NovelToon NovelToon
Misteri Kampung Ibu

Misteri Kampung Ibu

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / Iblis / Kumpulan Cerita Horror / Roh Supernatural / Tumbal
Popularitas:74.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Byiaaps

Peraturan aneh yang ada di kampung halaman mendiang ibunya, membuat Maya dan Dika harus mengungkapnya.

Mereka seakan diminta oleh para tak kasat mata itu untuk membuka tabir kebenaran, akan adanya peraturan tak boleh keluar masuk desa saat hari mulai gelap.

Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kisah pasutri ini saat mendapat gangguan para tak kasat mata?

Baca secara runtun tanpa lompat bab agar dapat memahami dengan baik ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

“Ambil saja, Mas. Aku lebih suka tinggal di Jakarta dari pada di sini. Lagi pula, kampung ini menyimpan banyak kejadian janggal yang bertentangan dengan syariat. Aku rasa, tempat ini tak ramah untuk Kama yang masih bayi,” ucap Maya mengutarakan pendapatnya.

Merasa pendapat sang istri ada benarnya, Dika setuju. “Tapi, kata orang kamu baru boleh keluar setelah 40 hari. Kita tidak mungkin langsung pindah ke Jakarta, usia Kama baru 2 hari, tak mungkin dibawa bepergian jauh.”

“Ya sudah tak apa, kita bisa kembali ke Jakarta setelah usianya 40 hari, setidaknya setelah masa nifasku selesai. Katakan pada kantormu, apa mereka mau menunggu atau tidak,” saran Maya yang masih menyusui bayinya.

Hingga keesokan harinya, setiap malam saat menyusui, Maya mencium bau busuk di sebelah kanannya, dan bau wangi bunga kenanga bercampur mawar dan melati juga pandan di sebelah kirinya. Wanginya seperti bunga untuk ziarah makam. Seketika ia merinding dan hanya mampu berkomat-kamit.

Setiap jam 12 malam, Kama juga selalu menangis. Diberi ASI tak mau, digendong pun tetap menangis. Kondisi ini membuat mental Maya terguncang karena tak tahu harus bagaimana, jam tidurnya pun hanya beberapa jam saja, begitu juga dengan Dika. Hingga Dika kembali menghubungi sang ibu untuk bertanya apa yang harus mereka lakukan.

“Le, suruh Maya memasang peniti di bajunya. Letakkan gunting dan kaca di bawah bantal bayimu, dan jangan tidur di kamar. Ibu yang baru melahirkan harus dilenggar tidurnya di ruang tamu atau di ruang tengah,” perintah sang ibu.

Dika pun menyetujui untuk menemani Maya tidur di ruang tengah, agar jika seperti tadi dan besok-besok masih ada tetangga yang menengoknya, tak perlu membuat Maya harus bolak balik dari kamar untuk menemui mereka.

“Tapi, Mas, apa iya masih ada mitos gunting dan kaca itu, juga peniti, apa bukan musyrik namanya?” tanya Maya tak percaya.

“Aku tidak tahu, tapi lakukan saja, May,” ujar Dika lalu menyiapkan tempat tidur untuk mereka nanti.

Sayangnya, Maya enggan melakukan apa yang mertuanya itu katakan.

Saat malam hari, Maya yang belum bisa memejamkan matanya, tak sengaja melihat sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri seketika. Ia dengan jelas melihat seseorang perempuan mengintipnya dari tirai dapur. Terlihat jelas mata dan rambutnya yang terurai.

Ia berusaha memejamkan matanya karena ketakutan.

Lalu tiba-tiba, terdengar suara berbisik di telinganya.

Aku melu kowe 3 dina ae.

(Aku ikut kamu 3 hari saja).

Sontak Maya berteriak. “Wegah!” (Tidak mau).

Maya lalu terbangun dari posisi berbaringnya, karena sesuatu seperti menusuk tulang belakangnya, disusul dengan tangisan Kama.

Keesokan paginya saat bangun tidur, Maya merasa pegal-pegal dan lemas, badannya demam selama 3 hari.

“Mas, sepertinya kita harus pergi sekarang juga,” rengek Maya, yang sudah tak kuat dengan suasana mistis di kampung ibunya.

Karena kantor Dika juga membutuhkannya segera, terpaksa ia mengajukan pengunduran diri di hotel tempat ia bekerja sebelumnya dan memboyong Maya juga anaknya ke Jakarta, setelah berpamitan pada tetangga sekitar.

