" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Soraya hampir tak mencolek sama sekali makanan yang ada di piringnya. Kendra bahkan sudah bertanya berkali-kali apakah makanannya tidak enak? Ataukah Soraya sedang sakit? Apa sedang banyak pikiran? Tapi Soraya hanya tersenyum dan menggeleng untuk menjawab pertanyaan Kendra.
Jordan, pria itu tak mungkin menolak makanan dan menatap Soraya seolah memohon maaf kan? Apalagi Ana terus menyodorkan makanan padanya, ditambah lagi perhatian Kendra terhadap Soraya membuatnya tak berani menatap ke arah Soraya. Pagi tapi saat mandi dia melihat beberapa tanda merah yang ditinggalkan Ana di lehernya, dan dia juga bahkan melakukan hal yang sama. Mau bagaimana lagi? Saat melakukan itu dengan Ana dia seperti kehilangan akal, dia bahkan tidak seperti biasanya yang akan begitu hati-hati dan selalu membuang cairannya di luar agar tidak terjadi kehamilan.
Ana, dia benar-benar puas melihat wajah Soraya yang sangat tidak nyaman itu. Dia begitu bahagia melihat wajah Soraya ketika dia dan Jordan dengan berciuman. Apalagi saat pagi tadi Jordan masih bertelanjang dada, sedangkan dia menggunakan dress tidur yang sangat terbuka. Soraya, wanita itu bahkan tak sanggup bicara karena suaranya tercekat melihat Ana dan Jordan berciuman, ditambah lagi tanda merah di leher keduanya semakin membuatnya frustasi.
Ana melirik lagi untuk melihat bagaimana wajah Soraya, dan lagi-lagi dia masih saja terus mencuri pandang ke arah Jordan, dan sialnya Jordan juga sedang tidak sengaja menatap ke arah Soraya. Sebentar mereka anak menatap, dan untuk mengalihkan Jordan Ana menggerakkan satu tangannya, mengusap paha Jordan. Iya, cara itu amanat ampuh karena Jordan langsung beralih menatanya, dan tangannya sedang berusaha menahan tangan Ana untuk tidak melanjutkan itu lagi. Soraya nampak kecewa, tapi dia tetap berusaha menahannya karena masih belum siap menghadapi Kendra kalau semua itu terbongkar.
" Sayang, kita jadi ke rumah orang tuamu kan? " Tanya Ana setelah mereka selesai sarapan.
" Iya. "
" Kalian akan pergi? Padahal Ayah ingin mengajak kalian piknik loh. "
Ana nampak bersemangat.
" Oh ya? Piknik kemana? "
" Rencananya, Ayah ingin mengajak kalian ke vila temannya Ayah, tapi kalau kalian pergi ya kami hanya bisa pergi berdua saja, iya kan sayang? " Kendra menatap Soraya, dan Soraya tersenyum menanggapinya.
" Kami tidak akan lama, jadi kami akan menyusul nanti. " Ucap Jordan.
Soraya tersenyum tipis, dia beberapa detik menatap Jordan dengan tatapan bahagia. Sementara Ana, gadis itu sontak terdiam dan merasa kesal meski tak begitu jelas ia tunjukan. Sekembalinya Ana dan Jordan ke kamar karena mereka juga harus bersiap untuk menemui Ibunya Jordan serta Ayahnya, Ana sempat menahan diri untuk bertanya, tapi karena semakin lama semakin tak tahan dan malah membuat kepalanya sakit, Ana dengan segera bertanya karena tidak ingin lebih lama merasa sakit kepala.
" Jordan? "
" Hem. " Jawab Jordan singkat karena dia juga sedang sibuk mengirim pesan kepada salah satu sahabatnya yang menjual kue kering kesukaan Ibunya, jadi nanti bisa sekalian ia bawa untuk bawaan.
" Kenapa kau ingin menyusul Ayah dan Ibuku? "
Jordan yang sedang fokus tanpa sadar menjawab sebenarnya tanpa berpikir panjang.
