Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batasan
"Menyukai? Aku tidak mungkin menyukai orang biasa." Ucapnya berusaha tertawa, menetralkan rasa aneh dalam dirinya kala dekat dengan Fiona.
Fiona sedikit menjauhkan tubuhnya sendiri. Menghela napas kasar."Memang apa salahnya dengan orang biasa?" tanyanya kembali belajar.
"Ka... karena aku adalah Yudha. Wanita yang aku cintai pasti begitu istimewa." Sebuah jawaban aneh dari Yudha. Tapi memang benar bukan? Dirinya, seorang Ryu Dean harus jatuh cinta pada wanita yang benar-benar istimewa.
"Apa wanita yang kamu cintai itu begitu istimewa bagimu? Jika dia begitu istimewa di matamu untuk apa menjadi istimewa di mata semua orang." Sebuah jawaban aneh dari Fiona.
"Istimewa di mataku? Tapi tidak di mata semua orang?" Tanya Yudha kembali.
"Dia tidak begitu cantik di mata orang pada umumnya. Tapi anehnya kamu tidak dapat mengalihkan pandanganmu darinya. Seolah-olah dia adalah makhluk terindah di dunia ini." Fiona tersenyum kala menjelaskannya, tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari buku.
Sedangkan Yudha? Matanya tetap tertuju pada Fiona. Memang entah kenapa semakin mengenalnya, semakin terlihat begitu cantik. Apa dirinya jatuh cinta?
Sebuah pertanyaan yang tersimpan dalam benaknya.
"Apa aku menyukaimu?" Gumam Yudha dengan suara kecil.
"Kamu bilang apa?" Tanya Fiona tidak mendengar dengan jelas.
"Bukan apa-apa." Jawab Yudha cepat. Tapi segalanya bagaikan kenyataan, hanya 2 jam sehari mereka dapat bertemu. Mengingat dirinya yang harus mengurus hotel dan Fiona yang melakukan percepatan.
Hujan lebat mengguyur di luar sana. Suasana kampus benar-benar sepi, mengingat hari telah malam.
"Pakailah..." Yudha memakaikan jaketnya, padahal dirinya sendiri juga merasa kedinginan.
"Aku sudah gila!" Batin Yudha, ingin mengelak. Berfikir jika ini hanya kasih sayang.
"Terimakasih." Fiona menoleh padanya, tersenyum benar-benar terlihat manis."Apa kamu tidak kedinginan, udaranya benar-benar dingin ya?"
Jantungnya berdegup cepat, entah apa yang ada di fikirannya. Menatap gadis yang kembali sibuk mengerjakan tugasnya.
"Dia akan mati kedinginan!" Itulah yang ada di otak Yudha tiba-tiba. Gila bukan? Pria ini mengelak perasaannya tapi memiliki rasa protektif yang tinggi. Tidak tega melihat pinguin kecilnya yang begitu manis kedinginan.
"Aku pergi sebentar!" Ucap Yudha pergi meninggalkan Fiona.
Kemana pemuda itu pergi? Mengambil payung yang ada di pos security. Berlari membeli kopi hangat mahal dengan lambang icon wanita hijau.
Senyuman terlihat di wajahnya, kala menunggu pesanan dibuatkan. Membayangkan Fiona akan tersenyum meminum kopi hangat yang dibawakan olehnya.
"Tidak masuk akal..." Gumamnya, bagaimana dapat bahagia, hanya dengan melihat Fiona bahagia? Benar-benar gila, melawan derasnya air hujan menggunakan payung, hanya untuk membelikan minuman untuk seorang wanita.
Hal yang tidak pernah dilakukan Ryu Dean sebelumnya. Berjalan cepat di tengah derasnya air hujan setelah membayar.
Bagian sepatu dan bawah celana panjangnya basah. Melangkah mendekati area perpustakaan. Gadis itu terlihat, benar-benar kecemasan dalam raut wajahnya.
"Ini untukmu. Belajar yang rajin!" Ucap Yudha, memberikan salah satu kopi.
"Jangan hujan-hujanan. Kalau kamu sakit bagaimana?" Nada suara Fiona terlihat kesal, mengembalikan jaket yang sebelumnya dipakaikan Yudha. Kemudian kembali mengenakannya pada sang pemuda.
"Duduk..." Perintah Fiona tersenyum padanya.
Hanya menurut, entah kenapa Yudha duduk. Kemudian Fiona melepaskan sepatu sang pemuda."Anggap ini pelayanan VIP karena sudah membelikan aku kopi yang begitu mahal."
Fiona tersenyum, begitu indah di matanya. Melepaskan sepatunya, kemudian kaus kaki. Aneh bukan? Ini tidak wajar, mengapa dirinya membiarkan Fiona melakukan ini. Itu karena begitu menyenangkan merasakan sentuhan tangan kecilnya.
