Malam itu terdengar tangisan di tengah gelapnya malam. Seorang bayi terbungkus kain putih di letakkan begitu saja diantara tumpukan sampah yang berbau.
Keluarga Anggoro, keluarga yang di kelilingi orang-orang kejam tega membuang darah daging mereka demi sebuah gengsi.
Bayi malang Dewi yang lahir kembar dengan Bintang anggoto. Dewi memiliki sisik emas, sisik yang keluar saat dia marah atau sesuatu akan menimpa sedangkan adiknya bintang juga memiliki kekuatan yang luar biasa hebatnya.
akankah mereka bersatu ataukah mereka akan jadi musuh satu dengan yang lain?
ikuti terus kisahnya sampai tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24. KEJAHATAN MEMEY.
Tubuh Dewi terbagi menjadi tujuh bayangan mengelilingi ular Bintang. Dari ketujuh bayangan itu sudah bersiap dengan bola emas masing-masing di mulutnya.
Ular Bintang mulai panik tidak bisa menentukan mana Dewi ular yang asli.
Satu-persatu bola emas yang ada di mulut Dewi ular menyerang Bintang. Dengan mengumpulkan segenap kekuatan yang ada, ular Bintang menahan gempuran bola-bola emas itu.
Melihat bintang kewalahan, Anggoro menyuruh Ki Suwito untuk membantu. Pria paruh baya itu melompat dengan tongkat tengkorak yang ada di tangannya.
Keduanya saling membelakangi menangkis bola-bola emas.
"Cukup sudah dengan permainan ini, sekarang kalian rasakan yang ini."
Dari atas kepala, muncul ular Dewi dengan bola emas yang cukup besar menghantam tubuh ular Bintang dan Ki Suwito.
Boom.......
Terlempar dan menjerit hebat, Ular bintang dan Ki Suwito sudah tidak bisa berbuat apa-apa, tubuh terluka dengan darah bercucuran.
Tubuh ular Bintang berubah ke wujud asli menjadi manusia biasa.
Dewi ular kembali mengeluarkan bola emasnya. Sebelum bola itu di lepas, Rini berlari memeluk tubuh Bintang.
"Jangan, dia adikmu."
Bola emas yang sudah siap terlepas dari mulut Dewi ular tertahan seketika mendengar kalau ular yang selama ini jadi musuh itu adiknya.
"Kamu pasti bohong."
"Kalian berdua lahir dari rahim ibu. Kalau tidak percaya aku bisa tunjukan buktinya. Coba lihat kalung ini. Kamu juga memiliki kalung seperti ini bukan?"
Dewi ular memperhatikan kalung liontin yang ada di tangan Rini. Kalung yang sama yang ada padanya selama ini, cuma membedakan bentuk ular dan warnanya saja.
"Betul kata ibumu, kita ini satu keluarga, tinggallah bersama kami, kami semua merindukanmu." ucap Anggoro.
"Aku tidak percaya kalau kalian itu keluargaku, kalau pun iya, kenapa kami terpisah. Pasti ada sesuatu yang kalian sembunyikan?"
Anggora tak habis akal, mengarang cerita kalau Dewi di culik. Mereka sudah berusaha mencari tapi tak membuahkan hasil. Dengan kekuatan Bintang akhirnya berhasil memanggilnya malam ini.
"Jangan dengarkan, Mereka itu jahat, kecuali perempuan muda itu. Tinggalkan mereka dan kembalilah ke tubuh aslimu sebelum semuanya terlambat."
Terdengar bisikan di telinga ular Dewi. Dengan cepat Ular Dewi melesat keatas menembus langit-langit.
Anggoro hanya bisa gigit jari melihat kepergian ular Dewi. Usahanya untuk menguasai anak itu gagal total.
"Dasar tak guna, hanya melawan ular itu saja kamu tidak mampu. Besok aku akan membawamu kesebuah biara untuk memperdalam ilmu agar bisa mengalahkan ular siluman itu."
Anggoro keluar dari dalam ruangan dengan membanting pintu.
Sementara itu, ular Dewi yang baru saja tiba dikagetkan dengan adanya beberapa pelayan di dalam kamar.
Menidurkan Dewi diatas pembaringan sambil memegang tangan dan kakinya yang terus meronta kesakitan.
Luka memar, dan darah keluar dari mulutnya membuat seisi rumah kaget.
Bola api yang mengenai tubuh ularnya juga berdampak pada tubuh aslinya.
Dewi ular segera masuk ke tubuh aslinya. Barulah Dewi merasa tenang.
Seorang pelayan keluar lalu menghubungi dokter pribadi keluarga Abraham.
Tidak berselang lama seorang pria datang sambil menenteng tas.
Dokter Andy, dokter muda yang sudah bekerja selama dua tahun di keluarga itu.
Para pelayan menyingkir, memberikan ruang pada dokter Andy untuk memeriksa kondisi Dewi.
"Apa yang terjadi dengan nona, kenapa tubuhnya bisa memar seperti ini? Apa dia jatuh?" tanya dokter Andy.
