Dia Yang Ternoda

10 tahun kemudian.

" aku sangat membencimu, sangat membencimu...kau laki laki brengsek, laki laki bajingan.

Seumur hidupku aku tidak akan pernah memaafkanmu.

Kau tidak akan pernah bisa tenang menjalani hidupmu. Kau tak akan pernah bahagia !! " seorang gadis dengan raut wajah penuh kebencian dan awut awutan menghujat dirinya dengan kata kata kasar.

Derai derai anak rambut memenuhi wajahnya.

Keringat pun turut membasahi wajah cantik gadis itu.

Tatapan gadis itu terasa begitu tajam dan seolah mampu menghujam hingga ke ulu hatinya.

Dia menggeleng,

" tidak...tidak...!!! "

" mas, mas Rexy...bangun mas " seorang wanita cantik dengan pakaian tipis menerawang hingga mampu menampilkan lekuk tubuhnya yang terlihat sedang tak memakai apa apa itu nampak mengusap lembut kening yang penuh keringat seorang pria yang tengah tertidur dengan berteriak teriak itu.

" bangun mas..." wanita itu akhirnya mengguncang lengan pria itu agar terbangun dari tidurnya ketika usapan jemarinya tak lagi mampu membuat pria itu terbangun dari tidurnya.

" akh...!!! " pria itu pun terbangun dengan posisi terduduk dan bola mata yang nampak berputar seolah memindai seluruh isi ruangan itu.

Kedua tangannya menumpu pada tempat tidur di kanan dan kiri tubuhnya.

Nafas pria itu memburu.

" minum dulu mas..." wanita itu menyerahkan segelas air putih.

Rexy pun menerimanya dan kemudian menenggaknya hingga tandas.

Setelahnya ia menyeka sendiri keringat dingin yang membasahi wajahnya.

" mimpi buruk lagi mas ?! " tanya wanita itu yang bernama Esther dan yang merupakan istri dari pria itu yang tak lain adalah Rexy Mahardika Setiawan.

Pria itu mengangguk lemas.

Mimpi buruk yang setiap malam selalu menghantui tidur malamnya.

Mimpi buruk tentang sumpah serapah seorang gadis itu selalu menghantui tidurnya sejak ia tak bisa menemukan kembali gadis itu sepuluh tahun yang lalu.

Tepatnya, ketika ia mulai kembali tersadar dari tidur panjangnya paskah kecelakaan tunggal yang menimpanya.

Ia memang tak menderita gegar otak karena peristiwa itu,

namun otaknya seolah telah koslet karena ia yang tak pernah lagi bisa tidur dengan tenang sejak peristiwa itu.

Bayang bayang wajah tak perdaya juga pias yang penuh dengan kemarahan dan kebencian dari Rhain terus menghantui hidupnya bahkan tidurnya.

Sepertinya...Tuhan benar benar mewujudkan sumpah serapah gadis itu terhadap dirinya.

Rexy bangkit dari duduknya kemudian turun dari tempat tidurnya, pria itu mengikatkan tali kimononya dan kemudian melangkah ke arah balkon kamarnya.

Sampai di sana, Rexy menarik nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya begitu saja.

Kini ia berdiri di sisi pagar balkon kamarnya itu.

Kedua tangannya mencengkeram erat realling pagar balkon itu.

" apa kabar denganmu sejarang ?!, apa kau masih membawa anak kita bersamamu ?! " bisiknya pelan sembari menatap bintang nun jauh di atas sana.

Ingatan Rexy melayang pada kejadian sepuluh yang tahun lalu.

Ya...sepuluh tahun sudah semua telah berlalu, namun jejak jejak bahkan sumpah serapah gadis itu seolah masih terekam jelas di otaknya.

Lembut bibir Rhain dan harum tubuh gadis itu masih bisa dengan jelas ia rasakan dan ia cium aromanya.

Bahkan ia pun masih menyimpan kerudung Rhain yang tertinggal di tempat paskah ia memperkosa gadis itu sepuluh tahun silam.

Rexy menyimpan dengan baik dan sangat hati hati kerudung segi empat berwarna coklat susu itu.

Walau tak dapat ia pungkiri selain mengingat tentang tubuh Rhain ,

kerudung itu juga mengingatkannya aka penolakan Rhain terhadap dirinya juga kebersamaan Rhain dengan laki laki lain selain dirinya.

Meski ia tahu, ia telah terhasut oleh Marissa sahabat gadis itu, tapi tak dapat ia pungkiri.

Rhain memang tak memiliki perasaan apapun kepadanya.

Itu terbukti, dari gadis itu yang tak kunjung mencarinya untuk meminta pertanggubg jawabannya.

Padahal sejujurnya, ia sedang menunggu itu.

Tapi asanya menanti Rhain meminta tanggung jawabnya segera pupus manakala ia melihat gadis itu justru seolah melupakan begitu saja dirinya dan lebih memilih bersama orang lain ketimbang meminta pertangung jawaban darinya.

