Aluna tiba-tiba diceraikan oleh suami nya Wardana, tepat saat anniversary pernikahan mereka yang ke 7 tahun. Padahal malam itu dijadikan Luna sebagai momen untuk membagi kabar bahagia, kalau ia telah sembuh dari sakit kanker yang menyerangnya selama 4 tahun terakhir.
Wardana mengatakan ingin menikahi Anita Yang sedang hamil anak kakak nya, Tapi fakta baru terungkap, keluarga Wardana menginginkan kematiannya, dapatkah Luna mengungkap tabir misteri yang keluarga Wardana sembunyikan?
Yuuk dukung karya terbaru aku.. jangan lupa subscribe nya ya..
karena subscribe kan kalian sangat berarti untuk menambah imun biar lebih semangat lanjutin cerita nya❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanayaa Irany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Aluna menutup pintu kamar dengan kuat, dia takut kalau Wardana ataupun Anita bisa masuk kedalam kamar nya.
Tak lupa Aluna juga mengabari Aji dan Bintang dengan kondisi disana, Bintang hanya menjawab dengan respon semangat dan hati-hati, sedang Aji agak lama membalas pesan Aluna.
Saat Aluna hendak ke kamar mandi, ponsel nya berdering, kali ini bukan balasan dari laki-laki itu, tetapi langsung panggilannya.
“Halo, mas?”
(Halo! Aluna.. Apa kau baik-baik saja?)
“Aku baik-baik saja mas, kenapa? Kau terdengar panik?”
(Orang-orang ku tidak bisa melihat keadaan mu didalam sana, seluruh akses yang mereka punya di tutup! Aluna, aku curiga Wardana mengetahui sesuatu?)
“Apa?? Sejak kapan mas?”
(Sore tadi! mereka pasti sedang merencanakan sesuatu, tapi kau tak perlu khawatir! Karena aku dan papa sudah menyewa rumah tetangga kalian untuk mengawasi mu dari sini menggunakan teropong, jangan panik Luna.. Ingatlah kata Bintang untuk relaks dalam keadaan apapun!)
Aluna terbengong tak percaya, baru saja kejadian dia mengejek Anita sore tadi dan kini mereka sudah ingin merencanakan sesuatu lagi? Cepat sekali!
'Jika masalah ini harus segera terungkap, maka biarkan saja terjadi Ya Allah, Aku pun sudah lelah melihat mereka semua menari-nari diatas penderitaan ku selama ini!' batin Aluna geram dalam hati, tangan nya ia kepal dengan kuat - kuat. Vitamin yang diberikan Bintang pagi tadi bekerja lumayan bagus. Aluna tidak merasa lemah saat ini. Padahal dulu ia ingat betul saat panik dan merasa sakit hati. Kaki nya jadi sulit sekali bergerak. Payah memang, tapi kini Aluna sudah tahu apa sebab nya. Siapa lagi kalau bukan suami serta keluarga nya sendiri.
(Aluna?? Apa kau masih mendengar kan aku?)
“Iya mas! Aku masih mendengar kan mu, terimakasih karena kalian sudah menjaga dan mengkhawatirkan aku dengan sangat baik, aku yakin kita akan segera tahu siapa yang kita cari dalam cerita ini! Besok, siapkan beberapa polisi untuk datang pagi-pagi sekali kerumah yang mas dan om Rima sewa ya?? Saat surat gugatan itu sampai di tangan mas Wardana, aku yakin sifat asli laki-laki itu akan terbongkar!”
(Baiklah! Aku pun juga merasa begitu, Lun.. Jaga dirimu baik-baik! jika sampai Wardana menggores tubuh mu sedikit saja, maka kupastikan dia akan menerima amarah ku!) kata Aji yang langsung menutup teleponnya.
Aluna tak berpikir panjang soal kata-kata terakhir Kakak nya Gita tadi. Yang ia pikirkan bagaimana cara nya Wardana bisa mengetahui kalau ada mata-mata yang mengawasi rumah ini.
Tapi seperti nya otak nya bekerja dengan cepat , hingga Aluna langsung bisa memikirkan apa yang harus dia lakukan bersama Aji dan yang lainnya.
“Ya, begitu saja!” kata Aluna sendiri lalu dengan cepat ia kembali menghubungi Aji.
*
Keesokan hari nya, sesuai jadwal kalau hari ini memang surat gugatan Aluna akan sampai di rumah Wardana. Dan kebetulan yang menerima surat itu adalah Anita. Padahal prediksi awal nya ,Wardana lah yang harus menerima nya.
