satu wanita dengan empat pria sekaligus, memiliki wajah cantik sekaligus senyuman yang dapat memikat semua mata kaum adam yang melihat kearahnya.
kania ratu ovalia mempunyai wajah yang cukup terbilang sempurna, hingga tak ada cela sedikitpun untuk mengatakan kekurangan fisik yang gadis itu punya.
di sisi lain ke empat pria tampan dan menduduki pria-pria paling terpopuler di SMA internasional school. hidup ditengah huru hara persoalan yang sering dijumpai di sekolah umum biasanya, Garvin, Ervan, Danu, Alex , dan satu wanita yang bernama kania.
memperebutkan satu hati dari gadis biasa akan tetapi memiliki wajah sempurna. serta memiliki kepribadian yang berbeda, akan kah salah satu dari mereka dapat merebut hati kania atau malah tak ada satupun dari mereka yang dapat memenangkan hati kania.
semua tergantung seberapa besar perjuangan yang akan mereka lakukan dan berikan pada kania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"kania!"
telinga Kania yang mendengar namanya di panggil. sontak menelisik kearah sumber suara.
begitupun Tasya juga ikut penasaran dan mengarahkan pandangannya pada suara pria yang jujur saja tak asing di telinganya.
"Garvin! " seru Kania dan Tasya secara bersamaan.
"sya ini aku nggak salah lihat kan itu Garvin."
Tasya mengangguk kan kepala nya. ia juga tak kalah terkejut.
"hay." sapa Garvin.
******
kafe di London
kedua gadis cantik duduk di depan satu pria tampan yang tak lain adalah Garvin pria terpopuler di sekolah kedua gadis cantik itu.
"emm, kalian berlibur disini? " lontaran pertanyaan dari Garvin seakan menjadi pemecah keheningan antara mereka bertiga.
"iya." jawab Tasya.
"bukan." jawab Kania.
Kania dan Tasya saling menatap dan merutuki diri mereka Masing-masing.
"ma-maksud kita itu.... berlibur tapi juga ada hal penting." sahut Kania.
"Iyah bener maksud kami gitu."
Garvin tersenyum. "kalian udah berlibur kemana aja ketika di London? "
"cuman dua tempat kesukaan Kania kok." jawab Tasya.
"oh Iyah, dimana itu? "
belum sempat Tasya menjawab, Kania menginjak kaki Tasya seakan memberi isyarat untuk tidak menjawab pertanyaan Garvin.
"emm, kamu tanya saja sama Kania." suara Tasya seperti menahan rasa sakit akibat injakkan dari Kania.
Garvin mengalihkan pandangannya pada Kania. dan memberikan ekspresi wajah ingin mendapat jawaban dari gadis itu.
Bukannya menjawab kini Kania malah ikut gelagapan, kalau saja Tasya tak bilang padanya bahwa Garvin menyukai dirinya. tentu Kania tak akan terlalu gugup bahkan gelagapan seperti sekarang.
"e-eh itu anu apa? " Kania menggaruk pangkal rambutnya yang tak gatal.
"tunggu tunggu biar nggak ada kecanggungan antara kita bertiga, aku mau tanya kalian kenapa? maksud aku, kalian kayak canggung banget sama aku. apa aku udah buat kalian nggak nyaman? "
Merasa geram Tasya pun mengambil nafas dan bersiap akan mengeluarkan semua yang berada di fikirannya.
"bukannya kita nggak nyaman." celetuk Tasya sembari menatap sekilas gadis di sebelahnya. "tapi... kita cuman, nggak bukan kita sih. tapi karna Kania nggak enak ngomong sama kamu. soalnya dia udah..... " belum sempat Tasya melanjutkan ucapannya.
"Tasya! " panggil Kania secara Tiba-tiba dengan suara yang cukup kencang.
sontak Tasya dan Garvin pun terkejut mendengar suara Kania. tapi bukannya membuat Tasya berhenti bicara ia malah meneruskan apa yang ingin ia lontarkan pada pria di depannya.
"soalnya Kania udah tau kalau kamu suka sama dia." lanjut Tasya.
Duarrr
Seakan pistol dengan beribu peluru di arahkan kearah Kania, tubuhnya melemas. rasa malu menjalar di sekujur tubuhnya. bibir sekaligus lidahnya seakan keluh dan tak mampu untuk ia gerakkan sama sekali.
Ingin rasanya Kania tenggelam di pantai yang tak jauh darinya. ia sangat di buat malu, hingga kini tanpa sadar tatapan Garvin mengarah kearah dirinya, seperti bom atom yang siap menghancur leburkan tubuhnya.
