Rehan merupakan putra bungsu dari pasangan pengusaha konglomerat perusahaan terkemuka baru saja pindah kekota Batam setelah selama dua tahun tak tinggal bersama orang tuanya karena permasalah dengan sang ayah.
tujuannya pindah adalah untuk mencari pengalaman dan membangun sebuah perusahaan yang akan di gunakan untuk balas dendam dengan sang ayah yang meremehkan nya hingga berujung kabur dari rumah. beruntung ibu nya yang baik memberikan perusahaan yang di ambang kebangkrutan. sebuah jalan telah tercipta. mampu kah Rehan membalaskan dendam kepada sang ayah.? seperti apa perjalanan nya.? simak cerita di bawah ini.!
cerita ini adalah fiksi maaf apabila ada kesamaan nama krakter atau tempat.
semua cerita ini hanya khayalan semata tanpa ada niat menyungung siapapun. maaf sebesar besarnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isam M.badrul hisyam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
siang itu di ruang BK Rehan duduk di sofa dan dihadapkan dengan kepala sekolah dan guru BK.
"tok,tok,tok."
pintu ruangan terbuka, seorang pria paruh baya masuk kedalam ruangan. "selamat siang bapak/ibu." kepala sekolah dan guru BK berdiri menyambut pria paruh baya yang baru masuk itu.
"perkenalkan, saya bara Pramana wali murid dari tuan muda Rehan Tianra Fauzan,"
"tuan muda.?" teriak guru BK
"maksud saya, Fauzan."
"oh, perkenalkan nama saya Rusdi kepala sekolah SMA 5 Batam, dan ini ia ibu Herlina BK di sekolah ini."
"ah baik, salam kenal."
"silahkan duduk tuan bara."
"paman bara duduk di sebelah rehan yang duduk dengan kaki di lipat, ia sekilas melihat wajah rehan yang melihat kearahnya."
"mohon maaf sebelumnya, ini ada masalah apa ya.? tanya paman bara." ibu Herlina selaku guru BK segera menceritakan yang sebenarnya terjadi dan kronologi nya, paman bara yang mendengarkan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"jadi seperti itu pak bara, ujar ibu Hanna."
"sebelumnya saya minta maaf atas tindakan kekerasan yang di lakukan rehan, akhir akhir ini emosinya sedang tidak stabil."
"emosi yang tidak stabil.? apa maksudnya bapak.? apakah dia mengalami sesuatu kejadian yang buruk atau ada hal lain.? tanya ibu Hanna."
mungkin ibu lebih bisa mengerti dengan istilah masa puber. Rehan saat ini sedang di masa emosinya masih kacau atau bisa di bilang lagi menggebu-gebu dan kepribadian yang baru saja mulai di bentuk, jadi saya rasa hal ini bisa terjadi pada anak seusianya.
"saya mengerti maksud bapak, tapi kalo sampai memukul guru tanpa alasan yang jelas itu tidak bisa di toleransi."
"apakah anda sudah menanyakan tentang hal ini langsung kepada Rehan.? tanya paman bara."
"saya tidak menanyakannya, tapi saya hanya mendapatkan laporan dari siswa dan siswi yang menjadi saksi waktu kejadian itu, pak Joko yang menjadi korban masih dirawat dan tidak sadarkan diri belum bisa saya tanyai. Sejak di lerai tadi perkelahian antar pak Joko dan dia rehan sama sekali belum berbicara sedikitpun."
"paman bara melihat kearah Rehan yang masih memandang kearah lain, ia menghela napas."
"tuan muda, bisa anda jelaskan masalah ini tentang versi anda sendiri.?" Rehan melirik ke paman bara.
"kamu sudah tahu jawabannya bukan.?"
"brak."
meja itu di gebrak, ibu Herlina yang sudah tak mampu menahan emosi dari tadi melihat sikap rehan. "Rehan melirik kearah ibu Hanna dengan tajam."
seorang guru BK sampai mengebrak meja saat berdiskusi dengan siswa bukankah sudah termasuk melanggar tugas yang di lakukan.? dan melanggar kode etik BK dalam mendidik dan menasehati.? sepertinya anda sebagai guru kurang memenuhi kompetensi dasar, ujar rehan dengan suara khasnya.
ibu Herlina terkejut mendengar perubahan suara dari rehan, tadi suara rehan biasa saja saat berbicara dengan walinya, namun saat berbicara dengannya suaranya menjadi berwibawa dan berkarisma yang membuat orang tertekan. nyalinya yang tadinya tinggi kerena terbawa amarah seakan menciut bersama amarahnya yang juga ikut mereda.
pak Rusdi yang juga duduk di sebelah ibu Hanna juga terkejut, ia tidak menyangka bahwa Rehan bisa mengeluarkan suara yang membuatnya sedikit tertekan. "pak Rusdi dan ibu Hanna sama sama terdiam beberapa saat."
paman bara yang menyadari situasi yang semakin berat menghela napas lalu berkata.
"tidak apa apa ibu Herlina, emang seperti inilah cara tuan muda berbicara saat suasana hatinya sedang buruk, jika suasana hatinya baik, ia dapat berbicara lembut seperti orang biasa pada umumnya."
ibu Herlina yang melihat pak bara sepertinya sudah terbiasa berbicara sama rehan dengan sikap seperti itu. ia mulai memikirkan hubungan rehan dan pak bara, kesannya bukan seperti wali dengan seorang anak, namun seperti bawahan dan atasan, pak bara menjadi bawahan dan rehan atasannya yang begitu di hormati.
up dable up dong thor
masa masih mikir mau ketemu sama siapa..
tapi klo tulis seorang gadis ,, pas klo di bilang Siswi..
walau gadis n wanita itu sama2 perempuan. tapi konteks nya beda.. itu menurut aye.