Sementara itu di kampung, setelah Dika dan Maya meninggalkannya, warga yang tengah berkumpul, membicarakan mereka.

“Padahal si Maya dan bayinya belum ada 40 hari paska melahirkan, apa sudah boleh keluar rumah begitu?” tanya seorang warga.

“Kalau menurut kepercayaan orang Jawa ya tidak boleh, pamali! Tapi katanya si Dika sudah harus kembali kerja di Jakarta, jadi mau tak mau memboyong anak istrinya,” jawab warga yang lain.

“Eh, ngomong-ngomong, semalam si Sapto ‘kan baru pulang dari kota, katanya pas lewat bekas rumah Pak Kades, sekilas dia melihat Pak Kades berdiri di sana, sama istrinya juga anak-anak buahnya itu. Dia langsung lari,” tutur warga lainnya.

Seketika mereka pun heboh membicarakan pengalaman beberapa warga lain yang ditampakkan penampakan tetangga-tetangga mereka yang sudah meninggal. Mereka yang beberapa hari ini mulai membiasakan diri untuk beraktivitas saat malam hari, kini kembali tak ada yang berani keluar masuk kampung saat hari sudah gelap. Hingga kini, kampung itu tetap sama suasananya saat malam hari, mencekam dan sepi.

***

15 tahun kemudian, Tahun 2017, Kota Jakarta.

Kantor tempat Dika bekerja, sedang mendapat proyek pembangunan perumahan di desa. Salah seorang atasannya, memanggil Dika yang memiliki wewenang dalam hal ini, untuk mendiskusikannya. Tak disangka, lokasi yang ditunjuk oleh atasannya adalah di kampung ibu mertuanya.

“Setelah mendapat informasi dari petugas yang mengecek lokasi, di sana banyak lahan dan rumah kosong. Banyak warganya yang sudah meninggal, dan anaknya merantau tak mau tinggal di sana, belum lagi ada juga warga yang meninggal, tak punya anak atau keluarga maupun saudara yang mewarisi rumahnya. Hingga akhirnya, banyak rumah kosong terbengkalai. Selain itu, masih ada persawahan dan perkebunan, meski hanya tersisa sedikit, selebihnya sudah menjadi lahan yang tak terawat. Apalagi, di sana banyak tempat wisata. Menurut informasi juga, tempatnya sangat sesuai dengan konsep perumahan pedesaan yang akan kita bangun. Pembangunannya akan diperkirakan selesai 5 tahun mendatang. Nanti untuk warga yang masih tinggal di sana, kita berikan penggantian rumah yang baru di luar area perumahan, tak jauh dari sana,” jelas atasan Dika.

Seketika Dika hanya terdiam, belum mau memberikan tanggapan maupun opininya. Meski sudah 15 tahun berlalu, tak dipungkiri kenangan buruk itu masih tersimpan jelas di memorinya. Trauma itu seakan kembali dibuka. Jujur, ia sudah tak ingin lagi menginjakkan kakinya di sana, setelah kelahiran Kama 15 tahun yang lalu.

...****************...

1
Eva Nietha✌🏻
🌹
Eva Nietha✌🏻
Kadesnya jahat ini
Nur Bahagia
🤣
Nur Bahagia
walahh kok mati nya gampang banget si roni.. aturan di teror dulu sampe kejang2 😅
Nur Bahagia
Alhamdulillah dibantuin pak kyai 🤩
Nur Bahagia
jangan2 arwah nya keluarga pak slamet yg bantuin Dika untuk neror dio
Nur Bahagia
jangan2 mereka yg meninggal kaku di jadiin tumbal sama pak kades 😱
Nur Bahagia
😱😭
Nur Bahagia
kasian banget.. sendirian, bu siti juga udah ga ada 🥺
LILIANI LATIF
Luar biasa
LILIANI LATIF
Biasa
Nur Bahagia
tuh kan jahat
Nur Bahagia
sadis banget 😱
Nur Bahagia
Dika apes bener.. diliatin penampakan 2 langsung 😅
Nur Bahagia
jiaakhh pak spv ganggu orang lagi ngegosip aja 😁
Nur Bahagia
jangan2 pak kades nya jahat ini
Nur Bahagia
bagus nih cara berfikir nya Dika.. 👍
Nur Bahagia
wuahh ngagetin 😱
Cahaya
Luar biasa
Lina Suwanti
kasihan Agung.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!