NovelToon NovelToon
[1] 5th Avenue Brotherhood

[1] 5th Avenue Brotherhood

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!

Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.

Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻‍♀️ update setiap hari Minggu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24 Hilang dan Sembuh

Jesika baru saja memarkirkan motornya di halaman rumah. Dari luar ia melihat tiga orang pria berseragam loreng duduk di teras kediamannya dan Rian.

Tanpa bertanya, Jesika masuk dan melihat Rian sedang duduk di hadapan seorang pria berkemeja putih. Pria paruh baya itu menatap Jesika dan membuka kacamatanya untuk melihat lebih jelas.

"Ini adik kamu? Yang namanya Jesika?" tanya pria itu.

Rian langsung berdiri dan dan berbisik di telinga adiknya tersebut. "Masuk kamar, kunci pintunya. Jangan dibuka sampai Abang nelpon."

Jesika tak sempat membantah karena hal ini nampak sangat serius. Ia menuruti Rian dengan masuk dan mengunci pintu kamarnya dari dalam.

Cukup lama Jesika menunggu sembari memgangi ponselnya di dalam kamar. Namun, Rian tak kunjung menelepon.

"Kenapa bawa tentara segala? Apa abang punya masalah sama aparat?" tanya Jesika pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba ponsel itu berdering nyaring. Tertulis di sana, Panggilan dari Squidward.

"Halo, kenapa?" tanya Jesika tanpa basa-basi.

"Bang Rian di mana?!" Toleh dengan nada panik.

"Di sini! Kenapa?" tanya Jesika lagi.

"Foto!"

"Gue disuruh masuk kamar, ga boleh keluar sampai Bang Rian nelpon!"

"Terus Bang Rian sekarang di mana?!"

"Tadi sih di depan sama bapak-bapak. Ada tentara juga di luar."

"Mampus! Itu bokapnya Ale!" teriak Toleh yang kini terdengar bunyi deru angin menyertainya.

"Hah? Mau ngapain bokapnya Ale ke sini?"

"Tinggalin rumah lo sekarang! Keluar lewat jendela! Gue di jalan setapak belakang!"

"Ini kenapa sih? Kenapa lewat jendela?"

"Buruan! Ntar gue ceritain!" paksa Toleh.

Jesika menurutinya dan berlari tergesa-gesa menuju jalan yang Toleh maksud. Sialnya ....

  - Hup!

Seorang pria bertubuh kekar menangkap Jesika dan langsung membekap mulutnya. Membuat Jesika menghirup aroma bius yang sudah membasahi kain tersebut. Jesika tak sadarkan diri.

Dan sejak saat itu, Jesika menghilang. Laporan anak hilang dari Rian kepada pihak kepolisian membuat Toleh mendekam di sel Polsek karena ditetapkan sebagai tersangka penculikan dengan barang bukti yakni ponsel yang menunjukkan panggilan terakhir bersama Jesika.

***

Tepat di hari ini adalah hari ke 3 pencarian Jesika.

"Nggak mungkin!" bantah Haris.

"Gue tau banget Toleh kayak gimana, nggak mungkin dia nyulik Jesika. Lagian kan dia tau Jesika itu adeknya Bang Rian!" sambung Zaki.

"Iya! Lagian mereka pacaran! Ngapain juga dia nyulik?" balas Haris.

Sementara Angga hanya menatap dua bangku deret di belakangnya, bangku milik Wandra dan Jesika, juga bangku milik Toleh dan Ale.

"Gue curiga sama Ale! Kenapa dia mendadak pindah sekolah lagi? Kan dia baru masuk sini!" omel Zaki.

"Katanya alasan dia pindah gegara bokapnya ke luar kota," sambut Haris.

Berita baru menambah porsi heran para member FAB. Toleh tidak lagi menjadi tersangka, melainkan ada satu pria bernama Denis, bertubuh pendek dan kurus sebagai penggantinya. Dengan alasan, Denis tidak berada di rumah pada saat kejadian Jesika menghilang dan tidak ada yang bisa memberi keterangan di mana pria itu berada di waktu yang sama.

"Bukan saya, Pak!" teriak Denis dengan kesal dari balik sel Polsek.

"Kalo bukan kamu, terus ke mana kamu di tanggal 5 kemaren? Kamu nggak pulang ke rumah kan? Ke mana kamu?!" balas polisi penjaga.

Denis tak bisa memberikan jawaban.

***

3 bulan semenjak hilangnya Jesika.

Dit! Dit! Dit! Bunyi alat deteksi detak jantung di rumah sakit. Menampakkan seorang Wandra yang sedang giat belajar demi ulangan tengah semester.

Ruang senyap itu hanya diisi oleh bunyi mesin AC, alat deteksi detak jantung dan lembar kertas yang Wandra bolak balik sedari tadi.

"Wan." Kalimat itu membuat Wandra tertegun dan menjatuhkan penanya ke lantai. Dengan cepat ia menyalakan lampu hingga menjatuhkan semua bukunya tanpa peduli. Menghampiri Cia yang kini matanya sudah terbuka lebar.

"Ci! Lo sadar?! Lo sadar Ci?!" jerit Wandra kalang kabut memencet-mencet tombol emergency untuk memanggil perawat jaga.

