NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesempatan yang Gagal

“Kena kau, Bian?” Ian mengulang kata-kata Leo dengan tanda tanya. “Apa yang kau bicarakan?” Dia menoleh ke arah Gavin yang duduk jauh di meja bartender sebelum kembali berfokus pada panggilan. “Mengapa tiba-tiba bertanya soal Gavin?” tanyanya basa-basi.

“Aku hanya penasaran apa Gavin pergi ke sana setiap malam?” Leo berdalih.

“Dia kemari hampir setiap hari,” jawab Ian sesuai apa yang diketahui. “Gavin tidak minum. Dia hanya duduk dan terbengong tanpa melakukan apa pun.”

“Baik kalau begitu … oh, bisa bantu aku?” Ian bergumam kecil sebagai respon dan Leo berbicara setelah menatap jam di layar hp, “tahan Gavin di sana sampai pukul dua belas malam.”

“Aku tidak mau tahu apa yang terjadi tapi iya, baiklah.”

Itu adalah sikap yang paling Leo sukai dari Ian. Pemuda itu tidak banyak bertanya dan mudah menurut. “Terima kasih,” ucap Leo dan panggilan pun dimatikan secara sepihak.

Leo terlampau bersemangat. Dia tersenyum lebar dikala bergumam, “waktunya menangkap Bian-ku\~ xixi.”

Leo keluar dari rumah dengan lompatan-lompatan kecil, berbeda dengan Bianca yang selayaknya cacing kepanasan di dalam taxi,

Butuh lima belas menit untuk tiba. Bianca buru-buru keluar dari dalam mobil dan memasuki perkarangan rumah. “Gavin!” pekiknya tak sabaran. Bianca mencari ke kamar, dapur hingga bagian belakang rumah. Kemudian, dia terdiam mengingat bahwa sebelumnya tidak ada mobil Gavin di depan rumah. “Oh, sial.” Bisa-bisanya Bianca begitu ceroboh. Sekarang dia berkeringat dingin membayangkan Leo yang mungkin sudah menyusul.

“Aku harus kabur!” Bianca buru-buru ke depan rumah. Sekali lagi sial, sangat-sangat sial dia melihat sebuah mobil berhenti di depan pagar. Tidak diragukan lagi mobil itu milik Leo.

Ekpresi wajah Bianca seketika berubah pucat. Dia buru-buru mengunci pintu depan dan celingak-celinguk mencoba menemukan jalan keluar yang lain.

Di luar, Leo bersiul-siul sembari berjalan memasuki perkarangan rumah. Dia memutar knob pintu tapi tidak bisa membukanya, Leo anggap itu sebagai tanda bahwa Bianca ada di dalam sana. Leo mulai mengetuk pintu, memanggil, “Bianca\~”

Suara horor Leo membuat Bianca ketakutan. “Dia benar-benar gila!” Bianca berlari ke dalam kamar dan mulai mencari tempat persembunyian. “Selama dia tidak menemukan aku, aku akan baik-baik saja.”

Tidak ada tempat bersembunyi kecuali lemari, buru-buru Bianca masuk ke sana. Bianca membekap mulut dan menahan nafas ketika mendengar suara pintu terbuka.

Padahal Leo adalah manusia tapi entah mengapa rasanya sangat horor seolah-olah dia adalah hantu. “Bianca?” Leo memanggil sembari menatap sekitar.

Bianca tidak bisa melihat apa pun karena lemari yang tertutup sempurna membuat cahaya tidak bisa masuk. Dia memejamkan mata erat-erat dan memohon agar pria itu segera pergi.

“Jangan-jangan dia kabur lewat pintu belakang?” Leo keluar untuk mengecek bagian belakang rumah dan yang benar saja, pintu besi bewarna merah itu terbuka.

Sementara itu di club. Gavin masih terbengong ditemani oleh Ian. “Aku harus pulang,” guman Gavin, kemudian dia mempertanyakan mengapa dia harus pulang ke rumah yang tidak ada siapa pun? Tidak ada yang menunggunya, jadi, mengapa dia harus peduli pada jam berapa dirinya pulang?

“Sebaiknya begitu, sekarang sudah jam sebelas,” jawab Ian seadanya.

Namun, Gavin malah berubah pikiran. Dia menjatuhkan wajah ke atas lipatan tangan di atas meja dan bergumam, “sebaiknya tidak usah pulang saja. Tidak ada yang akan memerahiku lagi bila aku pulang terlambat”

“Apa yang harus aku lakukan?” Gavin bertanya entah pada siapa. “Jujur, aku masih tidak menyangka Leo akan melakukan hal seperti ini padaku.”

