Dara tinggal bersama Fira di sebuah desa. Kakak beradik itu mengontrak karena hanya tinggal sementara dengan tujuan untuk melanjutkan sekolah Fira pada jenjang SMA. beberapa tetangga tidak menyukai hingga selalu menghina serta menggangu mereka yang dianggap miskin. Padahal kenyataan nya, mereka adalah orang kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elinazy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Ayo buruan bacain, saya udah ngantuk banget pengen tidur" Ujar Puspa tidak sabaran.
"Kita mau tidur dimana bu? " Balas Luna bingung karena rumah mereka sudah dijual untuk biaya kabur dari kejaran polisi.
"Disini lah, gak masalah kan Dara? Nanti si Hesti biar saya usir" Puspa percaya diri kalau bisa berbuat sesuka hati. Padahal ada Dara yang akan mencegah nya melakukan hal buruk lagi.
"Ini kok malah ngobrol sih, mau dibacain apa gak? " Fira kesal sebab perkataan nya terjeda oleh Puspa dan Luna yang malah memikirkan tempat tinggal mereka. Harusnya kan bisa dipikirkan nanti saja.
"Lanjut Fira, tolong jangan ada yang bicara jika tidak saya suruh! " Dara bersikap tegas agar semua rencana nya berjalan mulus tanpa halangan apapun.
"Poin yang pertama, Luna akan menjadi asisten dari Dara sebab sudah di blacklist dari DResto sehingga tidak bisa kembali bekerja di sana lagi. Untuk besaran gaji akan diberikan dua kali lipat lebih banyak yaitu enam juta perbulan"
Mendengarkan poin pertama, Luna dan Puspa sudah dibuat kegirangan karena akan memegang uang dalam jumlah banyak perbulan nya. Bayangan barang barang mahal sudah melintas di pikiran masing masing.
"Poin kedua, bu Puspa akan menjadi pembantu rumah tangga dengan besaran gaji empat juta perbulan"
"Maaf saya boleh bicara gak? " Puspa mengangkat tangan nya untuk meminta ijin.
Dara mempersilahkan Puspa berbicara terlebih dahulu sebelum melanjutkan poin yang lainnya.
"Kalau boleh, gajinya disamaratakan dengan Luna gimana? Biar adil dan gak saling iri gitu"
Dara berpikir sejenak mengenai permintaan Puspa yang tidak ada masalah jika harus disamakan gaji nya. Ia pun mengiyakan dan Fira langsung mengganti besaran gaji pada poin kedua.
"Poin ketiga, kalian berdua harus menuruti semua aturan yang diberikan oleh Dara tanpa penolakan. Beberapa syarat harus dipenuhi untuk mencairkan gaji"
"Ada lagi Fira? " Tanya Dara memastikan.
"Poin terakhir, Segala hukuman akan ditanggung apabila salah satu dari kalian melakukan kesalahan. Untuk aturan dan hukuman yang berlaku akan menyusul seiring berjalan nya waktu. Perjanjian ini telah ditandatangani oleh Puspa dan Luna sebagai pelaku perjanjian, Dara sebagai pembuat serta Fira sebagai saksi"
Setelah selesai membacakan isi perjanjian tersebut, Fira membuatkan salinan untuk masing masing sebagai pengingat. Puspa dan Luna tidur di kamar Hesti sementara waktu sebelum Dara merenovasi rumah ini.
***
"Saya berangkat sekolah dulu ya mbak" Ujar Fira berpamitan pergi ke sekolah bersama dengan Tyas sehingga tidak perlu diantar oleh Dara.
Dara menunggu Kiki di depan rumah sebab menyuruh nya mencarikan tukang bangunan untuk merenovasi rumah ini agar bisa ditempati oleh lima orang.
"Pagi mbak Dara, maaf udah buat menunggu lama" Sapa Kiki mengembangkan senyum. Ia senang karena terbebas dari tuduhan polisi serta masih dipercaya oleh Dara untuk bekerja dengan nya.
Dara mengandalkan Kiki karena tidak terlalu kenal dengan orang di sekitar sini. Menurut nya, Kiki adalah orang yang bisa dipercaya. Apalagi dia adalah kakak nya Tyas sehingga sepantas nya ia membantu perekonomian Kiki yang menjadi tulang punggung keluarga.
