Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertengkar kembali
Pintu kamar Laura dibuka dengan kasar. Laura yang sedang membaca buku tentu saja langsung berdiri dan menatap Ayahnya yang ada di depan pintu. Tanpa banyak bicara Ayahnya langsung menampar Laura. Kali ini Laura tidak bisa menahannya karena ini benar-benar tiba-tiba.
Laura hanya bisa diam dan menatap Ayahnya dengan tajam. Tamparan ini bukan apa-apa untuknya tidak ada rasa sakit sedikitpun untuknya.
"Sekali lagi kamu membuat ulah Laura, Ayah tidak segan-segan untuk membuang kamu "
"Ya sudah buang saja saya. Saya tidak peduli tidak ada di rumah ini. Saya bisa hidup sendiri tanpa anda, tanpa Istri anda tanpa anak-anak anda saya bisa hidup sendiri"
"Hidup sendiri ? "sambil tertawa terbahak-bahak "Selama ini kamu saya yang beri uang jajan. Saya yang memberikan fasilitas pada kamu. Sekarang kamu bilang mau hidup sendiri. Mau makan apa kamu ini yang ada kamu malah akan mati dijalan"
Laura hanya bisa menghela nafas dan menatap Ayahnya dengan tatapan yang meremehkan.
"Mau taruhan dengan saya Tuan. Saya bisa menghancurkan anda sampai di titik nol kembali"
"Kamu ini hanya anak kecil, mau menghancurkan saya sungguh itu hanya lelucon saja. Siapapun tak akan ada yang bisa menghancurkan saya termasuk kamu " sombong Damian.
"Begitu ya, kalau memang anda seseorang yang mampu lalu kenapa perabotan yang ada di kamar ini sungguh menyakitkan mata. Apakah anda tidak bisa memberikan tempat tidur yang layak. Lalu lemari yang layak, pakaian yang layak pula. Kenapa semuanya begitupun kuno. Sebenarnya saya ini anak anda atau bukan sih "
Ayahnya menatap keseluruhan kamar Laura. Memang selama ini dirinya tidak pernah masuk ke kamar Laura dan semua yang mengurus segalanya adalah istrinya. Baru sekarang dirinya masuk dan melihat semuanya dan benar sepertinya barang-barang ini semuanya tidak layak.
Apakah istrinya benar-benar memberikan semua ini untuk Laura. Padahal Damian sudah memberikan uang yang banyak pada Mawar. Untuk mengurus ketiga anaknya, memberikan uang jajan, pakaian semuanya untuk kebutuhan anak-anaknya. Termasuk juga Laura anak yang selalu membangkang.
"Lihat baik-baik kamar ini, benar-benar tidak layak. Menurut saya anda ini seorang Ayah yang tidak adil. Seharusnya anda bisa menjadi penengah di antara anak-anak anda, harus menyayangi setiap anak anda tanpa harus memilih mana yang harus disayangi, mana yang harus anda siksa setiap hari. Lihat bahkan seharusnya ini tidak ditinggali oleh salah satu anak anda"
"Saya ini anak orang kaya, tapi sepertinya saya terlihat seperti anak orang tidak punya saja"
"Laura Ayah tidak suka dengan nada bicaramu yang seperti itu"
Damian benar-benar sakit hati dengan setiap kata yang terucap dari mulut putrinya. Tidak memanggil Ayah padanya membuat dadanya sakit. Seperti ada yang berbeda dari Laura, tatapannya begitu tajam padanya.
"Saya harus seperti apa Tuan. Tuan selalu ringan tangan pada saya. Apakah saya harus selalu baik hati padamu. Saya ini bukan ibu peri yang harus mengalah, mengalah dan mengalah. Sikap saya tergantung padamu. Ketika anda saja bisa marah dengan saya, lalu siapa yang saya harus ikuti tentu saja orang tua. Saya akan mengikuti setiap apa yang anda lakukan. Saat Tuan berteriak maka saya juga akan berteriak bukankah begitu lebih bagus Tuan "
Damian sudah tak bisa berkata apa-apa lagi. Laura benar-benar membuat dirinya lemah. Setiap kata yang Laura katakan seperti menghantam dadanya. Dahulu Laura tak seperti ini setiap dimarahi, dipukuli selalu memanggilnya Ayah dan tak pernah membantah juga.
