"Lupa dengan malam itu? mau lari kemana? kau tidak bisa mengklaim bahwa dia putra adikku, Jenifer Felicia." Reino Arshaka Bernand.
Jalan hidup selalu jadi rahasia tidak ada yang tahu ke depannya bagaimana, seharusnya ini tak harus terjadi tapi itulah kenyataannya.
Jenifer Felicia (23 tahun) wanita berparas jelita dan seorang sekretaris perusahaan ternama menjalin hubungan dengan pria bernama Rakha Bernand, namun di suatu malam ia terlibat scandal dan memiliki seorang anak bersama Reino Bernand yang ternyata merupakan kembaran dari kekasihnya.
Lantas bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka?
.
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>
•
WARNING!!!
(Terjadi plagiarisme dipastikan akan menerima konsekuensinya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Jee yang sehabis mandi mendapati pesan masuk pada handphone langsung membukanya, wanita cantik itu mengerutkan kening setelah membaca pesan dari Rei. "Urusan? tumben tak langsung mengirimkan software nya?."
Dilihatnya jam dinding baru menunjukkan pukul 19:00 malam, Jee sempat mikir-mikir karena pasti di sana ada Cassie dan ia cukup malas bertemu dengan wanita yang seperti tidak suka padanya itu. Tapi ini perintah dan sudah 3 hari mereka tak bertemu.
"Ah yasudah.." Jee pun melepas handuknya mengganti dengan pakaian lain, ia siap-siap untuk pergi ke rumah atasannya itu.
"Noah tidur duluan ya mommy harus beresin kerja dulu." Ucap Jee sebelum pergi.
"Apa Noah tidak boleh ikut?."
Deg!
Hampir 5 tahun berbakti kepada Adorn Corp, ini pertama kalinya Noah meminta seperti itu. Jee cukup terkejut apalagi ia akan menemui Rei.
Jara yang paham menggaruk kepalanya tak gatal. "Gimana dong kak?."
Jee tersenyum langsung mengelus wajah gemas Noah. "Di sana tidak ada yang menyenangkan, takut Noah bosen jadi tunggu di sini ya lain kali mommy bawa."
"Gimana?."
"Baiklah kalau begitu mommy."
"Anak pinter." Jee mengecup keningnya, setelah itu ia pamit. "Ra titip dulu pintu jangan lupa kunci."
"Siap aman kak."
"Oke."
Jee pun keluar menuju halaman berjalan menuju pelataran parkir, namun sebelum itu ia dikejutkan dengan mobil putih yang tiba-tiba datang.
"Jee."
"Rakha??." Jee terkejut.
"Sudah lama, aku sengaja datang untuk menemui kalian."
"Oh iya." Jee kebingungan, bagaimana ini? apa dia tidak akan curiga?.
"Mau kemana malam-malam? jam segini?." Tanya Rakha dengan tatapan penuh selidik.
"Aku ada urusan mau ke rumah kakakmu." Balas Jee blak-blakan saja.
Rakha mengerutkan kening. "Ha? ini diluar jam kerja, biasanya via software apa ada kepentingan lain?."
"Kata tuan Luke juga seperti itu, aku tak bisa membantah."
Rakha tampak terdiam. "Ini waktu istirahat aku yang akan bicara pada Rei!."
Jee langsung menahan tangan Rakha yang ingin menghubungi kakaknya. "Tak usah inikan tanggung jawabku, mending kau ikut kesana." Balas Jee sengaja biar keduanya akur kembali.
"Bagaimana?."
Sebenarnya Rakha sedikit malas namun karena ia tak suka interaksi Rei dan Jee pastinya ia akan ikut. "Oke kalau begitu."
Keduanya masuk mobil masing-masing, Jee berangkat di depan sementara Rakha di belakang.
Mansion Rei...
Halaman samping.
Uhukh! uhukhh!!
Rei tampak sedang membakar daging, ia ingin bisa melakukannya namun tetap gagal sampai wajahnya keringetan. Sementara Luke terus menertawakannya. "Kau tidak akan bisa, si bibi saja."
"Diam kau! sial." Kesal Rei, lagi-lagi ia gosong hampir dua mangkuk daging itu hitam semua.
"Apa kau akan memberikan masakan gosong ini untuk bu Jeni?."
Rei yang lelah dengan asap hingga matanya perih akhirnya memilih istirahat merebahkan diri di lantai.
"Ck, bakar lagi. Jangan sampai mubazir berikan daging itu untuk kucing." Lirih Rei.
"Iya iya."
Si bibi membawa daging baru dan langsung membakarnya.
Dari halaman terdengar suara mobil datang, Rei yang rebahan seketika menoleh.
"Sepertinya bu Jee sampai."
