Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Langit mulai menggelap. Malam dengan langit yang dihiasi bintang-bintang mulai terlihat. Azzalea kini duduk bersama Pak Dimas dengan para rekan gurunya di dekat api unggun yang menyala. Mereka melakukan acara BBQ yang begitu meriah di dekat vila, malam itu ialah malam terakhir mereka di tempat tersebut.
Banyak acara yang menarik yang dilakukan. Semua orang duduk bersama menikmati jagung bakar selagi menunggu daging selesai di bakar. Seorang pria yang tampak lebih tua mengambil alih acara. Beberapa kalimat dan ucapan terimakasih beliau sampaikan.
Pak Dimas termasuk senior dari orang-orang yang hadir, sang pembawa acara juga memujinya beberapa kali. Memainkan lagu dengan iringan gitar tentu tidak pernah ketinggalan jika acara api unggun seperti ini.
Azzalea dibuat kagum dengan suara-suara indah yang mereka miliki. Ia merasa bukan apa-apa jika berhubungan dengan suara. Ia suka semua suara mereka. Dikarenakan menjadi tamu satu-satunya yang di undang, ia sempat ditawarkan untuk menyumbangkan satu lagu. Tentu ia segera menolak.
“Maaf, Kak. Saya gak bisa nyanyi” akuinya dengan wajah imut.
Hal itu membuat yang lainnya menatap gemas. Tapi, penolakannya tampak tidak bisa diterima, ia menatap meminta tolong kepada sang guru yang berada di sebelahnya.
Bukan mendapat bantuan, malah mendapat dorongan untuk maju. Pak Dimas hanya memberi isyarat dengan dagunya. Azzalea dapat melihat kepercayaan yang diberikan sang guru. Ia dengan percaya diri maju membuat suasana semakin menyenangkan dan heboh.
Walau bukan penyanyi yang berbakat, setidaknya ia pernah memenangkan lomba menyanyi ketika dibangku sekolah dasar.
Ia mengambil alih gitar. Semua segera diam, perhatian tertuju padanya. Senar gitar mulai di petik, alunan lagu mulai terdengar.
Tak sadar ku temukan
Temukan pria rupawan yang sadarkan
Tiada seorang tiada lain tiada bukan
Hanya dia
Dia buatku nyaman dalam hangat pelukan
Tiap rasa yang ku mengerti yang ku rasa
Hanya dia
Kan ku arungi tujuh lautan samudra
Kan ku daki pegunungan Himalaya
Apapun kan ku lakukan tuk dirimu sayang
Oh penjaga hati
Kau dan aku sempurna
Semoga ada cara tuk terus bersama
Selalu ku tunggu tak mau berlalu
Kau dan aku
Kan ku arungi tujuh lautan samudra
Kan ku daki pegunungan Himalaya
Apapun kan ku lakukan tuk dirimu sayang
Oh penjaga hatiku..
Petikan senar berbunyi begitu merdu. Jari-jemari indah nan mulus itu seakan sudah terlatih dalam permainannya sendiri, takkan ada yang percaya jika dia bukanlah seorang yang pandai bermain gitar dan menyanyi. Kedua bola mata itu tidak pernah teralihkan sedikit pun. Senyumnya begitu mengembang tanpa beban, rasa di dadanya seakan meluap seiring kata-kata yang ia nyanyikan.
Kan ku arungi tujuh lautan samudra
Kan ku daki pegunungan Himalaya
Apapun kan ku lakukan tuk dirimu sayang
Oh penjaga hatiku
Karna bersamamu semua terasa indah
Gundah gulanaku tlah hancur sirna
Janjiku takkan ku lepas
Wahai kau malaikatku dari surga
Tuk slamanya....
Tuk slamanya....
Tuk slamanya....
***
“Kapan kontrak les itu selesai?” tanya Reno disela ia memanggang daging-daging yang beberapa telah matang dengan Dimas yang berdiri di sebelahnya, mengambil porsi untuk rekan lainnya.
Dimas menatap heran, tidak biasanya sang teman menanyai perihal pekerjaanya, apalagi kontrak.
“Aku melihat tatapan anak itu padamu. Dia jatuh cinta padamu”
Dimas hanya diam. Tak merespon.
Reno menyenggol siku temannya itu. “Jangan bilang kau sudah tahu dari awal”
Dimas mengambil piring kosong. “Dia murid yang sama, yang pernah menyatakan perasaan ketika aku magang dulu”
Reno terbelalak hingga membuka mulutnya lebar. Dimas yang jahil pun memasukkan sepotong daging panas ke mulut temannya dan berakibat kalimat penuh hikmah terdengar.
Reno mengontrol mulutnya. Menatap sinis Dimas tapi rasa penasarannya masih kuat. “Wanita cantik seperti dia? Kau sia-siakan?”
“Dia masih kecil” timpal Dimas.
“Cih! 2 tahun lagi umurnya legal. Ku tebak dia akan menyatakan perasaannya padamu lagi”
“Tidak”
“Kenapa kau begitu yakin?”
“Dia telah dijodohkan”
“Apa kau cemburu?”
Dimas menatap sinis.
Reno tertawa pelan lalu mengangguk. “Mau dijodohkan atau tidak, yang terpenting siapa yang ada dihatinya. Hanya menebak, bahwa kau juga akan tertarik padanya. Hati-hati teman.. Kau sudah lama menjomblo.. Dia terlalu menarik jika selalu disisimu. Terserah kau mau menggelaknya, jika saat itu kau tertarik. Maka, aku akan beli rumah sendiri”
Seusai mendengar kalimat panjang dari temannya itu, Dimas berjalan pergi membawa sepiring BBQ yang telah matang untuk sang murid yang baru saja mereka bicarakan.
Setelah menunjukkan bakat menyanyinya yang cukup mempesona, sang murid kini di kelilingi para rekan wanita dan prianya. Mereka begitu tertarik akan identitas sang murid. Ia bisa melihat bahwa gadis itu tersenyum senang di kelilingi orang-orangnya. Entah mengapa gadis itu tampak bersinar diantara yang lainnya di pandangannya.
Ia mendekat. Membuat yang lainnya ikut bubar, seakan memberikan ruang untuk keduanya.
“BBQ SUDAH MATANG!!” ucap seseorang kepada semua orang.
“Cicipi” ucap Dimas menyodorkan sepiring BBQ yang ia bawa.
Azzalea menghirup aroma daging yang begitu menyelerakan. Lalu menggigit daging yang sudah di potong kecil-kecil.
“Bagaimana?”
“Hmm.. Enak”
“Reno memang tak pernah gagal dalam BBQ” puji Dimas, jika hal itu didengar sang sahabat, pria itu akan terbang.