"Kamu pernah bilang cinta seperti hutan adalah cinta yang indah. Seperti hujan yang turun di tanah hutan. Tanah membalas cintanya pada hujan dengan menumbuhkan tanaman. Memang seberapa indah cinta yang seperti itu?" Tanya Yudha merasa ada yang aneh dalam dirinya. Ingin memiliki gadis ini, menyimpan untuk dirinya sendiri.
"Entahlah...aku tidak pernah pacaran. Tapi jika ada cinta yang seperti itu, mungkin seperti cinta dimana kamu merasa dihargai. Hingga bagaikan dia merupakan bagian dari tubuhmu. Kalian saling menghargai dan memberi. Itulah yang terpenting..." Fiona meminum kopi hangat, kemudian duduk kembali merevisi tugasnya.
"Aku mencintaimu..." Batin Yudha tertegun masih menatap wajah itu. Tangannya bergerak, menggenggam jemari tangan Fiona. Bagaikan membantunya menggerakkan mouse.
"Seharusnya kamu memindahkannya kemari, agar terkesan lebih rapi." Nasehat dari kang modus.
Tapi memang benar dirinya perlahan mengetahui ini nyata. Dirinya menginginkan Fiona.
Apa pernyataan cinta yang indah? Apa makan malam romantis dan satu buket bunga akan membuatnya bahagia?
"Tidak menyatakan cinta padaku lagi?" Tanya Yudha padanya.
"Tidak...aku begitu lelah dengan tugas kampus. Rasanya aku hampir mati, karena sakit punggung." Keluh Fiona, memakan martabak yang dibawa olehnya."Mau?" Gadis itu menawarkan.
Yudha menghela napas meraihnya. Bukankah lebih baik memiliki gadis ini?
"Aku menyukaimu..." Ucap Yudha pada Fiona. Apa yang akan terjadi jika menjalin hubungan dengan gadis biasa? Entahlah.
"Aku juga, kita adalah teman selamanya. Tenang aku orangnya setia kawan, dan tau batasan." Fiona masih sibuk mengunyah.
"Terserahlah!" Yudha mengacak-acak rambut Fiona. Tapi memang inilah Fiona, benar-benar apa adanya.
Apa yang ada dalam otak Ryu Dean saat ini? Hubungan manusia memiliki tingkatan seperti jabatan dalam perusahaan.
Ada yang namanya tidak saling mengenal, naik pangkat menjadi kenalan, kemudian menjadi teman, teman terdekat, barulah kekasih. Setidaknya itulah yang ada dalam pemikirannya.
Tidak pernah terlintas, bahwa Fiona akan benar-benar membedakan teman dan pria yang disukainya. Bukan seperti jabatan di perusahaan, Fiona tidak akan menaikkan jabatan teman prianya sebagai pacar.
"Apa aku adalah teman terbaik bagimu?" Tanya Yudha.
"Teman terbaik di dunia. Terutama kalau sering-sering ditraktir st*rbuck." Fiona tersenyum, perlahan sudah terbiasa menjadikan Yudha sebagai sahabatnya.
Walaupun perasaan itu masih ada. Tapi dirinya tinggal menjaga batasan seperti hari ini. Sudah lebih dari 7 bulan dirinya berhenti mengejar cinta kak security.
Satu tahun lagi, anak pemilik kedai bakso yang menjadi TKI di Taiwan akan pulang. Mungkin itu akan menjadi harapannya untuk memiliki pacar. Cinta dapat dipupuk perlahan, asalkan tidak terlalu kaya, baik, dan setia. Hanya itulah tipe seorang Fiona.
Berharap kekasih pertamanya akan menjadi cinta terakhirnya. Entah siapa...
Sementara Yudha dapat bahagia hanya dengan mengamatinya dari dekat seperti ini. Teman terbaik di dunia? Itu artinya dirinya yang paling dekat dengan hati Fiona.
"Udaranya dingin, mau aku pangku?" Tanya Yudha.
"Tidak mau! Walaupun aku tidak begitu cantik, tapi kalau kamu napsu padaku kan jadi repot." Fiona menjulurkan lidahnya, mengejek.
"Dasar! Mana ada aku napsu padamu!" Yudha menyentil dahi Fiona.
"Siapa tau saja, melihat bibirku yang manis ini kamu mau menciumnya. Melihat body-ku kamu mau memelukku. Kan ngeri punya teman sepertimu." Komat-kamit mulut itu mengomel, mengusap-usap dahinya yang kebas.
"Kenapa juga harus ngeri!" Yudha meraih kacamatanya, terlihat lebih fokus kali ini mengajari Fiona.
Tapi ada yang namanya rasa obsessive dan putus asa. Mengetahui wanita yang dicintainya, menyukai orang lain. Apapun dilakukan olehnya, tapi Fiona hanya memandang sebagai sahabat.
Hal yang membuat seorang Ryu Dean benar-benar melakukan segala hal gila. Termasuk memasukkan obat ke dalam minuman sahabatnya sendiri, mungkin itu yang akan terjadi satu tahun lagi. Kala mengetahui jabatannya sebagai teman terbaik di dunia tidak akan pernah naik ke status kekasih.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...