Garvin memposisikan duduknya lebih nyaman dan menakupkan tangannya diatas meja seraya berkata. "bener apa yang di omongin Tasya? " pertanyaan yang tertuju langsung untuk Kania.
"emm, i-iya." jawab Kania.
senyuman terbilang cukup manis bahkan menawan tertangkap jelas di mata Kania, hingga kini mata Kania dan Garvin saling adu pandang. Tasya yang sangat faham dengan situasi itu segera berpamitan pergi untuk memberi ruang pada sahabatnya dan pria yang menyukai dirinya.
"aku tunggu di luar yah, kalian ngomong aja nggak papa santai." ucap Tasya dan berlalu pergi.
membuat tangan Kania yang hendak menghalau kepergian sahabatnya itu, tak sampai karna keduluan Tasya yang sudah berlalu pergi dari tempat duduknya.
"awas kamu sya." gumam Kania.
"kamu nggak usah marah sama temen kamu." ucapan Garvin, membuat Kania dengan cepat memposisikan duduknya dengan nyaman.
"ekhem ekhem." suara Kania ia atur agar dapat menutupi kegugupan nya. "biar aku jelasin dari awal."
"silahkan." Garvin mempersilahkan untuk Kania menjelaskan.
"jadi gini kemarin aku di kasih tau sama Tasya tentang kamu sama kak Ervan bahwa kalian ada rasa sama aku, tapi bukannya aku geer atau sok cantik. cuman.... itu semua buat aku jadi canggung aja apalagi sekarang nggak sengaja ketemu kamu disini."
Garvin tersenyum.
sedangkan Kania yang hampir terpesona oleh senyuman dari Garvin sejak tadi langsung ia ucapkan agar segera menghentikan Garvin untuk tak terlalu tersenyum dengan wajah yang sangat menawan di depannya.
"sama tolong banget pliss, jangan senyum gitu didepan aku."
"kenapa? "
"karna.... kurang cocok di kamu."
"perasaan semua orang nggak pernah ada yang keberatan sama senyuman aku."
"tapi aku beda."
"aku pernah baca buku berjudul smile makes me fall in love, dalam buku itu ada dua tipe orang yang akan bilang tentang senyuman kita yang pertama bilang nggak suka itu berarti terpesona sama senyuman kita, dan yang kedua bilang suka itu berarti senyuman kita terlalu mempesona di mata mereka." jelas Kania.
"tapi aku bukan tipe yang pertama ataupun yang kedua, tapi aku tipe yang ketiga yaitu nggak suka senyuman kamu yang terlihat menggoda." balas Kania.
"berarti kamu tergoda."
Kania terdiam, ia lupa bahwa Tasya pernah bilang selain Garvin adalah pria terpopuler akan ketampanannya, pria itu juga terkenal akan kepintaran dan kecerdasan dalam hal apapun. sekarang ia membuktikannya sendiri. tentu kini ia sangat terlihat orang yang begitu bodoh.
"hahaha... " Kania tertawa, membuat Garvin mengernyitkan dahinya tak faham dan tak mengerti apa yang lucu dengan ucapannya tadi.
"maaf tapi apa ada yang lucu?"
Kania menggeleng kan kepalanya. "nggak ada sih, tapi sekarang aku udah dapat jawabannya. bahwa apa yang diucapkan Tasya kalau kamu suka aku itu nggak benar. pria tampan dan pintar mana mungkin suka sama gadis biasa juga agak lain kayak aku. Iyah kan, dasar emang Tasya itu lawak banget sih."
Jujur saja kini Kania sangat gugup tapi ia tengah mencoba agar membuat semua ucapannya konyol nya bahwa Garvin suka dengan dirinya menjadi candaan, Kania mengambil jus yang tadi ia pesan dan ketika Kania sedang meminum jus itu dengan lantang Garvin menjawab ucapannya.
"siapa bilang omongan Tasya nggak bener? dia ngomong yang sebenernya kok. aku emang suka sama kamu."
sontak lontaran yang keluar dari mulut Garvin, membuat Kania tersedak.
"huk huk huk..... "
dengan sikap layaknya pria gentle, Garvin berdiri dari tempat duduknya dan beralih disamping Kania dengan mengelus lembut punggung gadis itu.
Tanpa sengaja mata Kania kembali beradu pandang dengan mata Garvin.
Deg deg deg
suara jantung Kania berdetak dengan cepat, serasa ingin lepas dari tempatnya. bahkan kini pipi yang tadinya bewarna putih bersih kini telah bewarna merah seakan tengah bersipu malu.
"a-aku nggak papa." ujar Kania.
Bersambung.