Mendengar nama Jee disebut Rei, tersenyum ia langsung berdiri merapikan penampilannya.
"Hei bu Jeni sebelah sini!.." Panggil Luke.
Jee yang melihat langsung mengangguk. "Ayo."
Tak lama Jee tiba di halaman samping, setelah adegan ciuman panas itu mereka kini bertemu kembali. Rei tak bisa menyembunyikan rasa senangnya ia yang biasanya cuek sekarang tersenyum ramah sedikit, sedikit canggung bagi mereka tapi Jee memilih untuk bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
Tak lama seorang pria muncul dari belakang Jee, senyum Rei seketika lenyap saat Rakha datang juga kesana.
Keduanya saling tatap dengan tatapan penuh intimidasi.
"Apa ini yang namanya ada urusan penting?." Tanya Rakha menyindir, yang ia lihat hanya bakar-bakar. "Jee harusnya istirahat ini sudah malam."
"Rakha.." Lirih Jee memberi kode.
"Kenapa kau mengintil terus? tidak ada salahnya seorang bos mentraktir sekretarisnya untuk makan enak." Timpal Rei.
"Ya sekalian saja satu perusahaan traktir, jangan cuma Jeni doang."
"Ini hakku, tidak semua karyawan memiliki peran sama dengan Jeni!." Dingin Rei yang sudah bad mood duluan.
Luke dan Jee saling tatap rasanya tidak mengenakan.
"Ah sudah-sudah kalian ini kenapa tiba-tiba seperti ini, mending bakar-bakar lagi setelah itu makan." Sewot Luke merangkul Rei ke tempat lain.
Jee yang tak mau ambil pusing langsung menghampiri si bibi untuk membantunya, dan Rakha tak mau kalah ia juga ikut membantu.
"Kenapa dia bisa ikut!?." Tanya Rei, walaupun Rakha adiknya tapi karena ia memiliki kedekatan lebih dengan Jee rasanya menyebalkan.
"Sepertinya dia memang lagi bermain di rumah Jee, jadi sekalian." Timpal Luke.
Mendengar kata di rumah, pikiran Rei traveling kemana-mana. Mereka sepasang kekasih, pasti leluasa. "Br*ngsek aku tak mau mendengarnya!."
"Haish tenangkan dirimu, wajar saja toh."
Luke tak langsung melanjutkan ucapannya saat mendapati sorot mata tajam Rei bak ingin menghajar.
"Haha sorry bro tapi mereka sudah lama berpisah kok."
Rei mengerutkan kening sambil melirik ke arah Jee dan Rakha yang tampak asyik bakar-bakar.
"Berpisah bagaimana? mereka sudah 4 tahun menjalin hubungan!."
"Jeni sendiri yang mengatakan, karena ada alasan pribadi. Mereka dekat karena kembali berteman seperti dahulu lagi katanya."
Rei tak langsung menjawab ia masih ragu dengan apa yang Luke ucapkan. Karena selama ini Rakha tidak pernah membahas hubungannya berakhir atau apa.
"Hoi bakar-bakar!!!." Excited Luke yang ikut bergabung dengan mereka lagi.
Sementara Rei memilih duduk saja dengan minuman soda di tangan, mata tajamnya terus mengamati Jee yang terus mendapat perhatian dari Rakha. Rakha menyuapi daging bakar pada Jee begitu pun sebaliknya.
"Cih!.. Apa di sini ada ulat bulu? kenapa gatal sekali!."
Sekilas Jee melirik ke arah Rei.
Deg!
Jee menelan saliva akan tatapan tajam atasannya, seketika ia merasa tak nyaman. Apa Rei cemburu setelah tindakan ciumannya malam itu? tapi harusnya itu tak masalah lagian Rei juga beristri bukan?.
Bakar-bakar telah beres, mereka berkumpul untuk langsung makan-makan.
Karena kelihatannya dari tadi Rei tak mood, Jee menyiapkan daging untuknya. "Ini makanlah.."
"Tanganku lumayan perih karena bakar-bakar tadi." Lirih Rei sengaja sambil menunjukkan.
Jee langsung mengambil sumpit dan mengarahkannya untuk menyuapi. "Aaaa.."
Rei tampak puas ia kegirangan dan langsung memakannya.
"Lagi?."
"Iya."
Rakha yang melihat itu semakin tak bisa berpikir jernih pikirannya, apa seorang atasan dan bawahan seperti ini?.
Luke yang menatap pemandangan itu dibuat greget sendiri. "Rakha, apa mau disuapi juga?."
"Tak usah bisa sendiri!."
"Lantas aku dari tadi dianggap apa?."
"Walang sangit!."
.
Tinggalkan jejaknya like, coment, dan vote ya CUS!! jangan lupa thank you readers kesayangan..🥰😍