Kisah ini terinspirasi dari kisah hidup seseorang, meski tidak sama persis namun mewakili bagaimana alur hidup beberapa wanita, bagaiman dia bermimpi memiliki rumah tangga yang indah, namun pada kenyataannya semua tak semulus harapannya.
pernikahan yang indah adalah impian semua wanita, menikah dengan orang yang bisa memahami dan selalu bisa menjadi pundak baginya adalah impian, namun tak pernah Alifa sangka selama menjalani pernikahan dengan Aby kata indah nyaris terburai dan hambar semakin harinya, apalagi tinggal bersama mertua yang tak pernah bersyukur akan hadirnya. Alifa semakin lelah dan nyaris menyerah akan di bawa kemana biduk rumah tanganya??? salahkan jika perasaan itu terkikis oleh rasa lelah???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Renungan
Di Rumah Orang tua Aby.
Saudara Aby kumpul hanya kurang Aby dan keluarga kecilnya. Bu Ina sudah sedari pagi mengikat kepalanya karena pusing seolah rumah berputar giginya juga sakit hingga pipi kanan Kiri tertempel salon pas.
"Ya ampun Ci, itu ayamnya gorengnya jangan sampai gosong begitu." Bu Ina ingin meraih solet namun kembali kepalanya terasa pusing berputar.
Dewi mantu keduanya datang lalu mengambil mejikom untuk memasak nasi untuk sarapan pagi. "Buat berapa gelas bu??" Tanya Dewi takut salah juga.
"Ckk, yang banyak sekalian ini pada kumpul soalnya, mas gitu aja tanya to win dewi, berapa hari kamu jadi wanita." Gerutu Bu Ina yang hanya di jawab helaan nafas dari sang menantu.
"Ah ya ampun, dapur penuh perempuan begini tapi jam segini belum beres masak buat sarapan." Keluh Bu Ina lalu masuk kamar tak tahan dengan pusing di kepalanya.
Bu Ina berbaring di kamarnya, jika ini Alifa yang berada di dapur jam segini semua sudah masak, tak perlu dirinya mengajari satu persatu batinnya namun tetap saja gengsi pada dirinya tak mau mengakui jika dirinya butuh bantuan menantunya yang satu itu.
Prankkkk
Pyaar
Derrrrr
klonteng
"Ah gusti... Apa pula itu!!" Bu Ina terkejut dengan banyaknya bunyi barang jatuh di dapur.
Dengan menahan sakit di kepala Bu Ina bangkit dari berbaringnya, suara di dapur terdengar seperti beberapa piring dan gelas pecah, Bu Ina makin kesal rasanya ingin mengomel kalau perkakasnya hancur berantakan, dirinya tak hanya ingin melihat namun saat sampai di pintu langkahnya terhenti. Ternyata yang mencuci piring adalah Rani calon mantunya yang paling cantik dan kaya di banding yang lain, kebanggaan dirinya sebelumnya.
"Ah ya ampun, percuma cantik dan kaya jika nyuci piring sama gelas aja pecah semua begitu." Gerutunya masuk kembali ke kamarnya.
Pak Iman masuk ke kamar setelah meminta Rani untuk duduk saja, tak enak dengan calon mantu yang baru datang namun justru membantu mencuci piring di dapur seperti tadi.
"Bu?? Calon Mantumu datang mengapa tidak kamu sambut??" Tanya Pak Iman.
"Pusing Pak, kepala ku puyeng rasanya, gigiku juga cenut-cenut tak karuan." Kata Bu Ina menjawab suaminya.
"Bu, beli mateng aja gimana? kasian itu mantu kita capek-capek datang malah suruh masak sendiri." Kata Pak Iman menambah kesal Bu Ina.
"Makan seadanya lah Pak, jangan tambah kesel dan ngilu gigiku. Aku juga tak bisa makan." Kata Bu Ina lalu menutup dirinya dengan selimut.
"Ckkk, seadanya bagaimana, wong sayur yang di masak udah berubah hitam semua. Ayam gorengnya juga berubah jadi ayam bakar." Pak Iman sudah tak tahan lapar rasanya.
"Ckkk, malah enak to ayam bakar,tinggal tambah sambal sama lalapan." Jawab Bu Ina.
