"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
100% yakin
"Dre!!"
"Ya kak, ada apa?"
Akhirnya dimulai juga. batin Tian yang sudah sangat penasaran, sebenarnya apa yang ingin kedua orangtua Mentari sampaikan padanya.
"Apa Mentari baik-baik saja?"
Ternyata belum pada inti permbicaraan, batin Tian yang agak kesal karena sudah lelah menerka-nerka, sungguh Tian ingin langsung mengetahui inti dari pertemuan mereka kali ini.
"Alhamdulillah dia baik, kak" jawab Tian, tanpa memperlihatkan kekesalannya.
"Alhamdulillah kalau dia sehat, apa dia merepotkan?"
"Tidak kak, justru dia sangat membantuku" jawabnya jujur, karena memang sejak kedatangan Mentari pekerjaannya dirumah, tidak terlalu menguras tenaga juga waktunya, apa lagi saat pagi hari.
"Baguslah, lalu apa menurut kamu Mentari sudah pantas untuk menikah?"
"apa?" ucap Tian yang sebenarnya bisa dengan jelas mendengar perkataan Juna, tapi karena kaget dan tidak menyangka jika pertanyaan semacam itu keluar dari mulut Juna, jadilah kata apa yang keluar dari mulut Tian.
"Aku bertanya apa Menurut kamu Mentari sudah pantas untuk menikah?" ulang Juna dan saat ini dia tengah melihat ekspresi wajah Tian dengan seksama.
Namun yang dia lihat hanya sebuah rasa kaget diwajah Tian, tidak terlihat keberatan atau apapun.
"Sepertinya sudah kak, tapi maaf kak, apa sudah ada yang meminangnya?" ucap Tian penasaran dan sebenarnya hatinya kini sedang memanas karena jujur dia tidak rela jika Mentari akan dinikahkan secepat ini, yang artinya sebentar lagi dia tidak akan bisa bersama Mentari lagi.
Tian menatap Bayu dan Bayu masih saja menatapnya dengan tajam, dan hal itu membuat Tian menghela nafasnya.
"Belum ada, tapi aku ingin menikahkannya dengan seseorang yang menyukainya. Jujur setelah mendengar ucapan Bayu yang memberitahu jika kamu menyukai Mentari, membuat kami berpikir untuk menikahkan Mentari saja."
dan sekarang Tian tahu arti ucapan Bayu yang berkata "Aku yang salah", yang artinya dia merasa bersalah pada mentari juga dirinya, karena sudah memberitahu kedua orangtuanya tentang perasaan Tian, alhasil kedua orangtua Mentari ingin segera menikahkan Mentari agar bisa jauh dari Tian.
Tian kini menatap Bayu yang masih menatapnya dengan tatapan penuh kekesalan dan setelah itu dia kembali melihat Juna lalu berkata "Apa aku dipanggil kemari hanya untuk ini?" ucap Tian yang kini memperlihatkan kekesalannya, kesal akan dua hal, kesal karena mendengar rencana Juna untuk Mentari dan kesal karena dia jauh-jauh datang, hanya untuk ditanyai hal-hal yang bisa ditanyakan lewat telpon.
"Kak, maaf, tapi kenapa harus dinikahkan? bukankah ada banyak cara untuk menjauhkanku dari Tari?" ucap Tian lagi sebelum Juna menjawab pertanyaannya yang tadi, karena sungguh dia tidak suka dengan rencana Juna yang akan menikahkan Mentari, hanya karena dia menyukai Mentari sebagai seorang wanita.
"Banyak cara sebenarnya, tapi menurutku menikahkan Mentari adalah langkah paling baik."
"Baiklah, itu keputusan kalian, tapi apa Mentari akan setuju dengan keputusan kalian?"
"Menurut kamu bagai mana?" ucap Juna yang malah balik bertanya.
"Pasti menolak" ucap Tian yakin, 100% yakin.
"Benar, dia pasti menolak makanya jangan beritahu dia jika dia akan dinikahkan" Sungguh Tian tidak paham maksud ucapan Juna.
"Kak, jujur aku tidak paham maksud kakak apa? bagai mana mungkin Tari tidak boleh diberitahu jika dia akan dinikahkan?"
Dan Bayu yang sudah kesal ingin pembicaraan mereka cepat usai berkata "Ayah ingin menikahkan Tari denganmu"
Jelas sangat jelas terdengar ucapan Bayu ditelinga tian, sampai membuat tian terdiam, ya diam karena dia sedang merangkai kejadian semenjak dia tiba dirumah Juna. Dari tatapan Bayu yang tidak bersahabat, kata-kata Bayu yang berkata jika dirinya yang salah dan satu lagi kata-kata Bayu yang sempat salah diartikan oleh Tian tadi.
Sebuah kata yang menyuruhnya untuk menyiapkan mental, tadi Tian berpikir kata-kata itu dilontarkan untuknya agar menyiapkan Mental, karena Mentari akan dinikahkan, tapi ternyata maksud Bayu adalah menyiapkan Mental untuk menjadi suami Mentari.
"Kak, jangan bercanda" ucap Tian yang kini merasa jika semua ini hanya sebuah candaan saja, rasanya aneh, semudah itu mereka memberikan anak gadis mereka padanya, yang bukan siapa-siapa.
"Iya benar kalian pasti bercanda," ucap Tian lagi yang kini berkata sambil tersenyum, meninggalkan rasa tegangnya tadi.
"Dre, apa merut kamu, kami menyuruhmu datang jauh-jauh kesini hanya untuk sebuah candaan?"
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.