"sugeng rawuh dhateng desa kembangan, sinten mlebet mboten saget medhal".
kalimat pertama yang ryuka dengar ketika memasuki desa kembangan yang penuh misteri.
Dapatkah ia memecahkan misteri asal usul desa kembangan yang penuh kutukan dan menggagalkan ritual kehidupan abadi nyai gandari?
Yuk baca bab-bab selanjutnya yang penuh teka-teki dan misteri ini dicerita kisah nyai gandari✨
_happy reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RoroAyu_Kimberly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSI NEKAT RYUKA
...secangkir kopi hitam dengan sepiring singkong rebus menemani Ryuka yan sedang duduk bersantai di teras rumah. Egi menghampiri dengan membawa secangkir kopi....
"Leganya bisa menghirup udara segar" ucap Ryuka sembari menyeruput kopi.
"ya, setidaknya kita bisa bersantai sejenak. meski tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini" sahut Egi.
"jangan bicara begitu, mas egi! semoga tidak ada hal buruk yang menimpa kita lagi!"
"tapi kamu jangan pergi pergi sendiri kagi! bahaya! bisa jadi, nNyai Gandari tahu keberadaan kita dan mencoba memburu kita!"
"aku justru lebih khawatir dengan mas Egi. ritual
penyatu jiwa itu sudah berhasil di lakukan. apakah fifak akn berdampak buruk pada mas Egi nanti. "
"entahlah!"
"jiwa mas Egi dan Roro Arimbi sudah di satukan. dan aku dengar Nyai Gandari mengucap mantra, sangat mengerikan!"
"memangnya bagimana mantra penyatu jiwa itu?"
"aku lupa, hanya saja aku ingat kata terakhir adalah, tidak ada yang dapat memisahkan kecuali kematian!"
"kalau begitu, berarti yang dapat memisahkan aku dengan Roro Arimbi adalah kematian?"
"benar sekali, mas! lalu bagaimana jika kalian terpisah? apakah akan ada dampak buruk?"
"kalau begitu, bagaimana jika aku bunuh saja Roro Arimbi? dengan begitu usai sudah kematian memisahkan kita. haa…ha…ha…ha…"
"bisa-bisa nya mas Egi sempat bercanda dalam situasi seperti ini! memangnya mudah untuk membunuh anak siluman? kalau pun dia mati, bapaknya tidak akan tinggal diam!"
"panjang juga urusannya ya?"
"pasti ada jalan keluar, mas! nanti kita pikirkan bersama"
tak lama kemudian, nining dan danang lewat depan rumah. sekilas danang menoleh ke arah mereka duduk. sedangkan nining hanya menunduk.
Danang merangkul pundak nining seraya berbisik, "lihat mantan kekasihmu sudah kembali. "
Nining tersentak dan sontak menoleh ke arah Egi dan Ryuka. hatinya bergetar, jantungnya berdebar. rasanya ingin sekali memeluk Egi dan menangis di pelukannya. menyampaikan keluh kesahnya selama beberapa hari ini.
namun kenyataan nya, ia hanya bisa membendung air mata yang sudah menggebag penuh di pelupuk mata.
danang menggenggam tangan nining dan berbelok menghampiri mereka.
"kalian sudah kembali?kemana kalian pergi selama tiga hari?" tany danang.
"kami tersesat!" jawab Ryuka.
pandangan danang tajam menatap Egi yang enggan berbicara.
"bukan depan kami akan menikah! ku garap kalian tidak melewatkan pesta pernikahan kami yang tentunya sangat meriah."
"tentu saja kami akan datang, mas danang" jawab Ryuka sembari tersenyum lebar.
Danang dan nining melangkah pergi.
"apa kau masih mengharapka nya?" tanya danang kepada nining.
"t-tidak mas! mas danang satu-satunya di hati nining" jawabnya.
danabg tersenyum penuh kemenangan.
malam harinya, nining menumpahkan air matanya yang sudah ia bendung terlalu lama. ia melampiaskan kesedihannya dengan berteriak di bawah bantal dan mengacak-acak seisi kamarnya.
pagi harinya, suwiyah memasuki kamar nining. terlihat nining masuh tertidur. semua barang-barang berantakan. bedanya dan sisir yang berserakan di lantai, juga kaca yang pecah.
Suwiyah hendak membangunkan nining, ia menyentuh lengan anaknya, tapi ia merasakan badan nining terasa panas.
"ning, kamu kenapa?"
suwiyah menyentuh keningnya. panas sekali. nining membuka mata perlahan.
"kamu sakit, ning?"
"pusing, bu" jawab nining.
"biar ibu suruh simbok untuk memanggil pak mantri!"
