"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 20
Alena kemudian mengacak-acak rambutnya.
"gimana ini, wanita cantik ini saja masih tidak bisa menghangatkan hati paman, aduh galaunya aku."ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian langsung berbalas beberapa pesan kepada Denis.
"aku tidak mau...!"terdengar suara Narendra cukup keras.
Alena yang mendengar suara itu langsung menutup laptopnya.
"sepertinya itu adalah suara paman...?"ujar Alena dalam hatinya.
Lalu Alena membuka telinga lebar-lebar.
"aku sudah bilang beberapa kali kan kepada kalian semua....?"ujar Narendra lagi.
"eh...iya benar itu adalah suara paman, dia lagi bertengkar dengan seseorang...?"ujar Alena sambil turun dari tempat tidurnya.
Alena kemudian perlahan-lahan membuka pintu kamarnya.
Setelah itu, Alena kemudian berjalan perlahan-lahan mendekati ruangan kerja Narendra.
setalah dekat di depan pintu, Alena kemudian langsung mengintip dari balik pintu.
"saat ini aku tidak ingin menikah, aku hidup sendiri juga baik-baik saja, lalu untuk apa aku menikah...?"ujar Narendra.
Alena masih saja mengintip dari balik pintu.
"mencari seseorang untuk di ajak ribut setiap hari, seperti kalian begitu...? Lalu menjadikan rumahku sebagi Medan perang begitu...?"ujar Narendra.
"apakah yang kalian maksud adalah berpura-pura hidup harmonis, tapi sebenarnya tidak akur, maaf, aku tidak ingin hidupku jadi seperti itu."ujar narendra.
cukup lama narendra mendengar suara di dalam ponselnya.
"baiklah kalau begitu, aku katakan sekali lagi, jika kalian suka maka silahkan kalian saja yang menikahinya, semua itu tidak ada hubungannya sama sekali denganku, aku bukanlah alat yang bisa kalian gunakan untuk keuntungan pribadi kalian."ujar narendra dengan intonasi suara yang sangat keras.
setelah itu Narendra kemudian langsung mematikan sambungan teleponnya.
Narendra menggenggam ponselnya dengan sangat erat.
beberapa saat kemudian, narendra kemudian menoleh ke arah Alena yang sedang mengintip dari balik pintu.
"Alena."ujar Narendra.
"pa....paman."ujar Alena sambil membuka pintu lebar-lebar.
Narendra kemudian langsung berjalan mendekati Alena.
"maaf ya,paman sudah mengganggu kamu istirahat malam-malam begini, tidak apa-apa, sudah cepat pergilah istirahat."ujar narendra sambil mengusap kepala Alena.
Alena menganggukkan kepalanya.
Narendra kemudian langsung berbalik badan.
"paman."ujar Alena.
"iya, ada apa...?"ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.
"apakah paman baik-baik saja...?"ujar Alena.
Narendra kemudian berbalik badan membelakangi Alena.
"aku baik-baik saja, sudah sana kembalikan masuk ke dalam kamar dan segeralah beristirahat."ujar narendra.
Alena menggigit bibirnya.
Setelah itu Alena kemudian langsung menutup pintu ruangan tersebut.
"tadi itu yang menelpon pasti orang tua paman, walau pun aku sudah tinggal di rumah paman selama 7 tahun, akan tetapi aku sama sekali belum pernah melihat mereka."ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian langsung berjalan masuk ke dalam kamar.
Setelah masuk ke dalam kamar Alena kemudian langsung membuka kembali laptopnya.
Mata Alena kembali tertuju pada foto wanita yang di kirimkan oleh denis tadi.
"kenapa sekarang usiaku baru saja menginjak 17 tahun, aku bahkan tidak Berani sama sekali untuk menyatakan perasaanku kepada paman, tidak lama lagi pasti paman akan segera menikah dengan orang lain."ujar Alena dalam hatinya sambil meneteskan air matanya.
Alena kemudian langsung terduduk di atas lantai.
Alena kemudian menangis sejadi-jadinya, setelah lelah menangis Alena kemudian langsung tertidur di depan pintu kamar.
Keesokan harinya.
Setelah Alena bangun dari tidur siangnya, Alena kemudian langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Alena kemudian langsung memakai pakaiannya.
Setelah selesai berdandan, Alena kemudian langsung berjalan masuk ke dapur.
"eh...! paman,malam ini kamu ingin membuat sup ya...?"ujar Alena sambil melihat ke arah Narendra yang sedang memotong daging ayam.
"iya hari ini aku akan memasak hot pot dan juga sup,hari ini adalah hari terakhir, maka kita akan makan enak."ujar Narendra sambil meraih daging yang berada di sebelahnya.
"wah...wah..paman...! Jika kamu jadi seorang koki pasti kamu akan jadi koki kelas atas...! Tipis sekali irisan daging itu...!"ujar Alena sambil tersenyum lebar ke arah Narendra yang sedang mengiris daging.
"sudah diamlah, tolong ambilkan jahe itu."ujar Narendra.
Alena kemudian langsung mengambil jahe yang berada di atas meja dan langsung memberikannya kepada narendra.
"paman."ujar Alena.
"iya ada apa...?"ujar Narendra sambil terus fokus pada makanan yang akan di buatnya.
"apakah saat kamu sekolah di luar negeri, kamu pernah memasak untuk orang lain...?"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"tentu saja pernah."ujar narendra.