“Jadi mbak Aluna menggugat mas Wardana?” Anita membulatkan mata nya tak percaya, niat hati Wardana dulu yang berpura-pura ingin menceraikan Aluna karena ia ingin memeras emosi Aluna, justru kini malah Wardana yang balik di gugat oleh kakak nya itu.
“Gawat!!” Anita langsung tanda tangan pada kertas milik kurir tersebut lalu ia segera berlari menuju kamar nya dengan Wardana. Laki-laki yang sangat buas diranjang itu seolah tak pernah ada puas nya jika sudah bertempur, padahal semalam Anita sedang tidak ingin melayani nya, tapi laki-laki itu terus saja memaksa, bahkan tak jarang Anita di siksa hingga laki-laki itu puas.
Saat Anita tiba dikamar, rupanya Wardana sudah bangun dan berada didalam kamar mandi, sedang kamar Aluna di ujung sana, belum ada tanda-tanda kakak kandung nya itu akan keluar kamar.
Begitu Wardana keluar dari kamar mandi, Anita langsung mendekat dan menyodorkan kertas panggilan sidang pertama untuk Wardana yang akan dilakukan 3 hari lagi.
Wardana syok, bahkan sangking kaget nya ia sampai tak percaya kalau Aluna uang melakukan semua ini. Dengan tergesa ia memakai baju, lalu berjalan kasar menuju kamar Aluna.
Laki-laki berkulit putih bersih itu terlihat sangat marah, bahkan wajah yang semula putih berubah menjadi merah padam. Ia tak tahan lagi untuk tetap bersikap baik pada Aluna, saat surat gugatan itu berada di tangannya, Anita mengekori nya dari belakang.
“Aluna!! Buka pintunya!” teriak Wardana dengan suara kencang, nafasnya memburu karena seluruh amarah memuncak di kepala nya.
Ceklek.. Pintu kamar Aluna di buka, dan..
PLAAAK
Aluna terjungkal ke belakang karena tak siap dengan serangan yang dilayangkan oleh Wardana. Meskipun Aluna sudah yakin ini akan terjadi, tapi tetap saja tubuh nya tak siap.
“Kau menggugat ku di pengadilan, hah? Kau ingin kita bercerai?” tanya Wardana tanpa basa basi.
Aluna meraba pipi nya, dan sudut bibir nya.. Ternyata ujung bibir nya pecah. Pantas saja ada darah yang keluar dari sana.
“Iya! Aku ingin kita bercerai!” jawab Aluna dengan tatapan tajam menatap Wardana dengan berani dan penuh keyakinan.
“Brengsek!! Kau dipengaruhi siapa?? Dokter itu?”
“Tidak perlu menerima saran dari orang lain untuk menceraikan kamu, Wardana Raharjo! Laki-laki yang memilih bertanggung jawab pada wanita murahan ini ketimbang aku istrimu!” sengaja Aluna tidak membuka tentang ia yang sudah tahu maksud dan tujuan Wardana sesungguh nya.
“Alasan macam apa itu Aluna? Kamu sudah berani bicara tak sopan padaku?? Aku ini masih suami mu, jika aku tidak setuju dengan perceraian ini, maka kita tidak akan bercerai selama nya!”
“Tunggu mas!” Anita mendekati Wardana lalu membisikkan sesuatu ke dekat telinga Wardana. Setelah bisikan itu, wajah Wardana langsung berubah.
“Oke, aku bisa saja langsung setuju untuk berpisah dengan mu tanpa proses yang lamban, tapi dengan satu syarat! Tanda tangan pada surat-surat yang aku berikan, lalu setelah itu kau bisa bebas pergi kemana saja! Bagaimana?”
Aluna paham betul apa isi surat yang dimaksud oleh Wardana, apalagi kalau bukan surat pengalihan tanah perkebunan itu, karena dulu saat Wardana pernah meminta nya untuk tanda tangan pada kertas kosong, Mungkin tanda tangan itu juga ia gunakan untuk mengambil alih pabrik roti ibu nya di bandung menjadi atas nama nya. Tapi sekarang Aluna tak ingin terjebak lagi.
“Boleh, berikan saja surat itu padaku!”
“Kau akan mendapatkan nya, aku akan mengambil nya lebih dulu! Anita jaga lah Aluna dengan baik, aku akan mengambil surat itu!”
Anita mengangguk, sedang Wardana langsung berjalan kearah ruang kerja nya.
“Sedikit lagi, Pa?? Sedikit lagi harta itu akan menjadi milik keluarga Raharjo, nenek akan istirahat dengan tenang mulai sekarang, keluarga Kesuma akan kehilangan segala nya!”