NovelToon NovelToon
BERMAIN DIBELAKANG SAHABATKU

BERMAIN DIBELAKANG SAHABATKU

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:21.8k
Nilai: 5
Nama Author: mealvineaaaa

Di balik kehidupan pernikahan yang tampak sempurna, tersembunyi jejak pengkhianatan yang perlahan menguak kebenaran yang pahit. Hanna adalah seorang wanita karier sukses yang selalu mengutamakan keluarganya. Ia percaya bahwa pernikahannya dengan Reza adalah contoh dari hubungan yang ideal, penuh cinta dan kesetiaan. Namun, dunianya mulai runtuh ketika ia mulai mencurigai bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mealvineaaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24: Perintah Pertama

Happy Reading...

Jangan lupa like and subscribe....

****

Malam itu, Hanna sedang duduk di ruang kerjanya yang elegan, ditemani segelas anggur merah yang berkilau di bawah cahaya lampu kristal. Matanya tertuju pada layar laptop, tetapi pikirannya melayang jauh, terbenam dalam berbagai rencana dan ambisi yang telah ia susun. Baru-baru ini, kehamilan yang ia ketahui telah mengubah beberapa aspek dalam hidupnya, tetapi tidak menghentikannya untuk tetap mengejar apa yang diinginkannya—kekayaan dan kekuasaan.

Saat sedang asyik dengan pikirannya, ponsel Hanna tiba-tiba bergetar di atas meja. Sebuah pesan baru masuk, dan begitu ia membacanya, darahnya langsung membeku.

"Pergi ke Club Nocturne malam ini. Pakai gaun merah yang seksi. Jangan sampai terlambat. — Mr. Z"

Hanna memandang pesan itu dengan perasaan yang campur aduk. Siapa sebenarnya Mr. Z ini? Pria misterius ini telah menghubunginya beberapa kali sebelumnya, memberikan instruksi-instruksi aneh yang selalu diikuti oleh imbalan besar. Namun, semakin lama, semakin jelas bahwa pria ini bukan orang sembarangan. Setiap kali Hanna mencoba mencari tahu identitas aslinya, selalu berakhir dengan jalan buntu. Mr. Z adalah teka-teki yang tidak bisa dipecahkan.

Awalnya, Hanna merasakan ketakutan yang mendalam. Ada sesuatu yang mengintimidasi dari pesan itu, terutama perintah untuk pergi ke klub malam dengan pakaian yang memancing perhatian. Tapi di balik ketakutannya, ada juga rasa penasaran dan keserakahan yang tak bisa ia abaikan. Jika ia menuruti perintah ini, mungkin ia akan mendapatkan bayaran yang lebih besar dari sebelumnya—mungkin bahkan cukup untuk menyelamatkan bisnis butik yang sedang terpuruk akibat skandal yang baru-baru ini menyerangnya.

Hanna mengambil segelas anggurnya dan meneguknya perlahan, mencoba menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. Setelah beberapa menit berpikir, ia akhirnya berdiri dan berjalan menuju lemari pakaiannya. Di sana, tersembunyi di antara koleksi gaun-gaun mewahnya, terdapat sebuah gaun merah menyala yang jarang ia pakai. Gaun itu memeluk tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan lekuk-lekuknya dengan cara yang memikat. Meskipun ia merasa ragu, Hanna tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul di wajahnya. "Mungkin ini kesempatan yang tidak boleh aku lewatkan," pikirnya.

Setelah bersiap-siap, Hanna berdiri di depan cermin besar, menatap bayangannya. Wajahnya yang cantik tampak sedikit pucat, tapi gaun merah itu membuatnya terlihat seperti seorang dewi malam yang memikat dan berbahaya. Ia merapikan rambutnya sekali lagi, memastikan semuanya sempurna. Tak ada yang boleh salah malam ini.