Fikiran Alena seketika tertuju kepada foto wanita cantik yang di kirim oleh Denis semalam.
"waktu itu bayak sekali teman yang datang untuk meminta makanan kepadaku."ujar Narendra sambil memotong jahe yang berada di hadapannya.
"hah...! Yang benar saja...?"ujar Alena terkejut mendengar ucapan Narendra tersebut.
"padahal selama ini paman selalu bersikap dingin."ujar Alena dalam hatinya.
"kenapa kamu bilang jika itu tidak benar...? Keterampilan memasak ku sebenarnya biasa-biasa saja, akan tetapi Denis selalu melebih-lebihkan kepada orang lain, dan setiap aku selesai masak, pasti ada banyak sekali orang yang menumpang untuk makan."ujar narendra.
"tapi menurutku itu tidak di lebih-lebihkan kok, masakan paman memang beneran enak kok..!"ujar Alena.
"lalu apakah ada wanita yang berhasil kamu pikat dengan keahlian memasak mu itu paman...?"ujar Alena sambil memanyunkan bibirnya.
"tapi Mana boleh setiap hari memberikan orang makan...!"ujar Narendra sambil terus fokus memasak.
"kalau di bidang seperti ini, paman memang agak lain."ujar Alena dalam hatinya.
"bukankah paman orangnya ganteng, pandai masak lagi, pasti banyak sekali gadis-gadis yang naksir berat sama paman kan...?"ujar Alena bertanya kepada Narendra.
"kalau soal yang seperti itu, mana aku tahu."ujar narendra.
"dasar paman b*doh...!"umpat Alena dalam hatinya.
"paman kok gak peka banget sih jadi orang, masa paman sama sekali tidak tahu kalo ada seseorang yang naksir sama paman."ujar Alena sambil memanyunkan bibirnya.
"sekali pun Mereka menyukaiku, akan tetapi itu sama sekali bukanlah urusanku."ujar narendra datar.
Alena terbelalak mendengar ucapan Narendra, akan tetapi sebuah senyuman manis tersungging di bibir manisnya.
beberapa jam kemudian.
"wah...! banyak sekali makanannya, tapi sayang sekali aku tidak bisa minum anggur."ujar Alena sambil mengambil mangkuk.
"kamu masih saja memikirkan tentang anggur...!"ujar narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.
Alena kemudian tersenyum lebar.
Narendra kemudian langsung berjalan masuk ke dapur.
setelah beberapa saat.
"aku akan minum anggur, kamu minumlah jus anggur ini, sama-sama anggur dan gak ada bedanya juga."ujar Narendra sambil menuangkan jus anggur ke dalam gelas yang berada di dekat Alena.
"tumben-tumbenan hari ini paman mau minum anggur."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"aku juga sudah sangat lama sekali tidak pernah minum anggur."ujar Narendra.
"tos untuk makan malam kita malam hari ini."ujar alena dan Narendra serempak sambil mengadu gelas mereka.
"emmhh...nyam, nyam nyam...enak sekali...!"ujar alena sambil memakan makanan yang di masak oleh narendra tadi.
"Alena kamu Jagan hanya makan daging tapi makanlah sayurannya juga, nanti jika kamu gemuk maka cowokmu itu tidak akan mau sama kamu lagi."ujar Narendra sambil tersenyum.
Alena tersedak minuman karena mendengar ucapan Narendra.
"pacar apaan...! Aku cuman naksir dia secara sembunyi-sembunyi."ujar Alena.
Narendra kemudian tersenyum lebar mendengar ucapan Alena tersebut.
"oh...begitu ya..? Lalu kenapa kamu tidak memberitahu dia...? apakah kamu takut di tolak olehnya...?"ujar Narendra sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
"aku bukan takut di tolak, tapi aku sudah tahu jika dia akan menolakku."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
Narendra kemudian langsung meneguk habis anggur yang berada di hadapannya.
"Alena, kamu ini terlalu minder."ujar narendra sambil menggoyang-goyangkan gelas yang berada di tangannya.
"sebarnya bukan karena aku yang terlalu minder paman, tapi dia yang terlalu unggul, dia adalah seorang yang tampan, pintar, jenius dan ramah kepada semua orang, dan tentu saja banyak sekali orang yang menyukai dia...!"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra yang sudah terlihat memerah karena mabuk.
"sebaik itukan dia di matamu...?"ujar Narendra sambil tersenyum.
"jarak antara aku dan dia terlalu jauh, aku ingin berusaha untuk mengejar langkahnya, aku ingin sekali menjadi seseorang yang hebat seperti dia agar aku bisa serasi jika bersanding dengan dirinya."ujar alena sambil tersenyum.
"baguslah jika kamu berpikir seperti itu, kamu masih kecil dan belum cukup dewasa, lebih baik fokuslah pada pelajaran mu, seperti katamu tadi, dia adalah seseorang yang hebat, yang menyukai dia pastilah anak perempuan yang hebat juga, jika kamu ingin bersama dengannya,maka kamu juga harus bisa hebat sama seperti dirinya."ujar Narendra sambil meneguk habis anggur yang baru saja di tuangnya.
"baiklah paman, aku pasti akan jadi wanita yang hebat...!"ujar Alena dengan raut wajah yang bersungguh-sungguh.
"nah...! gitu dong, ini baru namanya gadis kecil paman."ujar narendra sambil mencubit pipi Alena.