"Apakah ada yang ingin anda bicarakan lagi Tuan. Saya benar-benar ingin istirahat dengan kamar yang cukup buruk menurut saya. Coba anda sekali-kali tidur di sini dan rasakan apakah nyaman di sini "
Tidak ada jawaban, Laura yang memang sudah kesal langsung menutup pintu dengan kencang tanpa memperdulikan Ayahnya yang masih mematung.
Damian menyandarkan tubuhnya di pintu, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Kenapa Damian harus mempercayakan sepenuhnya pada Mawar, seharusnya Damian mengecek semua kamar anak-anaknya. Apakah mereka nyaman dengan semua fasilitas yang dirinya berikan. Damian harus menanyakan semua ini pada Mawar. Kenapa Laura mendapatkan barang yang seperti ini.
...----------------...
"Ma kenapa barang-barang yang ada di kamar Laura begitu berbeda dengan Anya dan juga Andi. Bukannya aku sudah memberikan uang untuk memberi furniture jika ada yang rusak dan sudah usang. Kenapa kamar anakku begitu tak layak " Damian bertanya dengan baik-baik, tak mau ada pertengkaran didalam rumah tangganya ini.
Mawar yang sedang mengoleskan krim wajah kaget dengan perkataan suaminya "Aku sudah mencoba untuk mengganti semua itu, tapi Laura tidak mau" bohong Mawar.
"Benarkah Laura tidak mau ? Tapi sepertinya Laura tidak nyaman. Kamu jangan membeda-bedakan antara anak kamu dan juga anak aku, mereka itu sama-sama anak-anak kita"
"Iya aku tahu, aku tidak pernah membedakan antara Laura dan juga Anya. Bahkan bekal uang pun Laura lebih banyak kan. Dianya saja terlalu boros "
"Benarkah ?"
"Tentu Laura selalu meminta uang padaku, bahkan sebelum 1 bulan dia selalu minta uang lagi. Kadang aku pusing dengannya, untuk apa Laura meminta uang yang banyak. Makanya aku selalu minta uang lagi padamu, karena ya tingkah laku Laura yang selalu meminta uang berulang-ulang padaku. Padahal Anya dan Andi cukup aku berikan satu bulan 15 juta mereka tidak pernah mengeluh atau meminta lebih lagi, tapi Laura selalu meminta kembali "
Damian sedikit tidak percaya, karena dari penampilan Laura juga terlihat kalau dia tidak seperti Anya yang segalanya selalu baru. Dari pakaian, penampilan juga sangat berbeda.
"Sudahlah Ayah jangan pikirkan terus tentang Laura, lebih baik sekarang kita tidur ya. Aku sangat mengantuk seharian jalan-jalan dengan teman arisan membuat aku sangat lelah sekali. Belum lagi besok aku harus berkumpul kembali dengan mereka untuk membahas liburan "
Damian lagi-lagi hanya bisa menurut pada istrinya. Damian tidak bisa marah pada Mawar dia hanya iya-iya saja tanpa tahu semuanya Mawar menggunakan uang itu untuk apa. Apakah benar Mawar membagi rata pada anak-anaknya, semuanya atau semua itu hanya bualan saja.
Damian menatap istrinya yang bisa langsung tertidur. Sedangkan Damian sendiri masih tak bisa, terus mengingat setiap ucapan yang dikatakan oleh Laura.
Wajah Laura begitu mirip dengan mendiang Ibunya tak ada yang berbeda. Cantik, lemah lembut tapi sekarang sikap lemah lembut itu hilang entah pergi kemana. Apakah benar yang ada dirumahnya ini adalah Laura anaknya, tapi apakah ada orang yang mirip 100% seperti itu.