" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan jalan denganku,
Wira melepas sepatu PDL nya
duduk sebentar di teras, lalu berjalan masuk ke dalam rumah ibunya.
Semenjak Mega sakit, Wira hampir setiap hari tidur dirumah ibunya.
Wira sendiripun sampai heran pada dirinya,
Rasanya tidak tenang sehari saja tidak melihat Mega.
Laki laki itu berjalan masuk, tapi saat melewati jendela samping Wira menghentikan langkahnya.
Ia melihat Mega dari jendela, perempuan itu sedang duduk tenang di depan laptopnya, entah apa yang perempuan itu sedang lihat atau kerjakan.
Wira mendekat, bahkan bersandar di jendela itu sembari menatap Mega.
Mega awalnya tidak sadar, kalau Wira sedang menatapnya, cukup lama Wira berdiri di samping jendela, sampai akhirnya Mega menoleh ke arah jendela.
Perempuan itu tampak sedikit terkejut melihat Wira yang masih berseragam lengkap bersandar di jendela sembari menatapnya.
Melihat Mega menatapnya, Wira mengulas senyum.
" Baru pulang mas?" tanya Mega beranjak dari kursinya dan mendekat ke jendela.
" Iya, kau sedang apa?" tanya Wira,
" sedang iseng iseng menulis saja.." jawab Mega.
" Kau ada acara malam ini?"
" tidak," jawab Mega,
" baguslah, ayo jalan jalan.."
Mega terdiam,
" kenapa? tidak mau jalan jalan denganku?" tanya Wira saat tidak segera mendapatkan jawaban dari Mega.
" memangnya mau jalan jalan kemana?" tanya Mega akhirnya,
" kemana saja, kau boleh menentukan.."
Mega terlihat berpikir,
" apa sungguh tidak apa apa kalau kita jalan jalan?" tanya perempuan itu seperti ragu,
" memangnya kenapa?" suara Wira terdengar begitu sabar,
" tidak apa apa! berangkatlah kalian!" tiba tiba terdengar suara ibu Wira menyahut dari balik punggung Wira.
Wira berbalik dan menatap ibunya,
" mandilah, lalu ajak Mega keluar, sana!" bisik ibunya mendorong Wira agar segera mandi, Wira sesungguhnya kaget dengan respon ibunya itu, tapi dia tidak punya alasan untuk tidak segera mandi sesuai dengan perintah ibunya, Wira tidak menjawab, namun ia segera berjalan pergi, entah ke kamarnya atau langsung ke kamar mandi.
Sementara Mega masih diam di depan jendela, ia terlihat malu karena ketahuan sedang berbincang dengan Wira dari jendela.
" Kau juga siap siaplah Mega! apa yang ingin kau makan dan Beli, mintalah pada Wira ya?! berjalan jalanlah dengan tenang kalian..!" ujar ibu Wira, membuat Mega yang awalnya sedikit tertunduk, kini mengulas senyum,
" Apa Mega tidak merepotkan mas Wira budhe?" tanya Mega,
" dia tidak repot, Kalau dia kesini itu berarti dia tidak sibuk,
Sudahlah..
Kalian dulu kan juga sering jalan jalan bersama, budhe senang melihat kalian akur Mega..
Kau juga diam dirumah terus, pasti bosan.. Pergilah..!",
Mendengar budhe berkata seperti itu Mega mengangguk,
" iya budhe.." jawab Mega, membuat senyum ibu Wira semakin cerah.
Wira mengendarai motornya dengan kecepatan sedang,
Ia mengajak Mega berkeliling, melewati jalan jalan yang dulu sering mereka lewati.
" Mau makan apa Mega?" tanya Wira,
" terserah mas saja,"
" jangan terserah, aku bingung kalau kau bilang terserah," ujar Wira.
" Dulu kau selalu bilang terserah, tapi ketika sudah sampai di tempat tujuan kau malah ngambek dan tidak mau turun,
Jadi sekarang jangan lagi menjawab pertanyaan ku dengan kata terserah," imbuh Wira,
Mega tersenyum mendengar itu,
Wira benar, dulu dirinya benar benar manja dan egois,
Itu karena Wira tidak pernah marah,
Itu karena Wira selalu menurutinya.
