Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Terbongkarnya rahasia
Abian menyesali keputusannya membiarkan istri pertama dan istri keduanya tinggal satu rumah. Karena hari ini Ia harus melihat barang-barang istri keduanya diobrak-abrik oleh mertuanya.
"Apa yang umi lakukan di kamar ini?" tanya Abian memasuki kamar Shakila yang sudah berantakan akibat ulah Nyai Aisyah.
Bukannya menyadari kesalahannya, Nyai Aisyah justru malah menghampiri Abian dengan wajah angkuh, "saya sedang apa disini? kamu bisa jelaskan kamar siapa ini? kenapa ada barang wanita disini?!"
Abian sudah kehilangan kesabaran menghadapi sikap kelewatan Nyai Aisyah. Apalagi sekarang, Nyai Aisyah sudah menyentuh barang-barang Shakila.
Meskipun hanya barang Shakila yang diobrak-abrik, tapi Abian tidak terima. Tidak ada satupun orang yang boleh menyentuh istrinya, meskipun itu hanya barang-barangnya.
"Umi tidak seharusnya sembarangan masuk kesini!" ucap Abian penuh penekanan supaya mertuanya sadar akan kesalahannya.
Nyai Aisyah mendecih di depan wajah Abian. Orang seperti Nyai Aisyah ini memang tidak akan pernah sadar dengan kesalahannya sendiri dan hanya akan terus menyalahkan orang lain.
"Kenapa? kamu malu ketahuan selingkuh?" tanya Nyai Aisyah berjalan lebih dekat dengan Abian.
Nyai Aisyah seakan menantang Abian, tidak sadar bahwa dirinya sekarang sedang menumpang di rumah menantunya itu. Apapun alasannya, tidak sepantasnya Nyai Aisyah sembarangan masuk ke kamar orang.
"Mas Abian tidak selingkuh, umi!" Zahra datang membela suaminya karena memang pada kenyataannya suaminya tidak pernah selingkuh.
"Lebih baik kamu diam, Zahra! kamu sudah mau mati saja berani sekali durhaka pada umimu!" Nyai Aisyah terlalu emosi sampai tidak sadar apa yang sudah Ia katakan terhadap putrinya.
"Umi?" Zahra benar-benar tidak menyangka uminya bicara seperti itu padanya.
Zahra sama sekali tidak berniat untuk durhaka, Ia hanya mengatakan kebenaran kepada uminya supaya uminya berhenti mengatakan hal buruk tentang suaminya. Tidak disangka uminya bicara seperti itu.
"Jaga ucapan umi! berani sekali umi mengatakan hal yang menyakiti istri saya!" Abian yang sudah marah memasang badan untuk menghadapi Nyai Aisyah.
Hari ini Abian tidak akan lagi menahan dirinya, Ia akan menghadapi siapapun yang sudah menyakiti istrinya. Meskipun itu mertuanya sendiri.
"Kamu juga menyakiti anak saya!" Nyai Aisyah masih ingin menang sendiri. Ia tidak terima Abian menyakiti putrinya, tapi Ia sendiri tidak sadar sudah menyakiti putrinya dengan perkataannya.
"Jangan sok tahu tentang keluarga saya! saya tidak pernah menyakiti Zahra, umi lah yang datang ke rumah ini dan menyakitinya!"
"Terus apa ini? apa yang ada di kamar ini? kamu membawa wanita lain tinggal di rumah ini kamu pikir kamu tidak melukai anak saya?!"
"Sudah cukup, umi!" Zahra benar-benar sudah tahan suaminya selalu dianggap buruk oleh uminya.
Jika bukan karena Zahra menghormati wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini, sudah lama Zahra menyuruh uminya pulang daripada uminya terus mengatakan hal buruk tentang suaminya.
"Umi sedang membelamu, Zahra! umi sedang membelamu dari laki-laki bajingan seperti suamimu!"
"Umi tidak membelaku! umi hanya membela ego umi!"
"Apa maksudmu, hah?" Nyai Aisyah nampak tidak terima dengan perkataan Zahra.
Sejak kapan seorang ibu yang ingin membela putrinya dari laki-laki brengsek disebut sedang membela egonya?
"Umi hanya ingin menunjukkan bahwa keputusanku menikahi mas Abian salah, padahal umi tidak tahu bagaimana kehidupan yang aku jalani selama menikah dengan mas Abian."
