Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S2 ( Bab 24 )
Teriknya matahari siang ini, sepertinya tak membuat panas ataupun gerah dua orang yang sedang duduk di depan minimarket. Keduanya tampak asyik menikmati donat sambil senyum-senyum sendiri. Terlihat dari sorot matanya, keduanya sama-sama bahagia. Beberapa kali, si cowok menatap si cewek, dan langsung pura-pura tak melihat saat hampir ketahuan, pun sebaliknya. Sampai akhirnya dua orang yang sibuk curi-curi pandang itu sama-sama ke gap, dan langsung kompak tertawa.
"Itu," Kimmy menunjuk sudut bibir Alfath yang terkena toping donat.
"Apa?"
"Itu, sudut bibir kamu kena glaze."
"Glaze?" Alfath malah tak faham apa itu glaze.
Kimmy terkekeh pelan, mengambil tisu dari dalam tas lalu memberikannya pada Alfath.
"Sudut bibir sebelah kanan," ujarnya sambil
menyentuh sudut bibirnya sendiri agar Alfath lebih mudah faham.
"Di sini?" Alfath mengusap sudut bibirnya sebelah kiri.
"Yang kanan."
"Sini?" Alfath mengusap pipi kanannya menggunakan tisu.
"Sudut bibir," Kimmy mendelik kesal, sementara Alfath tergelak karena berhasil mengerjai gadis itu. "Sengajakan!"
"Siapa tahu, ada yang mau bantu bersihin," Alfath terkekeh pelan.
"Bukan mahram."
Alfath melongo mendengar Kimmy berkata seperti itu. Apa dia tak salah dengar? Gadis yang dulu kalau nangis main peluk aja, bahkan dia lihat dengan mata kepala sendiri berciuman dengan kekasihnya, hari ini bisa berkata demikian. Sepertinya gak sia-sia orang tuanya masukin dia ke pondok.
"Kim."
"Al."
Keduanya langsung tergelak saat memanggil disaat bersamaan.
"Kamu dulu."
"Kamu dulu."
Lagi-lagi, mereka tergelak karena mengucapkan kata yang sama.
"Kamu dulu," ujar Alfath.
"Kamu aja."
"Kenapa gak mau duluan?"
"Pengen denger kamu ngomong."
Alfath menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tawanya tak meledak. "Ah... jadi gak PD mau ngomong, suaraku jelek."
"Makanya aku pengen denger kamu ngomong, bukan nyanyi."
Lagi-lagi, Alfath tergelak, sampai beberapa orang yang keluar masuk minimarket, memperhatikannya. "Di pondok diajari ngelawak ya?"
Kimmy tak menjawab, hanya terkekeh pelan. Pernyataan macam apa itu.
"Ngobrol di mobil aku aja yuk, gak enak di sini, banyak yang ngeliatin." Terlihat keraguan di wajah Kimmy. "Gak aku kunci pintunya, kaca jendela juga dibuka, takut banget kayaknya mau aku culik."
Kimmy terkekeh pelan, "Emangnya mau, nyulik aku?"
"Ogah," Alfath menggeleng cepat. "Udah bandel, nangisan, malas belajar, suka ngutang, makannya banyak lagi."
"Masih kurang satu."
"Apa?"
"Ngangenin."
Alfath membuang nafas berat sambil garuk-garuk tengkuk. "Seratus persen benar," gumamnya pelan. Pelan sekali sampai Kimmy tak bisa mendengar.
Keduanya lalu pindah ke mobil Alfath yang terparkir di depan minimarket. Di sebelah mobil pria itu, terparkir mobil Kimmy karena hari ini, mereka sama-sama bawa mobil.
Sesaat, hening tercipta ketika keduanya sama-sama bingung harus mulai pembicaraan dari mana. Sampai akhirnya, Alfath yang bicara terlebih dulu.
"Em.. kamu kangen gak sama aku?" tanyanya.
Kimmy tertunduk sambil tersenyum dengan jemari saling meremat. Bagaimana mungkin dia tak rindu, yang ada, rindu berat.
