Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Yang Berbeda
Walaupun hubungannya dengan Rendi belum jelas, tapi Novi sudah menganggap Rendi sebagai kekasihnya, ia tidak peduli walau Rendi tidak mau menembaknya seperti pasangan pada umumnya. Bagi Novi dengan bersama Rendi kesepiannya yang sering di tinggal orang tuanya ke luar negeri terobati.
"Ren, aku pulang dulu yah, nanti aku WA." pamit Novi lembut.
"Kamu pulang naik apa?" tanya Rendi khawatir.
"Jalan kaki, deket ini." jawab Novi sambil tersenyum.
"Pakai motorku aja, besok kalau mau berangkat sekolah mampir ke sini, jemput aku dulu." tawar Rendi tulus.
"Kamu yakin, kalau nanti kamu mau pergi gimana?" Novi merasa tidak enak.
"Sudah bawa saja, ada Haris juga di sini, nanti aku minta tolong dia kalau mau pergi." jawab Rendi sambil melemparkan kunci motornya.
Novi menangkap kunci motor Rendi, ia tersenyum simpul dan pergi membawa motor Rendi dengan perasaan berbunga.
Harisman juga kemudian pamit, ia mau pergi menjenguk teman-temannya yang kemarin di hajar Rendi, karena mau bagaimanapun mereka masih bawahannya, Rendi tidak menahan Harisman sama sekali, ia membiarkan Harisman pergi, lagi pula ia butuh istirahat juga.
Setelah Harisman pergi, Rendi menutup pintu kontrakan, ia berbaring di kasurnya, karena efek obat yang ia minum, membuat Rendi cepat terlelap.
Rendi tertidur sangat lelap, ia sampai tidak menyadari kalau ada orang yang masuk ke dalam kontrakannya.
Rendi terbangun saat sudah sore hari dan mencium aroma masakan yang menyeruak masuk ke dalam hidungnya, ia mengerjapkan matanya dan langsung duduk sambil mengucek matanya.
Setelah raganya sudah sepenuhnya kembali, ia beranjak dari duduknya, untuk melihat siapa orang yang sedang masak di dapurnya.
Rendi pikir itu Novi, sehingga ia tanpa sadar langsung memanggil namanya. "Nov, kamu masak apa?" ucapnya dengan langkah yang masih sedikit gontai.
"Eh ... kamu sudah bangun Ren?" suara gadis yang berbeda terdengar di telinga Rendi, sehingga Rendi langsung mengucek matanya dan memastikan siapa gadis itu.
"Sulis!" tegurnya terkejut.
"Ya, kenapa Ren?" jawab gadis itu lembut.
"Astaga, ngapain kamu di sini?" tanya Rendi tidak percaya.
"Aku dengar kamu kecelakaan dari teman Rudi, makanya aku langsung ke sini pas pulang sekolah." Sulis melihat kepala Rendi yang di perban." kamu ini harusnya bilang padaku kalau habis kecelakaan, sudah tahu hidup seorang diri, siapa coba yang mau membantu kamu kecuali keluargaku yang mengenalmu!"
Sulis nyerocos panjang lebar, sehingga membuat Rendi tidak bisa berbicara sepatah katapun, ia mau bilang dirinya baik-baik saja, juga tidak bisa, karena Sulis terus menasehatinya seperti orang tua.
Rendi menghela napas, ia membatin.
Ini cewe kenapa sih? Kenapa tiba-tiba kaya emak-emak rempong saja.
"Cukup Sulis, oke, aku mau ke kamar mandi!" tegur Rendi menghentikan ceramah Sulis.
"Ya sudah sana." jawab Sulis datar.
Rendi benar-benar bingung, karena kehidupannya berubah sangat drastis, bukan hanya ia sudah kaya, tapi para gadis mulai memerhatikan dirinya.
Rendi hanya bisa berharap, semoga semuanya berjalan lancar, agar ia tidak seperti dulu lagi nantinya.
Sulis menyiapkan masakannya, ia berencana untuk makan bersama Rendi, karena ia memang masak spesial untuk Rendi.
"Kamu belum makan, kan?" tanya Sulis lembut.
Rendi yang sehabis dari kamar mandi hanya mengangguk, ia kemudian duduk di depan makanan yang sudah di siapkan Sulis.
Sulis mengambilkan Nasi dan lauk untuk Rendi, gadis itu sudah seperti istrinya saja, ia dengan sangat telaten meladeninya.
Rendi hanya bisa menatap gadis itu tidak berdaya, di saat Novi sudah mulai menempati hatinya, gadis tersebut malah bersikap sangat manis.
"Ayo di makan, kalau tidak enak bilang yah." tegur Sulis pada Rendi yang malah terbengong melihatnya.
Rendi hanya mengangguk sambil tersenyum, ia mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Mata Rendi berbinar, karena ternyata masakan Sulis sangat enak.
"Enak banget, aku gak menyangka kamu bisa masak." ucap Pria itu sambil terus makan dengan lahap.
"Syukurlah kalau kamu suka, ayo makan yang banyak, biar kamu cepet sembuh." ucap Sulis layaknya seorang Ibu.
Rendi melihat sifat Sulis yang berbeda seperti itu, ia merasa aneh, padahal dulu gadis tersebut tidak pernah menunjukan sedikitpun sikap lemah lembutnya, ia malah seperti gadis Judes, Jutek dan pemarah, tapi hari ini Rendi melihat sisi yang berbeda dari Sulis.
"Oh ... jadi begini kalau tidak ada aku." tiba-tiba saja ada suara yang menginterupsi keduanya saat sedang makan.
Rendi dan Sulis menoleh bersamaan, Rendi membelalakan matanya saat melihat Novi sedang berdiri dan bersender di ambang pintu sambil menyilangkan tangannya di depan dada dengan mata melotot tajam ke arahnya.
gimana kecewanya Rendi tau ibu kandung masih ada,,,,,,,,🤔🤔😢😢