Dengan langkah pasti, Hanna meninggalkan apartemennya yang mewah, mengunci pintu di belakangnya. Ia tahu bahwa apapun yang menunggunya di Club Nocturne, itu akan menjadi sesuatu yang tidak akan ia lupakan.

Di Club Nocturne, suasana malam itu begitu hidup. Musik berdentum keras, lampu-lampu neon berwarna-warni menari di udara, dan orang-orang berdansa tanpa henti di bawah gemerlap lampu disko. Klub ini terkenal di kalangan orang-orang kaya dan berpengaruh, tempat di mana banyak transaksi rahasia terjadi di balik senyuman manis dan gelas-gelas koktail.

Hanna melangkah masuk, merasa seperti menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju padanya saat ia berjalan dengan anggun, mengenakan gaun merah yang mencolok. Pria-pria di klub tak bisa menahan pandangan mereka, sementara para wanita memandangnya dengan campuran iri dan kekaguman. Tapi Hanna tidak peduli dengan mereka. Ia hanya punya satu tujuan malam ini menemukan Mr. Z atau setidaknya, petunjuk tentang apa yang ia inginkan darinya.

Saat Hanna melangkah lebih jauh ke dalam klub, sebuah pesan baru masuk ke ponselnya.

"Di lantai atas. Kamar VIP 7. — Mr. Z"

Hanna mengikuti petunjuk tersebut, berjalan menaiki tangga spiral yang berkilauan dengan lampu-lampu LED. Di ujung tangga, seorang penjaga yang bertubuh besar dan berotot menatapnya dengan tatapan tajam. Namun, saat Hanna menunjukkan pesan di ponselnya, pria itu hanya mengangguk dan membuka pintu kamar VIP 7 tanpa berkata apa-apa.

Ruangan VIP itu berbeda dari yang lain. Interiornya elegan, dengan sofa kulit berwarna hitam, meja kaca yang dipenuhi botol-botol minuman mahal, dan tirai tebal yang menggantung di jendela besar yang menghadap ke lantai dansa di bawah. Lampu-lampu redup memberikan suasana yang intim, namun ada sesuatu yang dingin dan menakutkan di udara.

Di tengah ruangan, duduk seorang pria dengan penampilan yang sangat rapi. Wajahnya tersembunyi sebagian oleh bayangan, namun Hanna bisa merasakan aura kekuasaan yang memancar darinya. Ia tahu tanpa ragu—ini pasti Mr. Z.

"Selamat malam, Hanna," suara Mr. Z terdengar dalam dan tenang, namun ada nada dingin yang membuat bulu kuduknya merinding. "Aku senang kau bisa datang tepat waktu."

Hanna menelan ludahnya, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. "Apa yang kau inginkan dariku malam ini?" tanyanya, suaranya terdengar lebih berani daripada perasaannya.

Mr. Z tersenyum tipis, senyum yang tidak menghangatkan. "Aku hanya ingin kau menemaniku malam ini. Duduklah."

Hanna menurut, meskipun pikirannya penuh dengan spekulasi. Apakah ini hanya tentang menemani? Atau ada sesuatu yang lebih dari itu? Ketika ia duduk di sofa, ia merasa perutnya mengencang dengan perasaan tak menentu.

"Malam ini, Hanna, aku ingin kita membuat sebuah kesepakatan," Mr. Z memulai, menuangkan segelas anggur dan menyerahkannya kepada Hanna. "Kesepakatan yang bisa menguntungkan kita berdua."

Hanna mengambil gelas itu, meskipun ia ragu untuk meminumnya. "Kesepakatan seperti apa?" tanyanya hati-hati.

Mr. Z menyandarkan dirinya ke sofa, menatap Hanna dengan mata tajam yang penuh perhitungan. "Kau sudah mendengar rumor tentang dirimu, bukan? Skandal-skandal yang beredar di media?"