"Sejak dua tahun yang lalu, aku rutin kirim DM ke akun media sosial kamu. Tapi tak satupun dari DM tersebut yang kamu baca," Alfath tersenyum getir.
Kimmy menoleh ke arah Alfath. Dia sama sekali tak menyangka jika Alfath ingin tahu kabarnya selama 2 tahun ini.
"Nomor telepon kamu dan kedua orang tua kamu udah gak aktif. Satu-satunya cara yang aku bisa, hanya menghubungi lewat sosial media, tapi sayang, sosial media kamu gak pernah aktif. Aku selalu ngecek DM, berharap bakal ada balasan pesan dari kamu. Atau kalau enggak, kamu nge DM aku dari akun sosial media baru, tapi.. " Alfath tertunduk dalam, menyembunyikan kesedihannya yang selama dua tahun ini, selalu menunggu DM dari Kimmy.
"Aku lupa cara masuk ke akun sosial media ku sendiri." Memang itu kenyataan yang sebenarnya.
"Apa kamu gak buat baru?" Rasanya aneh orang zaman sekarang tak punya sosial media. Bahkan Hana saja, langsung punya setelah keluar dari pondok. Selain itu, Kimmy punya usaha di bidang fashion, rasanya mustahil tak punya sosial media. Melihat Kimmy hanya diam, Alfath lagi-lagi hanya bisa tersenyum getir. "Sepertinya aku saja yang terlalu berharap."
"Bukan seperti itu, Al," sangkal Kimmy.
"Kamu gak pernah rindu aku, kan?" terlihat kekecewaan di raut wajah Alfath.
"Andai saja kamu tahu, Al." Kimmy tak bisa melanjutkan kalimatnya, matanya terasa panas dan dadanya sejak. Andai saja Alfath tahu, jika setiap malam, untuk membunuh kerinduan, dia hanya bisa melangitkan doa, semua dia dan Alfath berjodoh.
Merasa tak kuasa menahan air mata, Kimmy melemparkan pandangan ke luar jendela, mengambil tisu dari dalam tas lalu menyeka air mata.
"Aku kangen sama kamu, Kim. Kangen banget. Tapi sepertinya.. "
"Aku juga kangen sama kamu," Kimmy menoleh ke arah Alfath. Matanya terlihat merah dan masih jelas jejak air mata di pipinya.
"Tapi kenapa kamu gak pernah berusaha menghubungi aku? Kamu tahu akun sosial mediaku, tapi kamu... " Hal itulah yang membuat Alfath akhirnya menerima perjodohan dengan Hana. Kimmy tidak pernah berusaha untuk menghubunginya meski tahu sosial medianya. Sampai akhirnya, dia menarik kesimpulan, jika Kimmy sudah punya masa depan yang indah dan sudah bahagia bersama seseorang. Tidak ada hubungan apapun saat mereka berpisah dulu, jadi sah-sah saja jika Kimmy bersama orang lain.
"Aku juga pengen, Al, pengen banget. Tapi aku takut." Kimmy menunduk dalam sambil menahan air mata.
"Takut?"
"5 tahun bukan waktu yang sebentar. Dan selama 5 tahun aku di pondok, mungkin saja kamu sudah punya tambatan hati, atau bahkan, kamu sudah menikah." Kimmy hanya terlalu takut menerima kenyataan jika Alfath sudah menjadi milik wanita lain. Sepanjang harinya, hanya dia habiskan dengan merindukan Alfath dan berdoa agar mereka berjodoh. Dia yakin, jodoh ada ditangan Tuhan, jika memang berjodoh, sejauh apapun dan selama apapun mereka terpisah, mereka akan tetap bersatu.
"Aku masih belum menikah."
Kalimat Alfath tersebut langsung membuat Kimmy mengangkat wajah dan menatap kearahnya.
"Aku masih belum menikah karena nungguin kamu." Alfath tak mau lagi berbasa-basi, sudah cukup dia menyesal karena dulu tak menyatakan perasaan saat mengantarkan Kimmy ke bandara.