Sampai-sampai tiga orang perawat berlari ke ruangan tersebut dan memeriksa kondisi Cia mulai dari mata, hingga jemari kakinya.

"Gimana, Sus?" tanya Wandra.

"Alhamdulillah, kondisi Gracia membaik. Saya kasih tau dokter dulu, kemungkinan besok pagi langsung dicek dokter. Untuk malam ini, Gracia istirahat dulu, jangan terlalu banyak gerak dan ngomong ya?"

"Iya, Sus. Makasih," balas Wandra dan ditingal begitu saja oleh para perawat.

"Ci! Lo sadar juga akhirnya!" Entah mengapa Wandra mendadak ingin menangis.

"Lo denger kan apa kata perawat? Lo harus istirahat dulu! Jangan banyak gerak! Jangan banyak ngomong!" Wandra duduk di sebelahnya dan menggenggam tangan gadis itu.

Mata Cia menatap lekat padanya. Tiba-tiba air matanya menetes.

"Lo jangan nangis! Lo harus bahagia! Lo berhasil survive! Gue udah bela-belain nggak sekolah 3 bulan demi lo! Lo harus sembuh! Lo ...." Wandra menghapus air mata Cia dengan tangannya. Namun tanpa ia sadari air matanya sendiri malah menepik. Teringat akan adegan Cia yang terkapar di lantai rumahnya waktu itu.

"Sorry, Ci," ucapnya mendekatkan wajah pada tangan Cia dan menghapus air matanya dengan tangan gadis itu. "Sorry gue pernah bikin hari-hari lo terasa sulit banget."

"Wan," panggil Cia lagi.

"Lo nggak boleh banyak ngomong! Lo mau apa? Mau minum? Makan? Apa ada yang sakit?" ceca Wandra.

"Makasih," ucap Cia dalam helaan napas karena masih terasa sulit untuk bicara.

"Gue nggak terima makasih lo! Kalo lo mau berterima kasih sama gue, lo harus sembuh dulu!" bantah Wandra.

***

Keesokan paginya. Semua selang dari tubuh Cia dilepaskan dan hanya menyisakan selang infus.

"Pemulihan dulu seminggu ya, Cia? Kalau seminggu tanpa gejala, nanti boleh pulang. Oh iya, surat izin buat pihak sekolah, nanti diambil ke ruang depan ya, Mas?" ucap dokter pada William.

"Baik, makasih banyak, Dok," balasnya.

Tinggallah Cia dan William di ruangan tersebut.

"Mending mulai sekarang lo pindah keluarga," ucap pria itu berbaring di sofa dan menyalakan televisi.

"Wandra mana?" tanya Cia.

"Sekolah, hari ini ada ulangan mid semester. Ntar jam 9 ada guru yang anterin soal ulangan lo ke sini," jawab William. "Oh iya ini. Kata Wandra sih sebagai ganti HP lo yang pernah dia rusakin." William menyodorkan satu kotak ponsel baru.

"Save aja nomer gue, ntar gue kirimin nomer Wandra," ucap William lagi.

"Gue langsung minta sama dia aja, Bang," ucap Cia dengan pelan.

"Iya, lo boleh save nomer gue, kalo Wandra ngapa-ngapain lo, lo bisa laporan sama gue."

Cia hanya berdiam diri.

William hendak mengambil ponsel tersebut dan Cia tak memberikannya. "Kenapa?" tanya pria itu.

Cia mengingat bahwa ponselnya yang dulu dibanting Wandra sebab menyimpan nomer ponsel William dan dia tak akan mengulangi kesalahan tersebut.

"Oke deh kalo lo nggak mau. Aneh. Padahal di UK semua cewek ngestalk buat dapetin nomer gue, lo malah nggak mau," oceh William kembali ke sofa dan menonton televisi.

***

Tepat di jam 12 siang, Cia mengakhiri ulangan mid semesternya dengan jawaban asal. Wandra langsung masuk ke ruang rawat inap dan bergantian jaga dengan Wiliiam.

"Ini baju kotor lo kan?" tanya William.

"Iya!" jawab Wandra yang tak sabar menunggu abangnya untuk pergi.

"Baju lo gue laundry, soalnya gue nggak mau balik. Kalo mbak-mbak di rumah ngeliat gue, bisa-bisa mereka laporan sama nyokap!" gerutu William.

"Iya! Lo sharelok aja tempat laundrynya, kalo gue sempet, gue ambil sendiri!" balas Wandra.

Akhirnya William pergi bersama baju kotor sang adik. Baru saja pintu ruangan tertutup rapat, Wandra langsung berlari menghampiri Cia yang sedang menyeruput bubur makan siangnya.

Tanpa basa-basi Wandra langsung memeluknya. "Ciiiiii! Lo sembuh!" pekiknya dengan girang.

"Aaawwww!!" jerit Cia menahan sakit di kedua lengannya.

"Masih sakit ya? Sorry sorry!" balas Wandra yang kini mengusap-usap kedua lengan yang terasa sakit tersebut.

1
Iam-aam
Haris pawang ngadem
Iam-aam
tolol lo yg tolol bjir
Iam-aam
Berapa bang* kasar bjir le
Ciret
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!