" Karena kau terlihat semangat, dan aku juga penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan disana. "
Ana menghela nafas sebalnya, padahal dia pikir itu adalah salah satu momen terbaik untuk Ayah dan Ibunya berduaan. Siapa tahu mereka bisa kembali rukun, siapa tahu cinta yang perlahan menghilang dari hati Ibu tirinya itu perlahan kembali dengan adanya hari kemarin. Tali sepertinya Jordan memang sangat sulit melupakan dan merelakan Soraya, jadi dia harus benar-benar bersabar menghadapi Jordan.
" Jordan, kalau benar kau hanya penasaran dengan apa yang ingin mereka lakukan, tolong jangan menggangu mereka. Aku hanya punya Ayahku yang mencintaiku, Jordan. Aku mencintainya dengan sangat, aku ingin dia bahagia. Dia adalah pria yang sulit jatuh cinta meskipun ada banyak wanita yang mendekatinya sebelum dia menikahi Ibu Soraya. Ibu adalah kebahagiaan Ayahku, tolong jangan mengacaukan momen mereka berdua ya? "
Jordan yang sudah selesai dengan urusan kue kering untuk Ibunya hanya bisa terdiam tak berani menjawab apa yang dikatakan oleh Ana. Sejujurnya hatinya begitu egois karena nyatanya dia ingin tetap menelusup masuk ke dalam hubungan mereka, membawa Soraya lari dan menikah, lalu memiliki anak bersama dan hidup bahagia sampai maut memisahkan. Tapi, kenyataan yang terjadi sekarang begitu mengecewakan nya, Soraya yang biasanya akan mudah untuk dia temui kini semakin menjauh, tak tergapai oleh banyak penghalang.
" Aku tidak pernah seputus asa ini, Jordan. Aku juga tahu benar bagaimana rasanya putus asa, tapi percayalah padaku kau akan baik-baik saja tanpa Ibu Soraya. "
Jordan mengeraskan rahangnya menahan segala gejolak hati yang ia rasakan. Seandainya saja, seandainya saja dia tidak begitu terikat dan terbelenggu oleh janjinya, mungkin dia tidak akan begitu kesulitan dalam mencari arah untuk keluar dari situasi itu. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah masuk ke dalam lumpur dalam, jika tidak menikmati sisa waktunya bukankah dia hanya akan mati dengan harapan-harapan yang bisa saja malah membuatnya lebih menderita di banding kematian.
" Aku akan berusaha menahan diri, aku hanya bisa mengatakan itu, tapi maaf jika pada akhirnya aku juga tidak dapat menepati janjiku. " Ucap Jordan.
Ana tersenyum, dia memeluk tubuh Jordan dari belakang.
" Aku tahu kau bisa melakukannya, karena ku akan menemanimu, jadi kau pasti berhasil. "
Jordan tak menjawab, dia memilih untuk dia tak bicara, dia juga diam tak menjauhkan tangan Ana dari tubuhnya.
Ana, dia tersenyum tipis dengan tatapan dingin penuh kepuasan. Tidak apa-apa sekarang masih belum bisa menyingkirkan nama Soraya, toh masih cukup waktu untuk melakukannya.
Jordan, jangan harap kau bisa memiliki kesempatan jika aku masih hidup.
Beberapa saat berlalu.
Setelah Jordan dan Ana kembali dari rumah Ibunya, Ana dan Jordan langsung menuju dimana Kendra dan Soraya berada. Cukup lama mereka dalam perjalanan, kurang lebih dua jam dan kini mereka telah sampai ke tempat yang mereka tuju.
" Kita langsung masuk saja ya? " Ajak Ana, dan tak lupa dia merah tangan Jordan untuk dia genggam. Sebenarnya Jordan benar-benar risih dengan itu, tapi dia juga tidak bisa menepis tangan Ana dengan banyak alasan kan?
Mereka berdua kompak masuk ke dalam, hingga mereka menemukan Kendra dan Soraya yang kini tengah berenang bersama. Mereka terlihat sangat romantis, benar-benar tidak mengira kalau Soraya akan berselingkuh dengan pria lain padahal hubungannya dengan Kendra terbilang jauh dari keributan.
Jordan, pria itu hanya bisa menelan lagi rasa sakit karena harus melihat Kendra dan Soraya begitu mesra.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget