Aditya, seorang gamer top dalam Astaroth Online, mendadak terbangun sebagai Spectra—karakter prajurit bayangan yang ia mainkan selama ini. Terjebak dalam dunia game yang kini menjadi nyata, ia harus beradaptasi dengan kekuatan dan tantangan yang sebelumnya hanya ia kenal secara digital. Bersama pedang legendaris dan kemampuan magisnya, Aditya memulai petualangan berbahaya untuk mencari jawaban dan menemukan jalan pulang, sambil mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik dunia Astaroth Online.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LauraEll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 : Kerajaan Valtherion
Malam mulai menyelimuti ibu kota Valencia, tetapi kediaman Lord Armond tetap sibuk. Spectra duduk di dekat jendela besar, mengamati kerlip lampu-lampu kota. Ia mencoba memahami intrik yang melibatkan Dale, Velindra, dan kerajaan Valtherion.
Valtherion adalah kerajaan yang terkenal sebagai kekuatan terbesar di barat. Dengan wilayah yang membentang dari lembah subur hingga pegunungan terjal, kerajaan ini menjadi pusat perdagangan, militer, dan seni. Ibukotanya, Valencia, adalah simbol kemegahan kerajaan dengan arsitektur emas dan perak yang mencerminkan kejayaan Valtherion. Selain Valencia, ada kota-kota penting lain di bawah kendalinya, seperti Zephyronia, kota pelabuhan utama yang menghubungkan Valtherion dengan dunia luar, Lalu Eldenris Kota Kecil yang makmur, Vinbelt, kota perbatasan yang terkenal dengan tambang besinya yang seperti kau tau di pimpin oleh Vizcount Granbell.
Ada juga kota-kota kecil seperti Kalden, yang dikenal dengan ladang anggur terbaik, dan Rilthorne, kota akademik yang menghasilkan banyak cendekiawan untuk kerajaan. Setiap kota ini adalah bagian dari jaringan kekuasaan yang dibangun dengan cermat oleh Raja Edgard, seorang penguasa legendaris.
Di masa jayanya, Raja Edgard dikenal sebagai sosok yang menakutkan di medan perang dan cemerlang dalam diplomasi. Ia memimpin banyak perang untuk memperluas wilayah Valtherion, tetapi tak hanya mengandalkan kekuatan militer. Edgard menggunakan strategi licik dan taktik yang tak terduga untuk memenangkan perang dengan kerugian minimal.
Ada satu kisah yang sering diceritakan para prajurit tentang "Pertempuran Nayar Plains." Ketika menghadapi pasukan gabungan dari tiga kerajaan tetangga, Edgard yang kalah jumlah memanfaatkan medan rawa-rawa untuk menjebak musuh. Ia mengatur pasukannya untuk menyerang di malam hari, memanfaatkan kabut tebal untuk menyamarkan gerakan mereka. Dalam waktu semalam, ia menghancurkan aliansi tersebut dan memastikan dominasi Valtherion.
Namun, kekuatan Edgard tak hanya terletak pada militernya. Ia juga seorang visioner yang membangun sistem pemerintahan yang efisien. Edgard menciptakan Dewan Kerajaan, yang terdiri dari penasihat-penasihat terbaik di berbagai bidang, termasuk ekonomi, militer, dan hukum. Ia memastikan setiap kota di Valtherion memiliki otonomi tertentu, tetapi tetap tunduk pada kekuasaan pusat.
Namun, ada sisi lain dari Edgard yang jarang diketahui. Ia adalah seorang ayah dari tujuh anak—lima putra dan dua putri. Di balik kejayaannya sebagai raja, Edgard kerap dianggap gagal sebagai seorang ayah. Ambisinya untuk mempertahankan kekuasaan membuatnya sering meninggalkan keluarganya. Anak-anaknya tumbuh dengan berbagai kepribadian yang saling bertentangan, menciptakan persaingan yang kini memecah belah kerajaan.
Spectra memecah keheningan dengan sebuah pertanyaan. "Lord Armond, bagaimana mungkin seorang raja sehebat Edgard bisa meninggalkan warisan yang begitu rapuh? Mengapa anak-anaknya justru berseteru seperti ini?"
Armond menatap Spectra dengan sorot mata yang dalam. "Raja Edgard adalah seorang jenius di medan perang, tetapi di dalam istana, ia memiliki kelemahan. Ia terlalu sibuk membangun kekuatan eksternal hingga lupa membangun fondasi keluarganya sendiri. Ambisi politik dan rasa tidak percaya antar saudara membuat anak-anaknya terpecah."
Celeste, yang duduk di sebelah Spectra, menyela. "Bagaimana dengan kedua putri raja? Mengapa mereka tidak bersaing untuk tahta?"
