"Mulai sekarang, kamu adalah pelayan pribadiku! Kamu hanya boleh mendengar dan patuh pada perintahku!"
*****
Akibat peperangan yang terjadi antara kaum vampir dan manusia. Aurora, gadis yang masih berusia 18 tahun itu menjadi tawanan di Istana Vampir. Dan sialnya, Putra Mahkota Istana malah menjadikan Aurora sebagai pelayan pribadi atau sering disebut dengan 'Pelayan Darah'
Apakah Aurora bisa terlepas dari jerat Panggeran Felix? Atau ia akan menjadi Pelayan Darah Tuan Vampir itu seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha Annisa Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Tangan Perjanjian?
"Baiklah, saya harus tanda tangan di mana, Tuan?" tanya Aurora.
"Siapa yang menyuruhmu tanda tangan?"
Pangeran Felix melangkah mendekat, "Perjanjian ini tidak membutuhkan tanda tangan di atas kertas, tapi—"
Pelan, Pangeran Felix meraih tangan Aurora. Lalu, dengan gerakan yang sangat cepat, ia menggoreskan sebuah pisau kecil di telapak tangan gadis itu dan melakukan hal yang sama pada telapak tangannya.
"Awww," Aurora menjerit kaget saat menyadari tangannya terluka dan darah segar mulai keluar dari telapak tangannya.
Detik berikutnya, Aurora dibuat tertegun setelah melihat hal yang sama pada telapak tangan Pangeran Felix, bedanya, darah yang keluar tidak berwarna merah, melainkan biru pekat dengan tekstur yang begitu kental.
"Pejamkan matamu!" ucap Pangeran Felix. Tanpa banyak bertanya, Aurora menurut.
Pangeran Felix menggenggam kedua telapak tangan Aurora dengan begitu erat, sehingga Aurora berusaha untuk tidak merintih saat lukanya terasa semakin perih.
Genggaman tangan itu membuat darah Aurora dan darah Pangeran Felix bersatu, hingga beberapa tetesan darah yang jatuh kelantai berubah warna dan membentuk sebuah lingkaran yang mengelilingi keduanya.
Setelah lingkaran darah itu terbentuk sempurna, hembusan angin yang begitu kencang terasa seperti sedang mengitari mereka cukup lama. Hingga beberapa saat kemudian, Aurora tidak lagi merasakan perih di telapak tangannya.
Sedari tadi Aurora sangat ingin membuka matanya dan melihat apa yang terjadi, namun ia tidak berani sebelum Pangeran Felix memberikan perintah untuk membuka mata.
Belum sempat perintah membuka mata itu Aurora dengar, ia lebih dulu merasakan sentuhan lembut pada bibirnya yang begitu dingin. Reflek Aurora membuka mata. Gadis itu melotot saat mendapati Pangeran Felix akan menciumnya.
Saat Aurora berusaha untuk mendorong dan menolak, ia kembali dia buat kaget karena tubuhnya tidak bisa digerakkan sedikit pun, sekujur tubuhnya terasa begitu kaku, yang membuat Aurora akhirnya tidak bisa menghindar lagi.
Entah berasal dari mana. Perasaan hangat menyelimuti hati Aurora saat kelembutan dari bibir dingin Pangeran Felix menyapa bibirnya. Tak ada rasa takut sedikitpun. Yang ada, Aurora merasa begitu damai dan aman saat itu. Seolah perasaan marah, kesal dan benci pada Pangeran Felix tak pernah ada sebelumnya.
Ketika Pangeran Felix melepas tautan bibir mereka, Aurora langsung tersadar. Ia berusaha untuk bersikap seolah-olah ia tidak terbawa suasana. Walaupun rona di wajah Aurora justru berkata sebaliknya!
"Mulai hari ini, kamu akan menempati kamar ini juga," ucap Pangeran Felix membuat Aurora melotot seketika itu juga.
"Ma-maksudnya, saya, saya akan tidur di sini juga, Tuan?" tanya Aurora yang tiba-tiba saja gugup.
"Hmm, karena kapan saja aku bisa membutuhkan tenagamu, jadi kamu tidak boleh jauh dariku!"
Aurora hanya bisa melongo mendengar jawaban Pangeran Felix, tanpa ada celah untuk membantah, gadis itu akhirnya hanya mengangguk patuh saja, mengiyakan perkataan si Pangeran.
"Jika kamu sudah memiliki permintaan, kamu bisa langsung mengatakannya padaku!"
"Permintaan apapun itu?"
"Hmm, asalkan tidak melanggar isi perjanjian!" tegas Pangeran Felix.
Aurora kembali mengangguk paham. Sebenarnya ia belum tau akan meminta apa. Tapi satu hal yang pasti, Aurora akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan seuntung-untungnya! Tanpa merasa dirugikan!
"Jika dia tidak mau kalah dan rugi, maka aku juga sama!"
Aurora tersenyum samar, tanpa ia sadari kalau apa yang baru saja ia katakan dalam benaknya terdengar jelas di telinga Pangeran Felix!
"Mari kita lihat, apa yang akan dilakukan oleh kelinci kecil ini." Batin Pangeran Felix sembari menatap Aurora yang pura-pura memasang wajah patuh, padahal isi kepalanya berkecamuk dengan beberapa rencana.