"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.
"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.
Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋆˚𝜗 Diningrat Internasional School 𝜚˚⋆
Brumm
Brumm
Brumm
Deru motor memenuhi lapangan gedung tinggi berlantai tiga, terlihat tujuh motor besar memasuki gerbang besi yang menjulang tinggi mengelilingi gedung megah Diningrat Internasional School (DIS). Jika dilihat dari atas gedung tinggi itu terlihat seperti konvoi yang biasa diadakan oleh geng motor – geng motor lainnya, tapi bedanya konvoi ini tidak menimbulkan kericuhan layaknya konvoi geng motor pada umumnya.
Jaket kulit dengan logo Peaceaable Geng melekat dengan sempurna di badan atletis ke tujuh lelaki dengan paras bak dewa Yunani itu. Keadaan yang semula riuh kini sunyi sebab kehadiran geng motor yang terkenal akan bakti sosialnya. Semua pasang mata tertuju pada anggota inti Peaceable, tatapan kekaguman terpancar jelas dari semua pasang mata yang ada di sana.
Hari ini memang hari pertama mereka menjadi anak SMA, setelah merundingkan secara matang-matang mereka memutuskan untuk satu sekolah di sekolah milik keluarga Cakra. Arkan, sebagai ketua Peaceable memutuskan agar mereka satu sekolah. Hal itu bertujuan untuk mempermudah komunikasi mereka satu sama lain, selain itu persahabatan mereka juga akan semakin erat nantinya.
Ke tuju lelaki itu melepas helm yang menutupi wajah tampannya, seketika suara riuh kembali terdengar terutama suara pekikan gadis yang menatap takjub. Mereka dapat membuktikannya sekarang, bahwa benar apa yang didengar tentang rumor geng motor Peaceable yang bukan hanya baik hatinya melainkan juga ketampanan mereka yang sudah tidak perlu diragukan lagi.
“Gilak beneran ganteng banget anjir.”
“Gue sih nggak masalah ya kalau harus tuaan gue dua tahun, asalkan cowoknya mereka.”
“Cowok yang mukanya serem itu ketuanya bukan sih?”
“Liat deh cowok yang kulitnya tan, manis banget gilak... Dia diem aja udah keliatan manis, gimana kalau ketawa bisa kejang-kejang gue.”
“Cowok yang mukanya kayak orang China pasti anak pemilik DIS.”
Suara pekikan terdengar cukup riuh, padahal baru hari ini pertama bagi Haikal, Cakra, Arkan, Sarga, Rey, Nando dan Eza menginjakkan kakinya di Diningrat Internasional School, tapi mereka sudah se-terkenal itu. Bisa di tebak bahwa tidak akan ada lagi drama pembullyan seperti yang di alami Cakra semasa SMP dulu.
“Kenapa gue ngerasa jadi idol K-Pop dadakan gini, ya?” Celetuk Haikal dengan songongnya, lelaki itu mengibaskan rambutnya ke belakang berlagak sok tampan.
Sayangnya, dia memang terlihat benar-benar tampan. Buktinya para gadis di buat menjerit tertahan dengan aksi Haikal yang menyegarkan rambutnya ke belakang. Jantung gadis-gadis itu berdebar kencang, apalagi saat melihat senyuman manis yang sengaja ditunjukkan Haikal.
Tidak mau kalah, Rey juga ikut mengibaskan rambut pirangnya. Kemudian melepas jaket kulit kebanggaannya, memperlihatkan seragam putih yang sengaja tidak dia masukkan dengan dua kancing teratas yang tidak dia kancingkan dengan benar. Jeritan yang semula tertahan kini lepas juga, pakaikan keras dari gadis-gadis yang ada di sana heboh memenuhi lapangan DIS.
“Pesona gue emang nggak perlu di ragukan.” Rey berucap sombong sambil menatap sahabat-sahabatnya dengan satu alis sedikit terangkat.
“Halah tai.” Nando mencibir menatap jijik sahabatnya.
Haikal dan Cakra yang menyaksikan itu pun sontak terkekeh pelan.
‘Sekarang giliran gue.” Cakra mengedarkan pandangannya ke seluruh lapangan kemudian padanganya jatuh pada segerombolan gadis yang sepertinya kakak kelasnya. Satu matanya mengedip menatap genit segerombolan gadis itu, para gadis-gadis menjerit sebab menadapat godaan dari anak pemilik sekolah.
Cakra terbahak, “tuh kan apa gue bilang, pesona tuan muda mengalahkan segalanya.”
Sarga menggeleng pelan, “udah-udah ayo cabut, bentar lagi bel.”