"Saya udah cari tukang bangunan, total ada empat orang kira kira cukup atau kurang mbak? " Kiki memberikan laporan pekerjaan nya.
"Kalau saya targetkan untuk satu minggu selesai, apa cukup empat orang itu menurut kamu? " Dara tidak mengetahui cukup atau tidak nya karena selama ini menyerahkan tugas pembangunan kepada Bayu yang sekarang lengser dari kepercayaan nya.
"Tergantung renovasi rumah nya seperti apa mbak, kalau dibuat mewah ya sangat kurang orang segitu"
"Gak mewah, saya mau rumah dibangun menggunakan kayu. Untuk kamar tolong disediakan lima kamar"
"Berarti lahan di belakang itu dipakai semua mbak? Kalau tidak kan gak muat lima kamar"
"Iya, kamu pakai semua lahan yang ada, kalau perlu gak usah disisain karena gak digunakan untuk apapun. Tolong kamu awasi pekerjaan sampai selesai dan untuk banyak nya pekerja itu terserah kamu. Uang gak jadi masalah untuk saya"
Kiki mengangguk pelan lalu pergi mengumpulkan para pekerja untuk memulai pembangunan hari ini juga. Bahan material juga sudah dipesan, tinggal menunggu pengiriman.
Dara masuk ke dalam rumah untuk meminta Hesti, Luna dan Puspa mengemasi barang barang mereka. Untuk sementara waktu, mereka akan menginap di hotel sederhana yang ada di desa ini.
"Kamu gak mau mempekerjakan saya Dara? Bu Puspa sama Luna tadi pamer kalau dapat gaji enam juta perbulan. Saya juga mau dong kalau begitu" Hesti mengutarakan keinginan nya sebab tidak mau kalah dari mereka.
"Jangan lihat besaran gaji nya mbak, lihat dulu resiko yang akan ditanggung. Kalau besar kecil nya gaji kan menyesuaikan pekerjaan yang dilakukan" Dara memberikan penjelasan agar Hesti tidak iri kepada Luna dan Puspa yang akan dibuat sedikit tersiksa.
Setelah selesai mengemasi barang, Dara memboncengkan Hesti sedangkan Luna bersama Puspa menaiki motor Ivan. Mobil itu ditinggalkan di depan rumah Gita dengan membayar uang sewa lahan parkir.
"Kita tidur satu kamar" Ujar Dara membuka pintu kamar hotel yang ukuran nya cukup untuk lima orang.
"Kamu yang benar aja Dara, emang nya gak bisa nyewa kamar untuk satu orang satu? Kalau harus tidur bareng sih saya gak mau" Puspa keceplosan memperlihatkan sifat aslinya yang masih sama seperti dulu.
"Pesan aja kamar sendiri, kalian kalau gak mau ikuti aturan saya. Silahkan pakai uang sendiri, jangan minta saya untuk bayarin" Balas Dara tegas.
"Bu Puspa tuh gak tahu diri banget ya, udah bagus nginap di hotel gratis tapi masih aja kebanyakan protes. Lagian sabar sebentar lah nunggu rumah Dara selesai direnovasi nanti baru tidur sendiri sendiri" Sambung Hesti yang masih diliputi rasa iri.
"Kamu gak mau pesan kamar sendiri Dar? Kalau saya jadi kamu sih gak akan mau tidur rame rame begini" Puspa masih saja mengoceh berusaha membuat kamar ini ditempati oleh sedikit orang.
Dara hanya diam karena malas menanggapi Puspa yang tidak pernah mempunyai rasa syukur atas pemberian yang ada. Ia menata tiga kasur lantai untuk ditempati Luna, Puspa dan Hesti. Sedangkan dirinya dan Fira akan menempati kasur empuk itu.
"Kalian bertiga bisa berbaring disini, untuk pekerjaan bisa mulai dilakukan dari sekarang. Bu Puspa tolong rapikan semua barang barang termasuk milik mbak Hesti karena hitungan nya dia ngontrak sama saya, jadi wajib dilayani juga. Dan untuk Luna, kamu harus ikut kemanapun saya pergi"
Hesti mengembangkan senyum mengikuti Dara yang keluar dari kamar hotel itu. Ia senang karena diperlakukan bak nyonya oleh Dara.
"Kamu gak bercanda kan Dara? Berarti bu Puspa itu pembantu saya juga? " Hesti memastikan perkataan Dara tadi.