"Iya bakar, karena gosong semua bu, goreng ayam bacem jangan lama-lama, pakai Api kecil lah baiknya, nah itu di goreng pakai api tinggi lama pula, gimana tidak gosong, mana menyerok yang sudah mateng masih takut-takut begitu." Pak Iman berbicara sambil menahan lapar, jam 9 tapi belum sebiji nasi pun masuk kedalam perutnya.
Pak Iman tidak biasanya mengeluh tentang keadaan, namun kali ini dirinya benar-benar tak bisa menahan diri untuk tidak berbicara pada istrinya.
"Bu, sekarang kamu tau kan betapa berharganya Alifa? Seandainya Alifa ada di sini, semua kakak iparnya tak akan kesulitan untuk belajar tentang bagaimana menjadi perempuan di dapur." Kata Pak Iman membuat Bu Ina merasakan sakit giginya lebih ngilu dari sebelumnya.
"Seandainya ibu tak bersikap buruk pada Alifa selama ini, pasti dia masih betah tinggal di sini tentu betapa damainya kehidupan bapak di masa tua ini." Ucap Pak Iman lagi makin membuat Bu Ina puyeng.
"Ckkk, bapak selalu begitu, lalu kenapa tak kau paksa saja kemarin dia ikut kita, malah di ijinkan tetap tinggal di sana. Mana Aby juga memilih malam ini tinggal di sana dari pada di sini, Saat Ibu sakit begini dia yang paling peka dan pengertian membawa ibu pergi ke rumah sakit." Kata Bu Ina membuat pak Iman menghela nafas, ternyata istrinya tak cukup belajar dan introspeksi diri dengan keadaan yang dia alami selama ini.
Bu Ina raih ponselnya lalu menghubungi Aby, memberi kabar tentang kedatangan saudara-saudaranya yang sudah kumpul, lalu memohon pada Aby untuk pulang kerumah.
"Assalmualaikum By." Salam Bu Ina.
"Walaikumsalam bu. " Jawab Aby di seberang.
"Saudara-saudaramu pada kumpul di sini ini." Cerita Bu Ina.
"Ibu sakit by, puyeng kepala Ibu sakit gigi pula, pulang kesini ya." Mohon Bu Ina pada Aby.
"Iya bu, maaf Aby belum bisa gabung, Aby mau Jalan-jalan bersama Shasa dan bundanya." Jawab Aby dari sana membuat Bu Ina kecewa.
"Bawa ibu priksa By." Minta Bu Ina lagi tak mau menyerah meminta Aby datang.
"Maaf Bu, Ibu bisa minta Mas Affan, Mas Abis atau Dika pumpung mereka datang." Sanggah Aby menolak halus Bu Ina namun jawaban Aby masih membuat Bu Ina kecewa lalu menutup telpon dengan tanpa mengucap salam.
"Baru sehari tinggal di sana aja Aby udah lupa sama ibu pak! Dia memilih jalan-jalan sama anak dan Alifa dan bandingkan Ibu yang melahirkannya." Ucap Bu Ina memegangi gigi yang semakin ngilu karena marahnya.
"Bu, kamu mbok ya jangan kebangetan to, anak yang lain disini banyak, masih saja nyari Aby, padahal baru sehari ini tinggal sama istrinya." Kata Pak Aby heran juga sama istrinya yang pilih-pilih anak menurut dirinya.
Keduanya pun duduk di ranjang menatap langit kamarnya merasakan betapa banyak perbedaan di tahun ini saat Aby dan Istrinya tak ada di rumah ini, banyaknya anak di rumah masih terasa kurang karena tidak adanya Aby dan istrinya juga anaknya.
Seandainya waktu bisa di ulang, Pak Iman ingin menahan istrinya saat mengomel pada menantunya itu agar tak ada hati yang terluka karena omongan istrinya, namun semua sudah terlambat, Alifa sudah tak mungkin mau kembali ke rumah ini pikir pak Iman.
Sementara Bu Ina masih berharap terus Aby dan Alifa kembali agar di masa tuanya dan saat dirinya sakit seperti ini ada yang merawat dengan baik, meski Alifa sering dia omeli namun mantunya itu orang yang paling pertama menawarkan obat sakit gigi jika sakit giginya kambuh begini, begitupun Aby pasti segera membawa dirinya periksa tanpa menunggu lama, namun kini semua hanya tinggal angan yang tak mungkin menjadi kenyataan bagi dirinya.
***
Up lagi ya kak jangan lupa jejaknya🙏🙏
Niscaya rumah tangga mu bakal langgeng dan bisa menua bersama