NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

"Bang Azzam ini belum satu minggu?" Anna ingin sekali menerima tetapi tiba-tiba perasaan trauma pada laki-laki membayanginya.

"Iyah. Aku sabar menunggu kok, Anna."

"Anna mau mengucapkan terimakasih untuk es duren ini, semoga rejeki Abang makin berlimpah."

"Aamiin," timpal abi dan umi.

Azzam mengangguk dan hanya menatap kresek dalam pegangan Anna. Setelah kepergian mereka, lelaki itu duduk dengan lesu di tangga.

*

Sebuah rumah kecil dengan cat putih mengelupas. Lokasinya di belakang masjid, kini dipandangi Anna saat umi membuka kunci rumah.

"Beristirahatlah di kamar dengan umi. Abi mau ke masjid."

"Abi tidak mau lihat-lihat dulu?"

Hamdan menggelengkan kepala sambil menarik kunci dari pintu. "Abi sudah pernah kesini sewaktu benerin kran air."

"Iya, Abi." Anna merebut kumpulan kunci."Sini biar aku lepasin."

Hamdan mengambil satu kunci serep pintu depan. "Begitu Abi pergi, langsung di kunci ya. Sepertinya nanti Abi mau ambil makanan di gubuk, kamu titip apa?"

"Nggak ada, Abi." Anna tersenyum dari balik cadarnya dan mendapatkan kecupan di kening.

Semoga Allah memberi banyak kebaikan untuk Abi. Aamiin.

*

"Anna?" panggil Sarah. Dia duduk di samping putrinya yang baru selesai berdoa.

"Umi?"

"Sabar," suara Sarah begitu lembut saat anaknya melepas mukena bagian atas.

Anna mengukir senyum kecut. "Sulit ya Umi untuk melupakan seseorang yang pernah menjadi bagian terpenting dalam hidup kita."

"Umi mengerti apa yang kamu rasa," balasnya dengan nada keibuan.

"Kenapa segitu cepatnya Mas Alam menikahi orang lain setelah yang dia lalukan pada Anna?"

"Darimana kamu tahu dia sudah menikah?"

"Dari Winda, Umi." Anna mengambil napas dalam lalu menghela dengan kasar. "Mas Alam nikah di Bandung."

"Nikah?" Bibir Sarah berkedut. "Mungkin orang itu mirip."

"Pesta pernikahannya besar. Istrinya sangat cantik, aku melihat foto pernikahan mereka yang diapit orang-orang berjas putih. Istrinya itu lulusan kedokteran, pantas saja Anna ditinggal .... " Bahu Anna langsung merosot.

Sarah mengangkat wajah Ana yang baru tertunduk. Embun bening mengalir dari tatapan penuh luka. "Allah mengujimu karena cintaNya padamu begitu besar."

"Anna nggak tahu lagi!" Anna menggelengkan kepala dengan tatapan benci.

Dengan lembut Sarah menangkup pipi kemerahan yang basah. "Umi yakin kamu bisa melalui ini."

"Uh! Sakitnya ini nggak bisa hilang!"

"Tidak akan hilang sampai kamu memaafkannya? Jika kamu bisa memaafkannya maka Allah akan memaafkanmu lalu menghapus minimal sebanyak sepuluh kesalahanmu juga. Gimana?"

Anna menggelengkan kepala. Dada yang begitu pegal, diusapnya berharap bisa menyingkirkan rasa tidak nyaman. Karena masih sakit dia memukuli dadanya sendiri.

"Anna!"

Ditahan dengan kewalahan kedua tangan putrinya, sampai kepala Ana kini jatuh ke pangkuan. "Istighfar! Istighfar!"

Anna batuk-batuk diantara jeritannya. Dia berusaha melepaskan cengkeraman umi.

"Karena Rustam, kamu terkena tipu daya setan, kemana akal sehatmu, Nak? Kamu sendiri tahu dia sudah menikah, artinya tidak memikirkan perasaanmu."

Tidak memikirkan perasaanmu.

Ucapan umi menyakitkan bagi Ana. Dia benci kebenaran.

Dia sudah menikah. Kata-kata Umi terus memberondongi pikiran Anna.

"Jadi kamu masih mau meratapi penipu itu? Ingat, Azzam menunggu jawaban mu! Terimalah dan mulai isi kepalamu dengan segala hal tentang dia!" Umi dengan napas ngos-ngosan. "Umi juga sama, dulu tak mengenal abimu tapi cinta bisa datang kapan saja, seperti yang terjadi pada Umi di tahun kedua pernikahan kami!"

