Bagi seorang anak baik buruknya orang tua, mereka adalah dunianya. Mereka tumpuan hidup mereka. Sumber kasih sayang dan cinta. Akan, tetapi sengaja atau tidak, terkadang banyak orang tua yang tidak mampu berlaku adil kepada putra-putri mereka. Seperti halnya Allisya. Si bungsu yang kerap kali merasa tersisih. Anak yang selalu merasa dirinya diabaikan, dan anak yang selalu merasa tidak mendapatkan kasih sayang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Pukul 2 pagi Mira terbangun, sebelum tidur tadi dirinya sudah meniatkan untuk melakukan sholat Sunnah tahajjud hari ini. Ia ingat sekali kata guru agama nya dulu, kalau ingin doanya lebih cepat di kabulkan, maka silahkan berdoa setelah melaksanakan sholat Sunnah tahajjud. Ia membuka lebar lebar kedua bola matanya, yang inginnya masih terpejam, namun hati dan pikiran berkata harus bangun. Di sampingnya Lia tengah tertidur pulas. Kini pandangannya ia alihkan ke arah jendela kayu kamarnya.
Ia melangkah kesana, lalu membukanya. jendela kamar ini terbuat dari kayu, yang kini sudah lapuk dan sebagian sudah di makani rayap. Intinya jendela ini di beri tralis besi, jadi meski telah terlihat lapuk, namun masih aman. Ia memandang keluar jendela, bintang kerap KerLiP seperti tengah bermain mata kepadanya. Bulan terang yang tak menyilaukan mata, tampak seperti kristal kaca yang menggantung di langit luas. Angin malam yang dingin, menusuk hidungnya, terasa segar sekali udara pada pagi hari ini, karena belum tercemari oleh polusi.
"Sungguh indah ciptaan-Mu ya Allah." gumamnya memuji keagungan Tuhan.
"Aku tak menyesal karena terlahir di keluarga ini ya Allah, karena berkat terlahir di keluarga ini aku bisa memiliki kakak sebaik kak Lia. Hanya saja, saat ini sebuah masalah sedang menimpaku ya Allah, dan kuyakin masalah itu juga datangnya dari mu ya Allah, jadi ku mohon hilangkan masalah itu dari hidupku ya Allah, beri hamba jalan keluar untuk menyelesaikan semua persoalan dalam hidup ku ya Allah."
Setelah selesai melaksanakan sholat tahajjud, ia tak langsung tidur. Ia ambil mushaf Al-Qur'an lalu mulai membacanya, ia niatkan setiap bait bait ayat ayat suci Al-Quran yang ia baca untuk penyelesaian masalahnya.
"Sungguh indah Kalam kalammu ya Allah, maka berilah aku keindahan dalam hidup ya Allah, seindah kalam Kalam yang sedang kubaca ini ya Allah" ucapnya lirih, bulir bening air mata menetes tak henti dari pelupuk matanya.
"Mira Mira bangun, sudah ajan subuh" ucap Lia membangunkan Mira, yang tertidur di atas sejadah dalam keadaan memeluk mushaf Al-Qur'an, dan masih mengenakan mukenah. Ternyata setelah sholat tahajjud tadi dirnya tak sengaja tertidur.
"Astaghfirullah" ucap Mira segara beranjak bangun ketika ia melihat mushaf Al-Qur'an di tangannya. Ia khawatir selama tidur semalaman ia tak menjaga mushaf tersebut. Karena kata guru agamanya, mushaf Al-Qur'an harus ditempatkan di tempat yang suci dan paling tinggi di manapun berada, termasuk di rumah.
"Sudah, sekarang kamu siapa siap, biar kita sholat subuh berjamaah. Biar kakak yang jadi imamnya"
"Iya kak"
"Allahu Akbar....."
********
Pagi ini wajah Rudi dan Wati sama sama di tekuk, mungkin karena masalah kemarin malam. Rudi tetap pada rutinitas paginya yaitu minum kopi sambil menonton tv, sedangkan Wati sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Sedangkan Lia, sibuk membantu bantu pekerjaan Wati. Dan Mira, sudah sibuk berkemas kemas untuk berangkat ke sekolah.
"Mau kemana kamu Mira?" Tanya Wati kepada Mira, yang sudah rapi dengan seragam biru kota kotaknya
"Mau berangkat ke sekolah Bu"
"Ongkos dari mana?" Ucap Wati
Mira dan Lia saling pandang.
"Jawab.... Ongkos dari mana" bentak Wati kepada mira.
"Mmmm, tidak tahu bu"
"Kalau nggak tahu, kenapa sekolah, di rumah aja tidur, habis itu ke ladang bantu bantu di ladang"
"Tapi Bu.."
"Nggak ada tapi tapian " potong Wati.