"tidak usah bu, nanti sembuh sendiri, nining hanya lelah"
……………………………
pagi yang cerah, Ryuka pergi ke sungai dengan perasaan yang gembira.
"akhirnya bisa nyuci di sungai lagi. kok sepi ta, tidak ada orang mencuci di sini. ah mungkin aku kesiangan"
dil ihatnya mentari sudah meninggi. ia segera mencuci baju
gemerujuk arus sungai yang deras membuat Ryuka dapat dengan mudah membasuh baju-baju itu.
tak sengaja ia menghanyutkan satu baju milik Mbah Sutijah . baju itu terbawa arus sungai yang deras.
"eh, baju simbah!" Ryuka mengejar di pinggiran sungai.
baju mengalir mengikuti aliran sungai. cukup jauh Ryuka mengejar, hingga sampai pada tempat yang banyak terdapat ranting-ranting pohon membentang. baju Mbah Sutijah tersangkut di ranting pohon.
Ryuka hendak mengambil nya, namun tangannya tidak sampai.
Akhirnya ia memutuskan untuk menceburkan diri ke sungai
baru saja ia mencelupkan satu kakinya, sebuah tanga meraihnya. Ryuka menoleh.
"eErlangga?
Erlangga berdiri tepat di hadapannya, hanya berjarak beberapa centi meter dari tubuhnya.
"apa kau ingin berenang melawan arus sungai yang deras itu?"
"em … tidak! aku mau mengambil baju yang tersangkut di sana" Ryuka menunjuk ke arah baju yang tersangkut di Ranting pohon.
"biar aku yang ambilkan!"
EErlangga terbang dan mengambil baju itu.
"Terima kasih!"
"kamu tidak takut dengan kedatanganku?" tanya Erlangga.
"tidak! tapi aku harus kembali ke rumah. banyak pekerjaan yang belum aju selesaikan"
Ryuka melangkah menuju tempatnta mencuci tadi.
Dengan sigap Erlangga meraih tubuh mungilnya dan membawanya terbang.
"turunkan aku!"
"aku tidak akan menculikmu, tenang saja"
Erlangga membawa Ryuka ke tempatnya mencuci tadi dan menurunkannya.
"kau membuat jantungku hmpir copot!" maki Ryuka.
"mari kita Berkeliling sebntar, aku akan menunjukkan banyak tempat indah ke padamu. "
"aku tidak bisa! aku sudah bilang banyak kerjaan! mungkin lain kali"
"kau hanya sedang membuat alasan"
"aku janji!"
"baiklah! lain kali aku akan datang menjemputmu"
Erlangga terbang ke atas. baru saja Ryuka bernapas lega, ia kembali di kejutkan dengan Erlangga yang tiba-tiba muncul kembali di hadapannya.
"aaa!" sontak Ryuka berteriak karena kaget.
"aku melupakan sesuatu!"
tanpa aba-aba Erlangga mencium pipi Ryuka. lalu kembali terbang tinggi dan menghilang.
Ryuka yang masih terkejut hanya bengong di tempat.
"ish! dasar siluman! jangan hara aku mau pergi bersamamu!" Ryuka mengusap pipinya dengan kasar.
Ryuka pulang ke rumah, kemudian menjemur baju di halaman.
Tiba-tiba, telihat beberapa orang yang berisik berlarian. tak lama kemudian orang-orang itu kembali sambil menggotong sesosok mayat.
"ada apa rame-rame?" Egi muncul dari balik pintu.
"ada mayat mas!" jawab Ryuka.
egi pun mendekat. terlihat bekas Daesh berceceran di tanah.
"siapa yang meninggal, mbah?" tanya Egi pada seorang laki-laki tua.
"darmanto! sepertinya korban nini gandrung!"
"bukankah sebelumny tidak adak korban nini gandrung lagi, mbah? saya pikir dia sudah tidak lagi mencari mangsa setelah kematian karwati, " ucap Ryuka.
"belakangan, hari ini banyak warga yang jadi korban! malah nini gandrung semakin brutal, berani masuk rumah warga dan mengusik mereka" jawabnya.
____________________________
malam yang sunyi, Ryuka masih duduk di ruang tamu di temani secangkir teh hangat.
"kembang mawar kembang melati. wangimu nglalekne suko. laki juga lali rogo. sopo mlebu ora bakal biso metu………"
(kembang mawar kembang melati. wangimu melupakan sukma. lupa jiwa lupa raga. siapa masuk tidak akan bisa keluar)
Ryuka tersentak dari lamunan. mendengar nyanyian nini gandrung. ia merasakan aroma bunga yang sangat menyengat.