Hanna merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Tentu saja ia tahu tentang skandal itu, isu-isu yang hampir menghancurkan reputasinya, bisnis butiknya, dan mungkin juga pernikahannya. "Aku sudah mengurusnya," jawabnya, mencoba terdengar tegas.

"Tentu saja," kata Mr. Z dengan senyum tipis yang membuat Hanna semakin waspada. "Tapi bagaimana jika aku katakan bahwa aku bisa membuat semua itu benar-benar hilang? Bahwa aku bisa memastikan tidak ada yang tersisa dari skandal itu untuk menghantuimu lagi?"

Hanna menatapnya dengan rasa ingin tahu yang mendalam, tapi juga dengan kecurigaan. "Dan apa yang kau inginkan sebagai gantinya?"

Mr. Z menatap Hanna dengan tatapan yang tak bisa dibaca, lalu mengangkat tangannya dan menjentikkan jari. Dari balik tirai di sudut ruangan, muncul seorang pria bertubuh kekar yang membawa sebuah koper hitam. Pria itu mendekati meja kaca, meletakkan koper itu dengan hati-hati, dan membukanya.

Di dalam koper itu, Hanna melihat tumpukan uang yang begitu banyak, membuat matanya terbelalak.

"Ini hanya permulaan," kata Mr. Z dengan suara tenang, seolah tidak ada yang aneh dengan situasi ini. "Aku bisa memberikan lebih banyak lagi, asalkan kau setuju untuk mengikuti semua perintahku tanpa pertanyaan."

Hanna merasakan aliran darahnya mendidih. Uang sebanyak itu bisa menyelesaikan semua masalahnya. Bisa menyelamatkan butiknya, bisa memastikan masa depan anak yang ada dalam kandungannya. Tapi di balik semua itu, ada perasaan tidak nyaman yang terus merayap di pikirannya.

"Apa perintahmu?" tanyanya, suaranya kini terdengar lebih serius.

Mr. Z berdiri dari tempat duduknya, berjalan mendekati Hanna dengan langkah perlahan namun mantap. Ia mendekati Hanna hingga jarak mereka sangat dekat, dan ia bisa merasakan dinginnya aura yang memancar darinya.

"Aku ingin kau pergi ke sebuah tempat besok malam," jawab Mr. Z akhirnya, suaranya rendah namun tegas. "Di sana, kau akan bertemu dengan seseorang yang penting. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri, dan biarkan aku mengurus sisanya."

Hanna merasa tubuhnya tegang. "Siapa yang akan kutemui?"

Mr. Z tersenyum lagi, senyum dingin yang sama sekali tidak menghibur. "Kau akan tahu nanti. Tapi yang pasti, ini akan menjadi malam yang sangat penting bagimu."

Hanna mengangguk perlahan, mencoba memproses semua informasi ini. Ia tahu bahwa menerima tawaran ini berarti melibatkan dirinya lebih dalam lagi ke dalam permainan yang berbahaya. Namun, ia tidak bisa menolak. Uang, kekuasaan, dan kesempatan untuk menyelamatkan hidupnya yang kacau adalah hal-hal yang terlalu menggoda untuk diabaikan.

"Baiklah," kata Hanna akhirnya, suaranya mantap. "Aku akan melakukannya."

Mr. Z tampak puas dengan jawabannya. "Bagus. Pastikan kau tidak terlambat."

Setelah perbincangan serius itu Hanna tampak mencoba untuk menggoda Mr. Z dengan mendudukan dirinya dipangkuan Mr. Z, sehingga gaun malam bagian pahanya sangat mengekspos kulit putihnya.

Mr. Z yang melihatnya pun segera berdiri dari duduknya yang membuat Hanna secara sepontan berdiri. Dengan lirikan mata sang asisten Mr.z pun berjalan mendekat kearah hana dan mulai menghempaskan tubuh hanna keranjang.

Seiring berjalannya waktu, suasana di kamar semakin intens. Hanna merasa suasana semakin panas. Dia mendekatkan tubuhnya kepada sosok di depannya, dan tangan mereka tanpa sadar bersentuhan.