...----------------...

Setelah dimarahi umi semalam, Anna banyak diam. Dia mengangkat dua tas gendong berisi baju abaya miliknya. Di depan gubug dua lelaki menghadang langkahnya. Dia sama sekali tak mendongak saat melihat sarung yang dipakai Damar dan celana kain yang dipakai Azzam.

"Biar aku bawakan ya, Bidadari kamu tak boleh bawa berat-berat. Kan kamu gak memakai selendang."

"Apa itu selendang? Lalu apa hubungannya selendang dengan Anna?" Tanya Azzam heran.

"Loh, kalau Bidadarinya nggak pake selendang atau semacam kain yang buat terbang, kan jadi kagak bisa balik ke kayangan?"

"Kayangan apa itu?" tanya Azzam dengan serius.

"Langit! Ya elah kayangan itu langit! Susah ya kalau ada orang asing, dikit-dikit gangguin aja!"

"Mana bisa terbang pakai kain? Yang ada terbang menggunakan mesin jet," tegas Azzam.

"Grrrrrr, itu dongeng! Dongeng!"

Ana berkedip malas dengan masih tertunduk. Dia bergeser ke kanan tanpa ekspresi di matanya, melewati mereka begitu saja.

"Loh, dia marah kan? Kamu sih!" Azzam menimpuk punggung Damar dan lekas menyusul Ana.

"Lho! Aku kan cuma mau menghibur!" Damar mengelus dagu, lalu muncul Pak Hamdan dari balik tenda.

"Bisa tolong bawakan tikar ini? Juga, kardus-kardus?"

"Siap Abi!"

Alis Pak Hamdan terangkat, sedikit tak nyaman dengan panggilan yang dilakukan Damar. "Panggil biasa saja, nggak enak jadinya saya sama Ustadz Malik."

"Pak Hamdan ya? Masa Azzam saja boleh, saya tidak?"

"Karena dia calon menantu Bapak."

Mata Damar perlahan membesar. Dua sudut bibirnya merosot. Ya Allah, kecewanya.

"Jangan sedih, Damar. Sebenarnya Bapak ingin kamu jadi menantu Bapak. Tetapi semua itu kini kembali ke Anna."

Mata Damar berubah antusias. Sebenarnya orang tua ini mendukung siapa si ?

Barang-barang keluarga Pak Hamdan sudah berpindah ke rumah kontrakan dengan bantuan mobil box yang didatangkan Damar.

"Tunggu kalian mau ke mana, makan dulu, tetapi seadanya ya?" Pak Hamdan yang masih memakai masker mulut tersenyum saat dua orang itu lesehan di atas tikar ruang tamu yang berukuran 3 meter kali 3 meter.

"Ngerepotin, Pak!" Damar dengan mata berbinar saat melihat Anna membawa nampan lalu memindahkan bakul nasi dan semangkuk mie kuah, ke depannya.

"Kalian makan dulu lah." Abi berkata cepat saat dua pemuda itu justru terus memandangi putrinya. "Anna, belikan kerupuk!"

"Tidak usah Abi, ini sudah cukup," kata Azzam tak tega karena Pak Hamdan jadi mengeluarkan uang, tetapi pria itu masih mengeluarkan uang lima ribu dan memberikannya ke Anna.

"Jangan malu-malu," ucap Hamdan sambil berdiri setelah kepergian Ana. "Bapak masuk ke kamar ya."

"Abi nggak ikut makan?" Tanya Azzam.

"Sudah-sudah tadi-" Hamdan berbalik dan menekan maskernya saat batuk-batuk.

Azzam dan Damar saling berpandangan saat melihat batuk Pak Hamdan sampai mengejan-ngejan bahkan saat pria itu di dalam kamar semakin keras terdengar.

Di kamar Hamdan merasakan ada gumpalan di tenggorokannya. Dia mengambil tisu. Apa dahaknya seperti tadi pagi hijau kekuningan keruh?

Hamdan membuka masker dan meludahkan dahak. Matanya mendelik melihat warna kontras pada tisu. Dia menutup mulutnya yang keluar cairan dan jantungnya mendadak berdebar kencang. " .... "

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Halo kak mohon maaf updated hari ini satu bab. Mohon tunggu untuk yang lainnya besok, terimakasih 🙏

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!