BERMAIN DIBELAKANG SAHABATKU

BERMAIN DIBELAKANG SAHABATKU

Chapter 1. Rutinitas

Happy Reading...

Hanna menyambut pagi dengan rutinitas yang sudah menjadi kebiasaannya. Ia bangkit lebih awal dari ranjang, memulai hari dengan menyiapkan sarapan untuk suaminya, Reza. Dapur rumah mereka tampak seperti tempat yang penuh kehangatan—terdapat aroma kopi yang sedang diseduh dan wangi roti panggang yang baru dikeluarkan dari pemanggang.

Sementara itu, Reza, suaminya, masih tertidur lelap di kamar tidur. Hanna memasukkan roti panggang ke dalam rak dan menuangkan kopi ke dalam cangkir. Ia tersenyum sendiri, merasa bangga dapat memulai hari dengan cara yang penuh perhatian.

Saat Hanna menuju kamar tidur untuk membangunkan Reza, dia mendapati suaminya tertidur nyenyak, dengan satu tangan terentang di atas bantal. Dengan lembut, ia membangunkan Reza. “Selamat pagi, Sayang. Sudah waktunya bangun,” katanya sambil mencium pipi Reza.

Reza membuka matanya dengan malas dan tersenyum. “Hmm, selamat pagi, Hanna. Bau kopi dan roti panggang membuatku ingin terus tidur,” jawab Reza sambil meregangkan tubuhnya.

Hanna tertawa kecil. “Aku sudah menyiapkan semuanya. Ayo, bangun dan sarapan sebelum pergi bekerja. Hari ini tampaknya cerah dan menyenangkan.”

Keduanya duduk di meja makan yang sudah penuh dengan hidangan pagi. Hanna menyajikan telur dadar dan roti panggang yang baru. Reza mengambil secangkir kopi dan menikmati sarapannya dengan penuh nafsu.

“Bagaimana semalam? Ada yang menarik?” tanya Hanna sambil mengoleskan selai stroberi ke roti panggangnya.

Reza mengangguk. “Pertemuan di kantor berlangsung lancar. Kita mempresentasikan rencana proyek baru yang tampaknya diterima dengan baik oleh klien. Tapi, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki sebelum kita finalisasi.”

Hanna mengangguk penuh perhatian. “Itu bagus. Aku senang mendengar bahwa semuanya berjalan dengan baik. Aku harap proyek ini akan membawa keuntungan besar.”

“Ya, semoga saja,” jawab Reza sambil melanjutkan sarapannya. “Bagaimana dengan pekerjaanmu? Ada tantangan baru?”

“Seperti biasa, banyak yang harus dikerjakan, tapi aku menikmati setiap tantangan. Lagipula, aku senang bisa melihat timku berkembang,” kata Hanna, merasa bangga atas pencapaiannya.

Reza tersenyum dan meraih tangan Hanna. “Aku tahu kamu selalu memberikan yang terbaik. Kamu luar biasa dalam pekerjaanmu.”

Hanna membalas senyuman Reza. “Terima kasih. Aku merasa beruntung memiliki dukungan darimu.”

Setelah sarapan, Hanna dan Reza bersiap untuk hari mereka. Hanna mengenakan setelan kerja yang rapi dan profesional, sementara Reza memakai jas yang membuatnya tampak semakin menawan. Keduanya saling mencium sebelum mereka berpisah untuk menjalani hari masing-masing.

“Jangan lupa untuk makan siang dan istirahat, ya. Jangan terlalu sibuk,” pesan Hanna sambil menatap Reza yang akan meninggalkan rumah.

“Aku akan ingat, Sayang. Sampai nanti malam,” jawab Reza dengan senyuman penuh keyakinan.

Setelah Reza pergi, Hanna merasa sepi di rumah. Meskipun dia sangat menyukai waktu sendiri, ada sesuatu yang terasa hilang ketika Reza tidak ada. Dia memutuskan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga dan merapikan ruang tamu.

Saat dia sedang membersihkan ruang tamu, telpon rumah berdering. Hanna segera menuju telepon dan mengangkatnya. “Halo?”

“Hallo, Hanna, ini Anisa. Maaf jika aku mengganggu, tapi aku ingin tahu apakah kamu punya waktu untuk makan siang nanti?” tanya Anisa dengan nada yang ceria.

Hanna tersenyum mendengar suara sahabatnya. “Tentu, Anisa. Apa ada yang ingin kamu bicarakan?”

“Ya, sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku diskusikan. Mungkin lebih baik jika kita bertemu langsung,” kata Anisa dengan nada serius.

Hanna merasa penasaran. “Baiklah, kita bisa bertemu di restoran favorit kita. Jam berapa?”

“Bagaimana kalau jam satu siang? Aku akan menunggu di sana,” jawab Anisa.

“Setuju. Aku akan melihatmu nanti,” kata Hanna sebelum menutup telepon.

Saat malam tiba, Hanna kembali ke rumah setelah seharian bekerja dan bersosialisasi. Ia merasa lelah tetapi juga puas. Namun, kelelahan itu seakan mengaburkan pikiran mengenai percakapan pagi dengan Anisa.

Reza pulang larut malam, seperti biasanya. Ia masuk ke rumah dengan penampilan yang lelah tetapi masih menawan. “Selamat malam, Sayang. Maaf aku pulang terlambat. Ada banyak hal yang harus diselesaikan di kantor,” kata Reza sambil melepas jasnya.

Hanna menatap suaminya dengan kekhawatiran yang samar. “Tidak apa-apa, Reza. Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita. Ayo makan bersama.”

Keduanya duduk di meja makan yang sudah diatur dengan rapi. Makan malam kali ini sederhana—sup ayam dan nasi, tetapi Hanna memasaknya dengan penuh cinta.

Reza menikmati makan malam dengan lahap. “Ini enak sekali. Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik setelah hari yang panjang.”

Hanna tersenyum. “Aku senang kamu menyukainya. Tapi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Anisa menghubungiku pagi ini dan meminta untuk bertemu.”

Reza mengangkat alisnya. “Oh? Apa yang dia inginkan?”

“Hanya untuk berbicara. Dia tampaknya serius dan tidak memberi banyak detail,” jawab Hanna.

“Hmm, baiklah. Jangan terlalu khawatir. Mungkin dia hanya ingin berbicara tentang sesuatu yang penting,” kata Reza, mencoba memberikan dukungan.

Hanna mengangguk, meskipun dia masih merasa ada sesuatu yang mengganjal. “Aku berharap begitu. Aku akan mencari tahu lebih banyak saat bertemu dengannya nanti.”

Malam itu, setelah makan malam, Hanna duduk sendirian di ruang tamu, merenung tentang hari-harinya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi belum bisa mengidentifikasi apa itu. Kecurigaan yang muncul membuatnya merasa cemas.

Dengan perasaan yang campur aduk, Hanna memutuskan untuk beristirahat dan tidur. Di balik senyum dan rutinitas yang tampak sempurna, ada rasa tidak nyaman yang terus menggelayuti pikirannya, menunggu untuk dipecahkan.

Saat dia berbaring di ranjang, Hanna berharap hari-hari ke depan akan membawa kejelasan. Namun, dia tahu bahwa di balik tirai kehidupan pernikahannya yang tampak ideal, ada jejak-jejak pengkhianatan yang perlahan mulai mengungkap kebenaran yang pahit.

_Bersambung_

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!