"Bu..."
"Kamu Lia diam aja, kamu masih anak anak, jangan terus terusan kamu bela Ade kamu yang nggak tahu diri ini. Nggak ada gunanya dia sekolah, sekolah di tempat mahal bukannya makin pintar malah makin pintar melawan orang tua" ucap Wati kepada Lia.
Lia yang mendengar itu hanya menunduk, sedangkan Mira langsung bergegas pergi ke kamar.
Ia ambil kembali jacket bayu yang sudah ia masukkan ke dalam tas, yang niatnya akan ia kembalikan kepada Bayu hari ini, tapi tanpakmya niatnya akan gagal karena hari ini ia tak akan masuk sekolah. Padahal Senin kemarin dirinya berjanji akan mengembalikannya di hari Rabu, tetapi ini sudah hari kamis tak ia belum mengembalikannya juga.
"Maafkan hamba ya Allah, hamba sudah ingkar janji. Buatlah Bayu tak masalah meskipun saya sudah ingkar janji kepadanya ya Allah" ucapnya lirih sambil memegang jacket bayu.
"Tok... Tok..." suara pintu ada yang mengetuk.
Mira ingin membuka pintu, tetapi dirinya merasa malas, apalagikan di ruang tamu sudah ada Rudi yang sedang menonton TV, tentu Rudi akan membukanya.
"Tok... Tok...."
Mendengar suara ketukan pintu, Rudi melangkah dengan malas.
"Siapa sih pagi pagi sudah ganggu" ucap Rudi lirih, lalu beranjak untuk membuka pintu.
"Disana seorang anak laki laki tengah berdiri di depan pintu."
"Cari siapa?"
"Saya Alwi, temannya Mira om, Mira nya dah pergi sekolah?"
"Ohhh, tunggu aku panggilin Mira dulu"
"Mira.... Mira.....Mira..." Teriak Rudi memanggil Mira. Rudi memang terbiasa teriak teriak kalau memanggil anak anaknya baik Lia mapun Mira. Bahkan marah marah pun ia sering teriak, sampai sampai tetangga pada denger semua. Terkadang Mira dan Lia malu kepada tetangga, karena pagi pagi sudah ribut.
Mira yang mendengar teriakan ayahnya, langsung berlari menuju ke arah suara
"Iya kenapa pak?"
"Nih kawan kau si Alwi nyariin" ucap Rudi, lalueninggalkan mereka berdua, kembali menonton tv.
"Alwi...." Ucap Mira heran, setaunya iya tak punya teman atau kenalan yang bernama Alwi lalu melongokkan kepala ke luar pintu.
."gadinghh" ucap Mira lirih.
"Ngapain kamu ke sini? Mau cari ribu saya ibu saya"
"Aku ke sini mau jemput kamu mau bareng ke sekolah"
"Aku nggak sekolah"
"Kenapa? Kan kamu sudah siap siap begini" ucap gading yang melihat Mira sudah memakai seragam rapi.
"Udah jangan banyak tanya, kamu pulang aja, nanti kalau ibu aku tahu kamu bisa di marahin loh"
"Ya nggak peduli"
"Please gading, kamu nggak puas fitnah aku kemarin, sampai sampai orang tuaku harus bayar 2 juta ke ibumu"
"Ohhh, masalah itu, kalau kamu nggak mampu bayar, ya nggak papa"
"Udah lah gading, aku nggak mau bahas soal ini lagi, mending kamu pulang aja, aku malas liat muka kamu"
"Kamu ikut aku ke sekolah, atau aku masuk dan ketemu sama ibu kamu, terus aku nyalam ibu kamu. Penasaran sama reaksi ibu kamu kalau liat siapa yang datang"
"Please jangan aneh aneh, ibu aku lagi emosi banget Samapi sampai aku di larang ke sekolah hari ini "
"Kalau gitu, kamu ke sekolah aja diam diam, tenang pulang sama perginya aku anterin, jadi kamu nggak perlu khawatir soal ongkos. Bila perlu nanti kamu aku ongkosin deh " ucap gading.
"Gimana, kamu mau nggak?" Lanjut gading.
Mira terdiam, ia memamg tidak suka dengan cara gading kemarin, tetapi ia harus segera membalikkan jacket bayu. Soalnya ini juga sudah lewat satu hari dari janjinya kemarin.
"Kita nggak ada waktu loh, nanti keburu bel"
Ya sudah kamu tunggu di sini"
"Ok"
Mira pun memasukkan kembali jacket gading ke dalam tasnya, lalu berniat pergi tanpa pamitan kepada ibunya, dan hanya pamitan kepada ayahnya.
"Maaf kan Mira Bu, soalnya Mira ada janji yang harus di tunaikan" ucap Mira lalu beranjak pergi.