...᭝ ᨳ☀ଓ ՟...
“Sementara kita ngumpul nya disini dulu ya, nunggu rumah yang bakal kita jadiin markas di bersihin dulu.” Cakra berucap sambil mendudukkan dirinya di samping Haikal.
“Tiap hari di sini juga gapapa kalik bang, lumayan nongki-nongki sambil makan gratis.” Kekeh salah satu anggota Peaceable yang umurnya terpaut satu tahun lebih muda dari Cakra.
Haikal memasukkan pisang coklat ke dalam mulutnya, “yee itu sih mau lo nyet.”
Lelaki itu menyengir, lagian siapa juga yang tidak suka nongkrong di mansion Cakra. Selain karena mansion nya yang sangat amat besar juga pemandangannya di malam hari seperti ini terlihat sangat indah melebihi cafe milik Cakra. Selain itu, mereka akan mendapatkan cemilan dan juga makanan gratis yang sangat lezat dari orang tua Cakra. Terlebih lagi jika Daddy Ebenezer ada di mansion, siapa yang nggak suka coba.
Mansion Cakra di jadikan markas anggota Peaceable sementara waktu, sembari menunggu salah satu rumah Cakra yang dia sumbangkan untuk di jadikan markas. Rumah yang berada di salah satu perumahan elit yang sudah lama kosong. Dulunya rumah itu di beli untuk Keluarga Diningrat tepati saat mansion-nya telah di renovasi. Daddy Ebenezer memberikan rumah itu untuk mereka jadikan markas Peaceable, selain itu lelaki setengah baya tersebut juga dengan senang hati akan selalu tersedia membantu segala hal kesulitan mereka nantinya.
“Thanks Cak, lo udah bantu banyak hal buat Peaceable, nggak salah gue rekrut lo sama Haikal sebagai anggota inti Peaceable, gue akui rasa solidaritas dan kemanusiaan kalian emang bener-bener tinggi.” Pertama kali dalam sejarah anggota Peaceable mendengar leader mereka berbicara panjang lebar seperti ini.
Anggota inti Peaceable terkekeh mendengar ucapan panjang yang Arkan utarakan, sedangkan anggota Peaceable yang lainnya sedikit terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa leader mereka bisa mengucapkan hal sepanjang ini, dan apa tadi dia bilang, terima kasih? Mereka baru tau ternyata ketua geng motor bisa mengatakan kata terima kasih juga.
Pasalnya kebanyakan ketua geng motor akan memiliki sifat arogan dan enggan untuk mengatakan terima kasih dan maaf. Tapi Arkan berbeda, buktinya tanpa mengurangi rasa gengsinya dia mau mengatakan terima kasih pada Cakra.
Cakra terkekeh pelan, kepalanya mengangguk singkat sambil sibuk menyalakan rokok di antara apitan bibirnya. “santay aja kalik bos, kayak sama siapa aja.”
“Justru kita yang harusnya terimakasih bos, karena udah mau jadiin kita salah satu dari Peaceable, iya nggak Cak?” Haikal sedikit menyenggol lengan Cakra meminta persetujuan sahabatnya, tak lupa tangannya tanpa punya rasa malu menyahut korek dari tangan Cakra untuk menyalakan rokoknya dari hasil mencomot milik Rey.
Cakra mengangguk mantap, “yoi, oh iya bos gimana kegiatan besok, butuh dana nggak? Kalau butuh langsung bilang sama gue, ntar gue bilangain Daddy beliau siap bantu apapun buat Peaceable.”
Selain terkenal akan kekayaannya, keluarga Diningrat juga terkenal akan keroyalan nya. Mereka tidak akan pikir panjang bila ingin membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Bahkan keluarga Diningrat juga termasuk donasi terbesar di salah satu panti asuhan, panti jompo, dan pondok pesantren. Keluarganya memang non Islam, tapi rasa toleransi mereka begitu tinggi, buktinya Daddy Cakra juga membantu membangun masjid di salah satu daerah terpencil.
Sarga membuang putung rokoknya, “nggak perlu, uang sisa balapan minggu kemarin masih ada, cukuplah kalau Cuma buat konsumsi bersih-bersih di taman kota besok.”
Mereka semua mengangguk setuju, tujuan mereka berkumpul malam ini memang untuk membahas soal kegiatan bersih-bersih taman kota yang akan mereka lakukan besok. Pasti kalian bertanya mengapa mereka tidak berkumpul di Take a bit cafe, jawabannya karena cafe itu tutup selama beberapa hari sebab ada kegiatan renovasi besar-besaran.