Pak Tono sebagai kepala pelayan kemudian menceritakan awal mula kejadian dimana Dewi menjerit dalam kamar.
Tubuhnya meliuk seperti ular. Beberapa pelayan mencoba menenangkan tapi tak satu pun yang berhasil. Akhirnya mereka semua bersatu memegang dan membaringkan diatas pembaringan.
Dokter Andy memberi bungkusan kecil berisi obat untuk di minum Dewi saat sadar nanti.
Tidak lama kemudian, dokter Andy keluar. Para pelayan ikut keluar takut kejadian yang sama terulang kembali pada Dewi.
******************************
Abraham dan Wulan sudah berada di bandara. Mereka terpaksa pulang setelah menerima telpon dari pak Tono.
Jadwal bulan madu yang rencananya sepekan gagal mendengar kabar buruk yang menimpa Dewi.
Abraham menenangkan Wulan agar tidak panik, Dewi pasti baik-baik, kata yang sering kali keluar dari mulutnya.
Setelah menempuh perjalanan cukup panjang akhirnya mereka tiba juga di rumah.
Wulang langsung berlari menuju kamar Dewi. Dua orang pelayan yang sedang berjaga segera membuka pintu.
"Nak, kenapa bisa seperti ini?"
Wulan menangis memeriksa sekujur tubuh Dewi, memar seperti terkena benda padat.
"Tenangkan dirimu, dokter Andy sudah memeriksa dan memberinya obat. Dua tiga hari ini Dewi sudah pasti sembuh."
"Aku selalu menjaganya seperti aku menjaga diriku sendiri. Aku tidak sanggup melihatnya menderita."
Air mata Wulan tak henti-henti jatuh melihat kondisi putrinya. Dari awal menemukan Dewi tak sedikitpun dia membiarkan anak itu terluka.
"Aku mengerti perasaanmu. Dewi kuat sepertimu, dia pasti bisa melewati semuanya."
Abraham mengusap kepala Wulan lalu menidurkan pada pundaknya.
Mendengar dengkuran Dewi, Abraham mengajak Wulan ke kamar untuk beristirahat.
Tidak terasa pagi kembali menjemput. Angin bertiup sepoi membentuk pusaran angin kecil menerbangkan dedaunan kering yang jatuh ke tanah.
Pagi-pagi sekali Wulan sudah berada di kamar Dewi, memeriksa kondisinya.
Memar pada tubuhnya berangsur hilang. Suhu badannya pun normal seperti biasa.
Sedikit-demi sedikit mata Dewi mulai terbuka, Seluruh badanya terasa sakit seperti habis mengangkat bebat berat dan kagetkan dengan adanya Wulan.
"Kapan ibu pulang dan dimana papa?"
Wulan mencegah Dewi yang ingin bangun.
"Papamu masih tidur, mungkin kecapean setelah menempuh perjalan panjang. Apa kamu sudah baikan?"
Dewi mengernyitkan dahinya, Dia tidak sadar kalau semalam dia sudah melewati masa kritis hingga hampir merenggut nyawa.
Wulan merawat Dewi, menyiapkan seluruh kebutuhannya hingga pulih seperti sedia kalah.
********************************
Sementara itu di kediaman Memey, tampak gadis itu sudah bersiap-siap.
Pakaian rapi serta tas kecil melingkar di leher.
Hari ini memey mengajak Dewi jalan serta membuktikan perkataan biksu Tong kalau Dewi memang siluman ular seperti cerita Biksu Tong sebelum dia kembali ke biara.
Dewi mengiyakan ajakan Memey, terkurung tiga hari dalam kamar membuatnya bosan.
Drama pun terjadi antara Dewi dan Wulan hingga Wulan memberi izinkan.
Tidak berselang lama mobil Memey sudah tiba di halaman rumah.
Dewi segera keluar dan langsung masuk kedalam mobil.
Mobil melaju meninggalkan pusat kota, tujuan mereka saat itu kesebuah taman hiburan yang baru di buka.
Butuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka tiba juga di tempat tujuan.
Taman hiburan cukup ramai, orang-orang datang dari berbagai penjuru ingin mencoba permainan yang di tawarkan mulai Rollercoaster, komedi putar, bianglala, bumper Car, sky swinger.
Memey memilih wahana rollercoaster, gadis itu memang pemberani dengan ke tinggian beda halnya dengan Dewi.
Membujuk dan sedikit memaksa akhirnya Dewi mengiyakan ajakan memey untuk mencoba permainan yang menguji adrenalin.
semoga aja ada keajaiban Krn Dewi penolong
beda sekali dengan bintang yahhh didikan yg slh JD nya seperti itu
ttp smgt km thor
Sedangkan Bintang mengambil paksa yg bukan miliknya.
kan Dewi baik makanya selalu menang punya kekuatan di gunakan utk kebaikan bukan untuk kejahatan apa kabar saudara kembar si Dewi yaaa apakah jadi musuh