"Memang bagaimana kamu menjalani pernikahanmu, huh? kamu bahkan bisa punya penyakit seperti sekarang karena Abian tidak mampu mengurusmu!"
"Sudah, hentikan!" Kyai Ihsan yang selama ini diam akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Apa kamu juga ingin menyalahkan Abian atas takdir yang Allah berikan pada putrimu?" tanya Kyai Ihsan pada istrinya yang sudah terlalu banyak menyalahkan menantu mereka.
"Takdir?" Nyai Aisyah berjalan menghampiri Kyai Ihsan karena tidak setuju dengan apa yang suaminya itu katakan, "jika kamu tidak menikahkan putri kita dengan Abian, putri kita tidak akan menderita penyakit mematikan seperti sekarang dan putri kita juga tidak akan diselingkuhi!"
Plak!
Suara tamparan terdengar menggema di dalam kamar itu membuat Zahra maupun Abian membulatkan mata mereka. Karena ini pertama kalinya Kyai Ihsan marah terhadap istrinya di depan mereka.
"Beristighfar lah kamu! bicaramu terlalu tinggi sampai kamu menyalahkan takdir Tuhanmu sendiri!"
"Abi," Zahra berkata lirih. Baru kali ini Ia melihat abinya sampai semarah itu.
Nyai Aisyah memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh suaminya. Ada rasa tidak percaya dalam dirinya karena suaminya menamparnya. Selama menikah, baru ini Nyai Aisyah ditampar oleh suaminya.
"Daripada kamu terus ikut campur dengan pernikahan putrimu, lebih baik kita pulang ke Surakarta sekarang!"
-
-
Shakila merasa hatinya mendadak tidak tenang. Bukan karena Abian dan Zahra liburan ke Jakarta, tapi ada sesuatu di hatinya yang membuatnya tidak tenang.
"Apa terjadi sesuatu dengan mas Abian dan mba Zahra?" gumamnya khawatir terjadi sesuatu dengan Abian dan Zahra selama di Jakarta.
"Mba, mas Abian bilang mas Abian sudah ada di Bandung, nanti mas Abian kesini. Kata mas Abian handphone mba tidak aktif?" Zahra menghampiri Adiba yang saat itu sedang berada di ruang jahit.
"Oh?" Shakila mengecek handphonenya. Ternyata handphonenya mati karena kehabisan batre. Pantas saja belum ada notifikasi dari suaminya.
"Iya, handphone mba mati. Batrenya habis," ucap Shakila memberitahukan alasan handphonenya mati supaya Adiba bisa memberitahu masnya.
"Coba cas dulu handphonenya, mba. Soalnya mas Abian merasa tersakiti gara-gara mba susah dihubungi, padahal kan mas Abian yang liburan tidak mengajak mba dan tidak membalas DM ku."
"Iya, nanti mba cas dan langsung menghubungi mas mu," ucap Shakila tapi tidak langsung beranjak dari tempatnya saat ini.
Charger handphone Shakila berada di kamar dan untuk ke kamar Shakila kemungkinan akan bertemu dengan Wanda. Ia perlu mempersiapkan diri sebelum bertemu dengan Wanda yang banyak memprosesnya.
"Soal bibi Wanda, mba laporkan saja ke mas Abian supaya mas Abian melakukan sesuatu untuk mba," ucap Adiba yang menyadari bahwa kakak iparnya mulai tidak nyaman berada disana karena bibinya.
Adiba juga pasti tidak akan nyaman jika menjadi Shakila yang diproses habis-habisan oleh anggota keluarga suaminya sendiri.
"Aku juga dari dulu tidak menyukai bibi Wanda, tapi bibi Wanda adik kandung mamah mau bagaimana lagi?"
Adiba tidak berbohong. Sebelum bibinya mengganggu kakak iparnya, Ia sudah lama tidak menyukai bibinya yang mulutnya banyak sekali memprotes orang
Shakila bukan satu-satunya orang yang diprotes Wanda, bahkan Zahra pun pernah diprotes oleh Wanda. Sekarang saja Wanda seolah lebih menyukai Zahra dibandingkan Shakila, padahal Wanda sepertinya tidak pernah menyukai siapapun di dunia ini.
"Jangan bicara seperti itu, bagaimanapun dia bibi kamu sendiri," ucap Shakila menasehati.
"Tapi aku serius loh, mba. Bibi Wanda memang menyebalkan dari dulu."
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk