Hubungan bisnis antara dua keluarga besar yang terjalin sejak lama harus berakhir, karena salah satu penerus tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Rasa sakit hati membuat Nicco membalas dendam dengan berusaha menikahi putri bungsu dari patner bisnisnya. Izzaz satu-satunya anak perempuan dari keluarga Wiguna.
Massa sulit Izzaz bermula dari tragedi yang menyebabkannya hamil. Bayi yang tidak diinginkan terlahir dan terpaksa terpisah dengan sang bunda. Bagaimana kelanjutan kisah Nicco dan Izzaz? Akankah Izzaz menerima kehadiran buah hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cucuku Sayang
Bu Zahra pergi ke salon diantar sopir pribadinya. Setelah sampai di depan salon yang dituju, bu Zahra turun dan menyuruh sopirnya pulang. Bu Zahra meminta pada sopirnya untuk menjemput nanti kalau urusannya sudah selesai.
Setelah sopirnya meninggalkannya di depan salon bu Zahra mencari taxi untuk pergi ke satu tempat.
"Pak tolong antarkan saya ke alamat ini!" kata bu Zahra kepada sopir taksi itu, sambil memberikan sebuah kertas bertuliskan alamat.
"Baik bu." jawab sopir itu sopan.
Taxi melaju ke alamat tujuan yang diberikan bu Zahra. Menempuh perjalanan hampir setengah jam akhirnya taksi sampai di depan rumah mewah berpagar tinggi dengan cat warna putih. Satpam rumah membungkuk sopan lalu mengantarkan bu Zahra sampai depan pintu. Bu Zahra lalu memencet bel rumah mewah itu.
Pintu dibuka oleh pembantu yang tak lain bik Jum.
"Oh nyonya, silahkan masuk nyonya!" sapa bik Jum sopan.
"Terima kasih bik, bu Nilam ada?" tanya bu Zahra.
"Ada nyonya, sebentar saya panggilkan, nyonya silahkan duduk." Jawab bik Jum sopan. Lalu pergi untuk memanggil nyonya rumah.
"Bu Zahra, selamat pagi." sapa bu Nilam ketika sampai di ruang tamu dan melihat bu Zahra yang datang.
"Selamat pagi bu, saya ingin bertemu cucu saya boleh?" tanya bu Zahra sopan.
"Oh tentu boleh, mari saya antar ke kamarnya."
Bu Nilam berjalan beriringan dengan bu Zahra menaiki tangga menuju kamar Dennis dan Nicco.
"Ini kamarnya bu, silahkan masuk, oh ya ibu mau minum apa?" tanya bu Nilam sopan.
"Tidak perlu repot-repot bu, terima kasih." jawab bu Zahra.
"Kalau begitu saya tinggal dulu, silahkan masuk." bu Nilam membukakan pintu yang memang sudah terbuka sedikit.
Bu Zahra melihat ke dalam kamar, beliau takjub dengan keadaan kamar cucunya. Kamar yang sangat luas, didominasi cat biru muda, dengan langit-langit kamar dibuat seperti langit biru berawan putih. Di dindingnya dilukis gambar taman yang ada berbagai binatang. Ada berapa tulisan kaligrafi yang juga di lukis langsung di dinding. Sungguh sangat indah.
Bu Zahra melihat Nicco yang duduk di karpet bulu tebal, memunggungi pintu sehingga tidak menyadari kedatangan bu Zahra. Nicco membuka baju Dennis, mengelapnya dengan handuk kecil yang baru dicelupkan pada air hangat. Lalu mengelapnya dengan handuk kering, menyapukan minyak telon lalu mengganti baju Dennis dengan baju yang bersih. Nicco melakukan dengan telaten sambil mengobrol dengan putranya.
"Kamu baru memandikannya?" Tanya bu Zahra pada Nicco."
"Oh nyonya, maaf saya tidak menyadari kehadiran nyonya. Tidak nyonya, saya sudah memandikannya tadi pagi. Ini tadi dia minum susu lalu menangis dan susunya keluar lagi, mengenai baju juga celananya." Jawab Nicco sopan.
"Oh begitu, kamu mengurusnya sendiri?" Tanya bu Zahra lagi.
"Untuk mandi saya memandikannya sendiri dan tidur juga sama saya, tapi saya tetap menggunakan jasa baby sitter untuk menjaganya kalau saya sedang kerja."
"Kamu sudah memberinya nama?"
"Sudah nyonya namanya Dennis." Jawab Nicco ragu takut menyinggung perasaan bu Zahra.
"Dan kamu meletakkan nama belakangmu pada nama belakangnya?" Tanya bu Zahra lagi."
"Iya nyonya, maaf.....tapi kalau anda tidak berkenan saya bisa menggantinya dengan nama belakang keluarga nyonya."
"Tidak perlu, saya mengizinkan kamu memakai nama belakangmu untuk namanya."