Dengan itu, Mr. Z melangkah mundur, merasa muak dengan apa yang harus dilihatnya. "wanita murahan" batinya. Bagaimana tidak? wanita itu sudah bersuami dan sedang mengandung, tetapi tingkahnya seperti wanita murahan.

Setelah permainan mereka selesai, Asisten Mr.z memberi Hanna ruang untuk bangkit dari tempat duduknya. "Kau bisa pergi sekarang, nona Hanna. Dan ingat, jangan pernah mencoba mencari tahu lebih dari yang seharusnya kau ketahui."

Hanna berdiri, membawa koper hitam itu bersamanya. "Aku akan mengingatnya," jawabnya, sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan.

Namun, sebelum ia keluar dari pintu, suara asisten Mr. Z kembali terdengar, kali ini lebih pelan namun penuh dengan makna.

"Oh, dan satu hal lagi, Hanna," kata asisten Mr.Z membuatnya berhenti sejenak. "Pastikan kau bersiap untuk kejutan besar. Malam besok akan mengubah segalanya."

Hanna tidak menjawab. Ia hanya melangkah keluar dari ruangan itu, dengan perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya. Di satu sisi, ia merasa tegang dan takut. Tapi di sisi lain, ia merasa ada sesuatu yang menarik tentang situasi ini—seolah-olah ini adalah petualangan yang berbahaya namun sangat menggiurkan.

Saat ia melangkah keluar dari Club Nocturne, Hanna merasa angin malam yang dingin menyapu wajahnya, membawa serta perasaan tidak pasti yang terus menghantuinya. Apa yang akan terjadi besok malam? Dan apa yang sebenarnya diinginkan Mr. Z darinya?

Namun, yang pasti adalah satu hal, malam besok akan menjadi malam yang tidak akan pernah ia lupakan.

Malam sudah semakin larut ketika Hanna sampai di apartemennya. Ia meletakkan koper berisi uang itu di atas meja, menatapnya dengan tatapan kosong. Semakin lama ia memikirkan pertemuannya dengan Mr. Z, semakin ia merasa cemas. Apa sebenarnya yang sedang ia hadapi? Dan seberapa dalam ia harus terlibat dalam permainan ini?

Pikirannya terus berputar, mencoba mencari jawaban, namun hanya menemui lebih banyak pertanyaan. Namun, di balik semua keraguannya, ada perasaan aneh yang mulai muncul perasaan senang. Mungkin ini adalah kesempatan yang ia tunggu-tunggu selama ini. Kesempatan untuk mendapatkan segalanya kekayaan, kekuasaan, dan kehidupan yang selama ini hanya ada dalam mimpinya.

Namun, di tengah-tengah perasaan senangnya, ada sesuatu yang lain yang ia rasakan sesuatu yang gelap dan berbahaya. Dan Hanna tahu bahwa tidak peduli seberapa besar keinginannya untuk mendapatkan semua itu, ada harga yang harus ia bayar.

Dan ia hanya bisa berharap bahwa harga itu tidak akan terlalu mahal.

Bersambung.......

1
Siti Aeni
bru ini bc novel bikin knpa reza gk kpikiran anisa yg licik...
Yuli Ana
makin rumit... blm bisa meraba raba kira2 jalan ceritanya seperti apa... protagonisnya siapa... he he he... lanjut thor... semangat...
seru... penuh misteri...🥰🥰🥰🥰
ayudya
aku binggung alurnya ne, anisa apa Hanna yg tokoh utama, lucunya reza marah² gak jelas padahal dia sama saja dengan istrinya... sudahlah, semangat author.
Yuli Ana
ini sebenernya protagonisnya siapa sih... hana atau anisa... 😅
November
lanjut
Jumiah
ya anisa harus mengerti ,
klo yg kmu pacari suami orang..
Ma Em
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!