahu saja ? Khawatirnya jika kita mempublikasikannya , hal ini hanya akan mencelakai kita " usul Pak Narendra .
Anggita diam sejenak mendengar usul Pak Narendra ." tapi Pak jika kita menutupinya , lalu sewaktu-waktu terbongkar . Nama Moonlight yang akan hancur . Dampak ini akan lebih parah dari pada harus menangung konsekuensi dengan mempublikasinnya ."
Jawaban Anggita membuat Pak Narendra bigung . Sebagai auditor tentu saja punya kewajiban untuk menyampaikan kecurangan atau kesalahan yang di temukan dalam proses audit .
Melihat Pak Narendra tidak juga memberikan jawaban ,Anggita kembali bicara .
"Jika Pak Narendra memberi saya kepercayaan untuk menyelesaikan kasus ini . Saya akan melakukannya dengan baik dan sebisa mungkin tidak melibatkan Moonlight ."
Tentu saja hal ini baik untuk Moonlight , Pak Narendra dapat melihatnya .Namun sebagai perusahaan profesional bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal picik seperti itu.
"Saya percaya padamu Anggita , kamu dapat melakukan apapun dan Moonlight tidak akan mundur . Jika Moonlight ada di belakangmu ." tegasnya
Anggita mengangguk haru ." Terimakasih atas kepercayaan Pak Narendra kepada saya ."
"Seharusnya saya yang harus berterimakasih . Karena kamu sudah sangat loyal pada perusahaan .kamu tudak pernah mengecewakan saya . Saya jadi malu setelah mengatakan hal itu ." ucapnya .
Sebagai seorang auditor senior dia malah menyarankan hal yang menyimpang . Beruntung anggita mempunyai tekad yang kuat sehingga menyadarkannya agar tidak membuat keputusan yang dapat menghancurkan nama baik perusahaan sendiri .
"Setelah ini apa yang akan kamu lakukan ." tanya Pak Narendra .
"Rencananya saya akan membuat jadwal
bertemu dengan Direktur joni untuk bertemu , dan mengkonfirmasikan masalah ini ."
"Ok saya bantu atur tempat sementara , kamu pergi hubungi Direktur Joni ."
Anggita segera meninggalkan ruangan pak Narendra , kemudian menghubungi Direktur Joni selaku perwakilan dari Birdt And Meeting .
Namun beberapa kali menghubungi Direktur Joni benar benar sibuk sehinga tidak bisa mengangkat teleponnya . Sekali berhasil menghubungi Direktur Joni punya waktu tiga hari kemudian .
Mau tidak mau Anggita harus menunggu tiga hari kemudian untuk bertemu .
***
"Direktur Joni , sepertinya anda sangat sibuk belakangan ini . Kami saja yang ingin bertemu dengan Anda harus menunggu tiga hari ." ucap Anggita pada pria paru baya yang ada di depannya .
Jika seminggu yang lalu Anggita hanya bisa bertemu dengan sekretarisnya . Sekarang Direktur Joni datang berdua dengan sekretarisnya . Begitu juga Anghita yang datang di dampingi oleh Sinta dalam pertemuan siang ini .
"Maaf telah membuat repot . Tapi sebagai seorang Direktur saya benar benar sibuk dan baru punya waktu sekarang ." jawab Direktur Joni .
"Tapi membicarakan hal ini , Moonlight mengerjakannya lebih cepat dari bayangan saya . Saya penasaran bagaimana perkembangannya ." tambah Direktur Joni .
Anggita mengkode pada Sinta untuk mengeluarkan berkas yang di bawanya .
"Silahkan Direktur Joni , anda lihat sendiri . Saya sudah memberikan tanda khusus agar Direktur Joni mudah menemukannya ." ucap Anggita .
Direktur Joni yang mendengarnya sontak mengerutkan keningnya . Dia melihat berkas itu dengan seksama , lalu secara bertahap raut wajahnya berubah .