Hanzel Faihan Awal tak menyangka jika pesona janda cantik penjual kue keliling membuat dia jatuh hati, dia bahkan rela berpura-pura menjadi pria miskin agar bisa menikahi wanita itu.
"Menikahlah denganku, Mbak. Aku jamin akan berusaha untuk membahagiakan kamu," ujar Han.
"Memangnya kamu mampu membiayai aku dan juga anakku? Kamu hanya seorang pengantar kue loh!" ujar Sahira.
"Insya Allah mampu, kan' ada Allah yang ngasih rezeky."
Akankah Han diterima oleh Sahira?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih bintang lima sama koment yang membangun kalau suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BTMJ2 Bab 24
"Bagaimana makan malamnya?"
Hanzel baru saja tiba di kediamannya, dia disambut hangat oleh istri tercintanya, Sahira. Wanita itu kini terlihat memakai baju tidur yang begitu seksi, Hanzel. sampai mengerjapkan matanya.
"Enggak menyenangkan, soalnya nggak ada kamu."
Hanzel memeluk wanita itu dengan erat, lalu dia menyandarkan kepalanya di pundak wanita itu. Hanzel mengendusi bau tubuh istrinya yang selalu membuat dirinya candu.
"Seharusnya tetap menyenangkan, kan' kamu mendapatkan proyek yang besar. Kamu mendapatkan keuntungan yang besar, artinya resto semakin maju."
Harta memang penting, tetapi tetap saja bagi Hanzel kini yang paling penting adalah keluarga. Orang yang dia cintai dan. orang-orang yang menyayangi dia.
"Tetap saja nggak menyenangkan, karena nggak ada kamu. Lagian kamu tadi pergi ke mana sih? Kenapa pergi-pergian sama kedua mertuaku? Kamu jahat, aku nggak diajak."
Sahira tersenyum karena tingkah Hanzel seperti anak kecil yang sedang merajuk, marah karena tidak diajak pergi oleh ibunya untuk jalan-jalan ke tempat yang diinginkan.
"Mau tau, atau mau tahu banget aku pergi ke mana?"
Sahira mengurai pelukannya, lalu dia menatap wajah suaminya dengan penuh cinta. Dia bahkan mengusap pipi Hanzel dan tidak lama kemudian dia cubit dagu Hanzel dengan gemas.
"Ya ampun, istriku ini genit banget."
"Bodo," ujar Sahira dengan bibirnya yang mengerucut.
"Iya, maaf. Aku salah bicara, aku mau tahu banget loh. Cepat ceritakan, kamu habis dari mana?"
"Biar aku tunjukkan," ucap Sahira yang langsung menarik lembut tangan suaminya untuk duduk di atas sofa yang ada di dalam kamar mereka.
"Aku tadi pergi ke rumah sakit, Ini hasilnya."
Sahira memberikan kota kecil kepada Hanzel, pria itu langsung mengerutkan dahinya karena tidak paham dengan maksud dari istrinya tersebut.
"Aku menanyakan apa yang sudah kamu lakukan seharian ini dengan ibu kamu, bukan menanyakan kado. Aku tidak ulang tahun, kenapa harus ada kado?"
"Aku tahu, ini bukan hari ulang tahun kamu. Tapi aku mau kasih kado, karena inilah hasilnya. Jadi, silakan buka sayang. Semoga kamu senang," ujar Sahira.
Hanzel semakin bingung saja dengan apa yang dikatakan oleh Sahira, tetapi karena merasa penasaran akhirnya dia mau buka kado yang diberikan oleh istrinya tersebut.
Saat kado itu dibuka, nampaklah tespek bergaris dua. Dia juga melihat ada foto USG dan hasil pemeriksaan yang menyatakan kalau Sahira kini sedang mengandung.
Hanzel terdiam sambil menatap apa yang ada di dalam kado tersebut, saat ini sungguh perasaannya campur aduk. Ternyata usahanya membuahkan hasil, ada Hanzel Junior di dalam perut istri.
"Hamil? Kamu hamil?"
"Iya, aku hamil. Apa kamu senang, Sayang?"
"Sangat, kenapa tidak mengajak aku untuk memeriksakan kandungan?"
Sahira akhirnya menceritakan apa yang sudah terjadi, beberapa hari ini dia sering mual. Namun, walaupun seperti itu porsi makannya bertambah.
Ditambah lagi dia sudah telat 2 bulan, alhasil ketika sedang pergi bersama dengan kedua orang tuanya, dia meminta ditemani untuk pergi ke rumah sakit.
"Dokter bilang usia kandungannya sudah menginjak 8 Minggu, mereka sangat sehat."
"Mereka?" tanya Hanzel semakin bingung.
"Kata dokter calon anak kita kembar, ada dua." Sahira berkata dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Dua? Ada dua?"
"Ya," jawab Sahira.
"Kalau gitu, aku jago dong bikinnya?"
"Apaan sih? Ehm, Yang. Kamu senang mau jadi ayah?"
"Tentu saja jadi ayah itu menyenangkan, apa kamu lupa kalau aku sudah menjadi ayah bagi Cia? Kini, anak-anakku akan bertambah lagi. Pria mana yang tidak bangga?"
Sahira merasa senang sekali mendengar apa yang dikatakan oleh Hanzel, wanita itu bahkan tanpa ragu langsung memeluk dan mencium bibir suaminya.
"Terima kasih karena sudah hadir di dalam hidupku, aku sangat bahagia."
"Sama-sama, Sayang."
Keduanya saling memeluk, begitu bahagia rasanya karena akhirnya mereka diberikan kepercayaan untuk memiliki anak kembali.
"Oiya, Sayang. Jenis kelaminnya apa sudah keliatan?" tanya Hanzel penuh dengan semangat.
"Aih, mana mungkin udah keliatan. Nanti kalau usia kandungannya sekitar dua puluh empat minggu sudah mulai terlihat," ujar Sahira.
"Ya ampun, aku tak sabar. Lain kali kalau mau periksa aku ikut, aku mau lihat pertumbuhan calon anak-anakku di dalam sini."
"Ya," jawab Sahira.
Hanzel terus aja memeluk istrinya, bahkan pria itu juga tanpa ragu mengecupi pipi istrinya itu. Tak lama kemudian dia teringat akan Cia.
"Bagaimana dengan Cia? Apa dia senang mau punya adik dua?"
"Sangat senang, doa bahkan sampai bersorak kegirangan."
"Alhamdulillah, nanti kalau suatu saat aku terlalu perhatian kepada anak kembar kita, tolong tegur aku. Aku takut Cia cemburu," ujar Hanzel.
"Siap, Sayang," ujar Sahira dengan rasa bahagia yang tidak terkira. Karena Hanzel begitu menyayangi putrinya dari Dion itu.