"Oh, terima kasih nyonya."
"Iya sama-sama, kamu merawatnya dengan baik, terima kasih untuk itu."
"Nyonya berlebihan, justru saya yang harus berterima kasih pada keluarga nyonya, dan saya minta maaf karena saya banyak menyusahkan nyonya."
"Boleh saya menggendongnya?" bu Zahra mengulurkan tangan untuk menggendong cucu kesayangannya.
"Tentu nyonya."
" Bisa tinggalkan saya, saya ingin bersamanya?!" Pinta bu Zahra pada Nicco.
"Bisa nyonya, kalau begitu saya permisi kebawah dulu." Lalu Nicco mengambil laptopnya dan meninggalkan bu Zahra bersama Dennis.
Nicco menunggu bu Zahra dan Dennis di ruang tengah sambil bekerja dengan laptopnya. Rasa khawatir mulai muncul, berbagai pertanyaan timbul di hatinya. Bagaimana kalau bu Zahra mengambil Dennis, tentu Nicco tidak mau berpisah dengan Dennis, Nicco sudah sangat sayang pada Dennis.
Setelah hampir satu jam bu Zahra keluar kamar dengan Dennis yang sudah tidur di gendongannya. Mata Nicco penuh dengan air mata, khawatir bu Zahra benar-benar membawa Dennis. Belum hilang pilu di hatinya karena Zizi pergi jauh dan entah kapan akan kembali. Apa iya harus berpisah juga dengan buah hatinya, batinnya.
"Dia sudah tidur." kata bu Zahra.
Nicco tidak menjawab, hanya air matanya yang keluar.
"Kamu khawatir saya membawanya pulang?" tanya bu Zahra dan Nicco hanya mengangguk dengan tetes air mata yang terus mengalir.
"Apa kamu begitu menyayanginya?" Tanya bu Zahra lagi.
"Iya nyonya, saya sangat menyayanginya melebihi diri saya sendiri."
"Kalau begitu ambillah, saya percaya padamu, rawat dan didik dia dengan benar." kata bu Zahra sambil memberikan Dennis yang dalam gendongannya kepada Nicco.
Nicco mengambil Dennis dan menciumi pipinya dan semakin deras air matanya. Nicco menggendong putranya dengan satu tangan sedang tangan kanannya mengambil tangan bu Zahra lalu menciumnya takzim.
"Terima kasih, terima kasih atas kepercayaan dan kebaikan nyonya kepada saya."
"Sama-sama, saya tidak ingin memisahkan kalian, dia pun sepertinya sangat nyaman bersama kamu."
"Iya nyonya, terima kasih juga nyonya sudi datang ke rumah kami, saya sangat senang, sudah lama saya mengharapkan kehadiran nyonya."
"Iya, saya akan sering-sering datang, karena setelah melihatnya saya pasti akan sangat merindukannya. Boleh saya menggambil foto kalian?" Tanya bu Zahra padahal waktu di dalam kamar sudah banyak mengambil foto Dennis.
"Ah, tapi saya malu nyonya, mata saya merah, Dennis saja bagaimana?" Tawar Nicco. Lalu bu Zahra tetap mengambil foto anak dan ayahnya itu dengan ponselnya. Walaupun Nicco menunduk, setelah itu bu Zahra tersenyum.
"Kalau begitu saya pamit dulu, taxi saya sudah menunggu, tolong sampaikan salam saya buat oma sama opanya Dennis." Pamit bu Zahra lalu menepuk pundak Nicco yang Nicco sendiri tidak tahu apa maksud bu Zahra.
Bu Zahra masuk dalam taxi yang sudah menunggu, lalu mengatakan pada sopir taksi untuk mengantarnya ke salon tadi. Di dalam taksi bu Zahra mengeluarkan ponselnya dan melihat galeri foto Nicco dan Dennis.
"Ayah dan anak yang sama-sama tampan." Gumamnya dalam hati lalu tersenyum.
kayakny seru cerita ny
ngg bisa apa sekali-kali Nurut gitu
ih gemes aku
Btw semangat Thor
adeh😡😡😡😡😡
walaupun anak yang tak di inginkan hati seorang ibu mna Zizi anak mu tak berdosa
gak mikr udh punya ank kali ya.
mask mau senang2 aj pern cewe ya.
kurng suka jadinya.
nanti gak bisa liht ank ya baru nyesl kali ya.mask udh ampk ank ya udh besr tapi gak pernh mau liht.
jdi ibu kok egois kali😡😡😡😡😡😡😡😡😡mask udh jdi seorng ibu gak punya hati malh dekt dgn cwo lain.jdi kurg suka dech bca ya pemeran cwe kayk g thu.
gak seperti novl2 lain yg q bca.
yg in terlalu ego kali
malh dekt dgn cwo lain pulk