" Kita ke lapangan segitiga saja..
Apa masih banyak pedagang disana?" tanya Mega,
" kau tidak ingin makan di tempat yang lebih baik Mega?
Di resto atau cafe?"
" Aku jauh jauh dari Surabaya kesini ingin mencari ketenangan mas,
aku ingin makan dengan tenang dan nyaman,"
" apakah di pinggir jalan membuatmu nyaman?
Jujur saja.. Aku malu jika harus membawamu makan di pinggir jalan,
Kita bukanlah anak ingusan lagi,"
" apa ada masalah dengan makan di pinggir jalan?"
" Setidaknya aku ingin membawamu makan di tempat yang mahal,
Karena dulu aku tidak sanggup melakukannya," suara Wira terdengar serius, laki laki itu sungguh ingin menebus apa yang dulu tidak pernah bisa ia berikan pada Mega.
Namun herannya Wira, Mega tidak pernah mengeluh,
Meski ia harus naik motor butut,
Meski ia harus makan di pinggir jalan,
Meski Wira tidak bisa memberikannya hadiah Hadiah yang bagus.
" Aku percaya sekarang kau mampu mas, kau sudah bekerja keras untuk membuktikan dirimu,
Tapi sejak dulu bukan hal itu yang membuatku berada disampingmu,
Kau dewasa, kau sederhana.. Dan yang paling penting kau selalu berusaha.."
Mendengar itu Wira terdiam,
" bawa aku ke lapangan segitiga saja, tidak masalah meski kita hanya jalan jalan di pinggiran kota,"
" kau sungguh sungguh Mega? Apa tidak masalah?"
" masalah apa sih mas?"
Wira terdiam sesaat, namun akhirnya ia menjawab,
" ya sudah,".
Laki laki itu menarik gas motornya, menuju ke lapangan segitiga,
Salah satu tempat paling ramai di pinggiran kota yang mereka tinggali.
Mulai dari siang sampai malam tempat itu ramai, selain ramai pedagang, tempat itu juga ramai dengan muda mudi.
Orang orang menyebutnya lapangan segitiga, namun sesungguhnya tempat itu seperti sebuah alun alun kecil,
Ada taman bunga, tempat berolahraga, dan tempat bermain.
Wira menghentikan motornya,
" turunlah," kata Wira pada Mega yang entah kenapa tidak juga turun.
Wira menoleh ke belakang,
Rupanya perempuan itu sedang sibuk melihat sekeliling, seperti heran dengan apa yang ia lihat.
" Kenapa?" tanya Wira sembari tersenyum,
" aku hanya.. Kaget saja.." jawab Mega,
" banyak yang sudah di perbaiki selama sepuluh tahun ini,
Jadi lebih rapi, lebih cantik.. Lihatlah, banyak anak muda yang berkumpul setiap malam,
Pedagang juga semakin banyak," jelas Wira,
Mega mengangguk, namun wajahnya terlihat sedih.
" Kenapa?" tanya Wira saat menangkap ekspresi sedih itu,
" tidak.." jawab Mega tertunduk,
" aku mengajakmu kesini tidak untuk bersedih," ujar Wira,
" aku hanya terharu, bisa kembali ke tempat ini setelah sepuluh tahun..
Tuhan benar benar baik kepadaku mas.." ujar mega.
" iya, Tuhan baik.. setidaknya kita juga masih bisa bertemu, meski dengan kondisi yang seperti ini.." jawab Wira, laki laki itu tersenyum bijak.
" Yuk.. turun..!" Wira menyuruh Mega untuk segera turun, agar dirinya juga bisa turun dari motor.
jadi terpaksa saya buat yg baru.. hikhikhiks..
bingung ini gmn caranya nerusin novelnya.. judul ini keputus..😢🙏
Bau2nya Wira bakal diinterogasi Mega 😂