Armond tersenyum kecil. "Putri Amara dan Putri Seraphine memiliki peran yang berbeda. Mereka tidak memiliki klaim langsung atas tahta, tetapi mereka mendukung saudara-saudara mereka. Amara berpihak pada Pangeran Alaric, sementara Seraphine mendukung Pangeran Rowan. Kedua putri itu sangat cerdas, dan dukungan mereka memberikan kekuatan tambahan bagi pangeran yang mereka pilih."
Spectra mengangguk, mencoba mencerna situasi yang semakin rumit. "Jadi, ada lima pangeran termasuk Dale dan dua putri. Velindra benar-benar tahu bagaimana membuat situasi ini semakin kacau."
Elina yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Sepertinya aku pernah mendengar tentang Velindra. Dia adalah dikenal sebagai pengusaha yang sangat sukses dari kekaisaran timur, tapi katanya dia memiliki hubungan dengan kota Zephyronia. Mungkin ada petunjuk tentang siapa dia di sana."
Armond mengangguk setuju. "Zephyronia memang tempat yang penuh rahasia. Itu adalah kota pelabuhan utama, dan banyak orang dari berbagai latar belakang berkumpul di sana. Jika Velindra berasal dari sana, kita mungkin bisa menemukan informasi lebih lanjut tentangnya."
Spectra memutuskan untuk bertanya lebih jauh. "Bagaimana dengan kota Vinbelt? Apa perannya dalam situasi ini?"
Armond menjawab dengan nada serius. "Vinbelt adalah kota perbatasan yang kaya akan sumber daya alam, terutama besi. Kota itu adalah salah satu sumber kekuatan militer Valtherion. Siapa pun yang mengendalikan Vinbelt akan memiliki keunggulan besar dalam perang ini."
Di sebuah vila mewah di utara Valencia, Dale duduk di sebuah ruang besar yang dipenuhi oleh para pendukungnya. Namun, meskipun ruangan itu penuh, suasananya terasa dingin. Dale hanya menatap kosong ke meja di depannya, sementara Velindra berdiri di sampingnya, memberikan pengarahan kepada para bangsawan.
"Kita harus bergerak cepat," kata Velindra dengan suara tegas. "Para pangeran sedang sibuk mengumpulkan kekuatan mereka. Jika kita ingin Dale diterima sebagai kandidat, kita harus menunjukkan kekuatan kita di mata rakyat dan dewan kerajaan."
Seorang bangsawan muda, Lord Casimir, angkat bicara. "Tapi, Nona Velindra, rakyat mungkin mendukung Dale, tetapi dewan kerajaan tidak akan mudah diyakinkan. Mereka akan menganggap Dale sebagai ancaman bagi kestabilan."
Velindra tersenyum tipis. "Dan di situlah kita masuk. Jika kita bisa menunjukkan bahwa Dale adalah satu-satunya kandidat yang mampu menyatukan Valtherion tanpa pertumpahan darah, mereka akan berubah pikiran."
Dale akhirnya angkat bicara, meskipun suaranya terdengar lemah. "Velindra, aku tidak yakin dengan semua ini. Aku bukan seorang pemimpin. Aku tidak ingin menjadi raja."
Velindra menatap Dale dengan tajam, tetapi suaranya tetap lembut. "Dale, ini bukan tentang apa yang kau inginkan. Ini tentang apa yang dibutuhkan Valtherion. Kau adalah sosok yang netral, seseorang yang bisa dipercaya oleh semua pihak. Jika kau tidak melakukannya, siapa lagi?"
Dale tidak menjawab, tetapi keraguan di wajahnya perlahan memudar, digantikan oleh tekad yang dipaksakan.
Keesokan paginya, Spectra dan kelompoknya memutuskan untuk meninggalkan Valencia sementara waktu untuk mencari informasi lebih lanjut tentang Velindra di Zephyronia. Mereka berharap dapat menemukan petunjuk yang dapat menjelaskan siapa wanita itu dan apa tujuannya sebenarnya.
Sebelum pergi, Armond memberikan peringatan terakhir. "Berhati-hatilah di Zephyronia. Kota itu penuh dengan mata-mata, dan Velindra mungkin sudah memiliki jaringan di sana. Jangan lengah."
Spectra tersenyum kecil. "Aku selalu waspada, Lord Armond. Terima kasih atas segalanya."
Sebelum pergi Spectra membuka Menu inventory miliknya dan mengganti kostum yang dia gunakan. "Hmm, begini lebih bagus ayo kita berangkat!"
Dengan langkah mantap, mereka meninggalkan kediaman Lord Armond, memasuki babak baru dalam perjalanan mereka yang semakin berbahaya. Di balik kemegahan Valtherion, bayang-bayang perang saudara mulai mengintai, dan Spectra tahu bahwa hanya dengan menemukan kebenaran tentang Velindra, mereka dapat menyelamatkan Dale—dan mungkin seluruh kerajaan.