Ryuka bangkit dan membuka pintu.
"Ryuka! mau kemana? apa tidak dengar ada suara nyanyian nini gandrung!" Egi mencekal tangan Ryuka.
"lepaskan mas! lebih baik mas Egi masuk kamar. ingat ya, mas Egi belum lepas dari genggaman Nyai Gandari!"
"lalu kamu? kamu juga penyebab keonaran di sana. apa kamu yakin dia tidak sedang mengintaimu?"
Ryuka teta berlari keluar.
"gadis ngeyelan! mau kemana?" Egi mengejarnya.
Nini gandrung berjalan pekan melewati mereka. Ryuka menghampiri nini gandrung dan menarik bajunya dari belakang
Nini gand ung membalikkan badan. matanya merah menyala. Ryuka dengan sigap menendang wajahnya. hingga nini gandrung tersungkur ke belakang.
"wooo bocah edann! Ryuka ..... kembali ke rumah sekarang!" teriak Egi.
Ryuka tidak peduli.
"kawan aku simbah pengacau desa!" tantang Ryuka.
Nini gandrung menyerang Ryuka. cakaran kuku tajamnya melukai tangan Ryuka. Ryuka tidak melawan. nini gandrung mencengkeram tangan Ryuka hingga kukunya menancap dalam.
Ryuka menahan rasa sakitnya. kemudian ia menjejakkan tangan yang mengeluarkan darah itu ke mulut nini gandrung.
"minumlah darah ku yang manis ini!"
Nini gandrung tidak sengaja menelan darah Ryuka. ia mrasakan panas di sekujur tubuh.
"aakkk…".
teriakan nini gandrung yang nyaring memekik telinga, membuat sebagian warga penasaran dan melongok dari balik jendela rumah.
s
Seketika nini gandrung menghilang dan menyisakan keranjang kecil berisi kelopak bunga yang terhempas ke udara, hingga seluruh isinya berhamburan menerpa tubuh Ryuka.
"Ryuka! kamu ini memang sudah gila!"
egi membopong tubuh Ryuka yang terlihat lemas.
para warga di sekitar yang melihat kejadian itu berhamburan keluar rumah dan berlari ke rumah mbah sutinah, mengikuti Egi yang membawa tubuh Ryuka.
"kamu ini kenapa, nduk! nekat sekali!"
Mbah Sutijah membasuh luka di tangan Ryuka kemudian membalutnya dengan kain bersih.
"apa yang terjadi? kenapa bisa nini gandrung tiba-tiba menghilang, padahal dia sudah mendapatkan mangsanya?" tanya seorang warga.
" dia sudah tidak akan kembali dalam waktu dekat ini!" jawab Ryuka.
"apa?"
"dia sedang bergulat dengan racun yang ada di dalam tubuhnya. entah dia akan musnah atau akan pulih, tapi yang pasti dia tidak akan datang dalam waktu dekat"
pagi harinya berita tentang lenyapnya nini gandrung telah menyebar dari mulut ke mulut. hingga sampai pada telinga lurah purnomo.
"kurang ajar! siapa gadis itu sebenarnya! berani sekali dia mengusik nini gandrung!" purnomo mencoba menerka.
"pak! ageng teriak-teriak! " danang muncul dari balik pintu.
Purnomo segera berlari ke kamar ageng.
"ada apa astuti?"
Astuti yang duduk di sebelah ageng tidak menjawab. hanya terisak dalam tangisnya.
purnomo mendekati ageng. ageng sudah tidak bergerak. matanya melotot dan sekujur tubuh perlahan menghitam.
tangan purnomo mengepal. amarahnya kian memuncak. kematian ageng membuatnya murka
"pak kenapa tubuh ageng menghitam dan keluar sisik seperti ular?" tanya danang ketika melihat jasad adiknya.
"itu karena penyakitnya! " jawab purnomo singkat.
"siapkan pemakaman untuk ageng!" perintah kepada centeng centeng nya.
baik pak lurah"
tak lama kemudian, berita kematian ageng smapai kepada warga desa. warga berbondong-bondong datang ke rumah purnomo untuk mengungkapkan bela sungkawa. Ryuka turut hadir di sana.
Ryuka duduk di samping Mbah Sutijah . purnomo tak henti memandanginya dengan tatapan tajam.
ketika hendak pulang, Ryukab tak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita yang bekerja di rumah lurah purnomo.
"eh, maaf, " ucap wanita itu.
"tidak apa-apa mbak, " jawab Ryuka.
wanita itu buru-buru menemui purnomo dan menyerahkan beberapa helai rambut Ryuka.
terpaksa deh...nikah sm org jahat