" mas sedang apa ?! Ini sudah sangat malam.... di luar dingin. Ayo masuk " tiba tiba sepasang lengan melingkar pada pinggangnya.

Itu adalah pelukan Esther.

Wanita yang ia nikahi sejak dua tahun lalu.

Pernikahan keduanya adalah karena perjodohan.

Esther Laura Handoyo adalah putri rekan bisnis sang papi yang memiliki darah campuran jawa dan China.

Orang tua gadis itu menggelontorkan dana tak sedikit demi pencalonan kembali sang papi sebagai anggota dewan yang terhormat peridode lima tahun mendatang.

Dan hasilnya pun sesuai harapan, kini papi Rexy, tuan Hengky Mahardika Setiawan kembali terpilih sebagai anggota dewan.

Selain itu juga, tuan Hermawan Handoyo yang merupakan ayah dari Ester adalah rekan bisnis sejak lama pak Hengky, papi Rexy

Dan tanpa Rexy tahu, wanita itu pun sebenarnya juga telah lama menaruh hati kepadanya.

Dengan lembut, Esther kembali membawa sang suami masuk ke dalam kamar.

Ini bukan hal yang baru bagi Esther.

Sejak pernikahannya dua tahun lalu dengan laki laki itu.

Ia mulai tahu jika sang suami Rexy memiliki gangguan saat tidur ,

Dan memang hampir di setiap malam laki laki itu berteriak teriak dalam tidurnya kemudian terbangun di tengah malam buta begini.

Dan jika sudah begitu, maka dapat di pastikan...pria itu tak akan bisa lagi tidur.

Sudah beberapa kali Estherr membawa sang suami mendatangi dokter untuk memeriksakan kondisi pria itu.

Namun hasil diagnosis dan jawaban sang dokter selalu sama.

" lepaskan, jangan terlalu memikirkan dan dibuat beban kehidupan yang harus kita jalani "

Kata dokter.

Intinya, Rexy sang suami mengalami stres berat karena suatu hal.

Dan Esther tak pernah tahu apa itu,

karena Rexy sendiri yang memang tak pernah bercerita apapun kepadanya tentang apapun.

Rexy duduk bersandar pada dashboard tempat tidur, sudah dua jam sejak ia terbangun tadi. Seperti biasa ia tak bisa lagi memejamkan matanya.

Sementara Esther sang istri telah nampak tertidur pulas di sisinya sejak satu jam yang lalu.

Dengkuran halus wanita itu jelas terdengar dan menandakan jika Esther benar benar telah tertidur pulas.

Rexy menatap langit langit kamarnya itu.

Ia telah melewati sepuluh tahun kehidupannya sejak ia menghancurkan hidup seorang gadis dengan paksa.

Dan selama itu pula,

Sumpah serapah yang gadis itu ucapkan untuknya benar benar ia jalani kini.

Hidupnya tak pernah lagi terasa tenang, tidur malamnya selalu terganggu begini.

Di manapun ia bertemu dengan seorang anak yang entah itu laki laki atau perempuan dan mungkin seumuran anaknya yang di kandung Rhain menurut perkiraannya.

Hati Rexy selalu merasa trenyuh,

Jantungnya berdebar kencang dan darahnya seolah mengalir lebih cepat.

" mungkin kau sudah sebesar dia sekarang nak...." bisiknya selalu pada dirinya sendiri setiap kali bertemu dengan mereka.

Adzan subuh terdengar berkumandang,

Rexy nampak telah bersiap dengan sarung dan baju kokonya untuk shalat subuh berjamaah di masjid.

" sudah mau ke masjid mas ? " tanya Ester ketika ia terbangun.

" hemmm....." jawab Rexy,

Pria itu memang telah berubah begitu drastis.

Entahlah karena apa.

Namun yang jelas....

Tanpa ada satu orang pun yang tahu, Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia ingin Rhain melihatnya dengan bangga kepadanya jika ada kesempatan bagi mereka untuk bertemu suatu hari nanti.

Rexy menghela nafas,

Di tatapnya sejenak wajah cantik yang kini menatapnya lembut dari arah tempat tidur.

Terkadang sungguh ia merasa bersalah pada sosok wanita yang telah ia nikahi sejak dua tahun lalu itu.

Tak jarang ia pun merasa curang pada wanita itu, karena ia yang tak akan pernah bida menyentuh sang istri tanpa membayangkan wajah Rhaina.

Berdosa....

Ya ia tahu itu,

Tapi...

Apa yang bisa ia perbuat.

Ia sudah mati matian berusaha mencintai Esther, namun tetap ia gagal melakukannya.

Dan lagi lagi, dengan hanya membayangkan wajah Rhaina, ia baru bisa melakukan tugasnya sebagai seorang laki laki yang telah menyandang gelar sebagai seorang

suami...