“Alih-alih memikirkan istrimu, kau memikirkan teman baikmu?” Ian mengasihi Gavin tapi sepertinya Bianca lebih harus dikasihani.

“Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.” Gavin mengabaikan kata-kata Ian dan berfokus pada apa yang memenuhi kepalanya. “Bianca ingin menceraikan aku tapi aku tidak sanggup melepaskannya.”

Ian menimpali, “kau juga tidak sanggup memaafkannya.”

Gavin meringis. Dia kalut dan benar-benar tidak tahu apa yang dia inginkan atau apa yang harus dia lakukan. “Aku tidak mau mereka bahagia.”

Sementara itu, kembali pada Bianca yang akhirnya mau mengambil pasokan oksigen setelah beberapa saat menahan nafas. Setelah pintu kamar ditutup, tidak ada lagi suara membuatnya yakin bahwa Leo telah pergi.

Bianca bernafas lega. Dia mendorong pintu lemari hingga terbuka, matanya terpejam merasakan dingin udara menerpa kulit. “Aku pikir aku akan mati.”

Bianca menepuk-nepuk dada guna menenangkan diri. Kemudian, matanya terbuka dan tubuhnya menegang seketika. Pupil mata Bianca membulat mendapati Leo terduduk manis di pinggir ranjang sembari melipat kedua tangan di depan dada.

Leo tahu dari awal Bianca ada di dalam lemari disebabkan oleh sehelai pakaian yang terjepit pintu. Karena itu dia berpura-pura pergi padahal apa yang dia lakukan adalah menutup pintu kamar dan duduk sembari menunggu. “Aku menangkapmu, Bian\~” Leo berdiri dan buru-buru menghampiri, membuat Bianca membuka lebar mulutnya untuk menjerit.

Sebelum suara sempat keluar, Leo terlebih dulu menangkap kedua pipinya. Bianca kehilangan keseimbangan dan tersungkur ke belakang, tapi Leo dengan siggap melingkarkan tangannya pada pinggang Bianca dan menangkapnya sebelum terjatuh.

Kontak mereka terkunci dalam jarak sejengkal. Leo tersenyum lima jari sementara sorot mata Bianca ketakutan. Dia berniat menjerit tapi Leo malah membungkamnya menggunakan bibirnya.

Mata Bianca membulat sempurna. Dia merontak tapi Leo enggan melepaskan. Pemuda itu menggigit pelan dan terus mengecup bibirnya. Sampai kemudian Leo merasa tenaganya telah terisi penuh selayaknya baterai. Dia melepaskan Bianca dan bernafas lega.

“Fuh\~ rasanya sudah lama sekali aku tidak menciummu.” Tiba-tiba saja Leo merasa kenyang, dia terkekeh melihat ekpresi syok di wajah Bianca. Perempuan itu membeku cukup lama.

“Karena aku menang, kau akan kencan denganku besok malam.”

“Kencan?!” Akhirnya Bianca tersadar dari acara membeku. “Tapi tadi kau baru saja—“ dia terdiam, tidak tahu bagaimana cara mengatakan kejadian memalukan dan tidak pantas itu.

“Permintaanku adalah kau menciumku di akhir kencan kita besok malam, tapi karena aku sudah mendapatkan ciumanku, yang tersisa hanyalah kencan.” Leo mengakhiri kata-katanya dengan senyuman manis hingga matanya melengkung. Hatinya berbunga-bunga dan perutnya seolah dipenuhi oleh kupu-kupu.

“Aku tidak mau!” Bianca mencoba kabur tapi Leo menangkapnya terlebih dahulu. Leo mengangkat Bianca di pundak bak karung beras dan membawanya keluar dari rumah.

“Ayo pulang, Bian sayang\~”

“Lepaskan aku! Aku bilang lepaskan aku!” Bianca merontak dan memukul punggung Leo tapi pria itu bersikeras tidak mau melepaskannya. “Aku tidak mau kencan denganmu! Aku tidak mau! Lepaskan aku!” Bianca menyesal. Benar-benar menyesal telah membuat kesepakatan. Padahal sebelumnya dia sangat percaya diri dan sekarang Bianca mengutuk diri sendiri.

Lagipula ke mana Gavin pergi malam-malam? Bianca bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu.

“Janji adalah janji, Bian sayang.” Akhir-akhir ini Leo tidak begitu bersemangat tapi kemenangan malam ini berhasil memperbaiki suasana hatinya yang kacau. “Fu\~ fu\~ mood aku sangat baik malam ini.”

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!