Seorang laki-laki diminta menikahi puteri pengusaha kaya mantan majikan ibunya. Padahal baru saja ia juga melamar seorang wanita. Bimbang antara membalas budi atau mewujudkan pernikahan impian, membuatnya mengalami dilema besar. Simak kisah cintanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 24
Mawar sedang memilah baju mana yang akan dipakai. Janji Ardha untuk menjemputnya sebelum jam makan siang bagai angin segar yang membuatnya kembali bersemangat. Memang bukan untuk jalan-jalan, tapi ke dokter kandungan. Tetap saja itu jauh lebih baik dari sekedar duduk bosan di rumah.
Mengapa jam dinding itu bergerak sangat lambat hari ini. Rasanya sudah berpuluh-puluh kali mata Mawar meliriknya. Sekarang dia berandai-andai kalau jam itu bersifat ajaib dan dia bisa menyetel waktu maju mundur sesuai kehendak hatinya.
"Hh.. masih lama..", ucapnya lesu.
Mawar mengambil ponselnya yang berdering. Ternyata ayahnya yang memanggil.
"Assalamualaikum Pa, tumben telpon Mawar, kangen ya..", Mawar lah yang sebenarnya rindu dengan keluarganya, tapi enggan menelpon duluan.
"Iya... Mawar baik-baik saja. Jangan khawatir", sahutnya lagi.
"Iya Pa.. Ini Mawar lagi nunggu Ardha jemput. Katanya mau ajak Mawar keluar", sambungnya lagi dengan semangat.
"Iya Pa.. iya.. Wa'alaikumussalam..", Mawar menutup panggilan itu kemudian kembali melirik jam dinding.
"Haa... Kenapa masih lama..", ucapnya lalu berbaring malas di sofa.
**********
Ardha baru saja memasuki dapur restoran saat ia merasakan suasana aneh di sana. Para koki terlihat saling berbisik sambil mencuri pandang ke arahnya. Ardha bukan ingin berprasangka buruk, tapi hampir mustahil kalau bukan dirinya lah yang kini menjadi obyek tatapan dan bisikan itu.
Dengan wajah curiga, Ardha menghampiri Jason.
"Katakan", ucapnya pendek mengintervensi dengan mendekatkan wajahnya.
Jason yang merasa ditodong, menghela nafas kasar. Kemudian dia memberi isyarat agar ke ruang kerja mereka saja.
Jason mengeluarkan ponselnya setibanya di sana. Setelah menemukan apa yang dimaksud, ia menyerahkan ponsel itu ke Ardha.
Ardha terbelalak demi melihat apa yang ditampilkan di layar. Berita tentang pernikahan puteri pengusaha besar dari Indonesia yang ternyata sempat menjadi trending karena dianggap salah satu pernikahan terpenting tahun ini.
Ardha yang merasa kakinya lemas lantas segera duduk dan mengembalikan ponsel Jason. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, tak percaya kalau hal seperti ini bisa luput dari perhatiannya.
Setelah merasa lebih stabil, Ardha mengajak Jason kembali ke dapur.
"Perhatian semuanya", ucapnya lantang di hadapan para kru dapur yang sedang menyiapkan keperluan restoran sebelum dibuka.
"Kalau ada yang masih kurang yakin, saya tegaskan itu memang berita tentang pernikahan saya", sambungnya yang ditanggapi oleh sebagian pendengarnya dengan mulut terbuka tapi ditutup telapak tangan.
"Ya..ya.. kalian mungkin bertanya-tanya mengapa aku tidak memberitahu kalian sebelumnya, atau mengundang kalian untuk menghadiri pernikahanku. Jawabannya, karena aku ingin memberi kalian kejutan dengan pesta pernikahan privat, khusus mengundang kalian dan kerabat di restoran ini minggu depan", Ardha terpaksa berimprovisasi. Sudah kepalang tanggung, yang penting mereka tidak berpikiran negatif tentang Ardha dan pernikahannya.
Mereka pun bersorak dan bertepuk tangan mendengar hal itu. Ardha melihat ke arah Jason yang hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Ardha pun balas tersenyum sambil mengangkat bahunya.
Suasana dapur pun kembali normal, tetapi pembicaraan mereka masih tentang Ardha. Alhasil Ardha harus menjawab pertanyaan mereka yang penasaran tentang pernikahannya, terutama tentang isterinya.
Isterinya...
Yang lupa dia jemput karena larut dalam kesibukan restoran dan wawancara dadakan dari rekan kerjanya.
Ardha panik karena dirinya sudah terlambat 30 menit yang berarti 1 jam karena perlu 30 menit lagi untuk menuju rumahnya. Setelah memberitahu Jason, ia bergegas keluar. Di lobi kantor, dia berpapasan dengan Nadya.
"Assalamualaikum..", hanya itu yang bisa Ardha ucapkan.
"Wa'alaikumussalam..", sahut Nadya salah tingkah karena gugup.
Ardha pun melanjutkan langkahnya menuju parkiran dan akhirnya melajukan mobilnya menuju rumah.
**********
"Assalamualaikum.. Mawar.. Mawar.. kamu dimana?", ucap Ardha sambil melihat ke sekeliling rumah.
Sepi.
Ardha mengetuk pintu kamar Mawar.
"Mawar.. kamu di dalam?", panggilnya lagi.
Ardha membuka pintu itu yang ternyata tidak terkunci.
Kosong.
Ardha kemudian mengetuk pintu kamar mandi dan memanggilnya lagi. Tapi tak ada sahutan. Bahkan ketika Ardha menempelkan telinganya ke daun pintu, tak ada suara apapun.
Ardha memberanikan diri membuka pintu itu, perlahan..
Kosong, tak ada sosok yang dicarinya.
Ardha pun mencari Mawar ke sekeliling rumah, ke lantai atas, ke halaman belakang. Tak ada.
Ponsel pun jadi langkah terakhir. Ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dari ponsel Mawar. Ardha pun langsung balik menghubunginya. Nada tunggu berbunyi beberapa kali hingga terdengar kabar kalau panggilan itu tidak dijawab. Berkali-kali dia mencobanya, namun tetap dengan hasil yang sama.
Ardha mulai panik, wajahnya terlihat tegang, peluh menetes di pelipisnya. Dia bingung harus kemana mencari Mawar.
Sedih & lucu...
Masih ada beberapa kesalahan nama...