Jodohnya Caca

Motor itu melaju dengan kecepatan sedang mengelilingi universitas, mengitari kampus-kampus yg berjejer dengan nama Fakultas yg berbeda.

Fakultas pertama yg Barra lewati yaitu Biologi, di sepanjang jalannya kebetulan banyak mahasiswi yg mungkin sedang menunggu angkutan kampus.

Mereka tampak terpesona melihat Barra yg berkendara tanpa menggunakan helmnya. Barra yg memang sengaja mengendarai motornya dengan santai mendengar mereka mebicarakannya.

Namun tak ada satu orang pun mahasiswi yg berhasil membuat dia melihatnya. Jangankan melihat, melirik pun tidak, Barra fokus memandang jalanan.

Kini Barra sedang sibuk meredakan gemuruh di hatinya. Dia berharap angin yg menerpa wajahnya akan menghempaskan semua isi pikirannya saat ini.

Bukan marah karena Monica yg sengaja mencari gara-gara dengan Caca. Namun sikap Evan yg melindungi Caca yg membuatnya tak tenang saat ini. Hatinya tak terima melihat itu apalagi Evan sampai merangkul pundak Caca.

“Cih, katanya ga pernah disentuh pria tapi tadi buktinya dia diem aja.” kesal Barra dalam hatinya.

“Jadi karena cowo itu dia ga mau berhubungan lagi sm gw! Emang gw kurang apa sih bisa-bisanya si Caca milih tuh cowo. Dia pikir cewe di kampus ini cuma dia aja apa. Tapi emang iya sih cuma dia aja yg bikin gw penasaran, hehehe.” batinnya Barra lagi galau.

Sebentar Barra merasa kesal, sebentar lagi dia bisa senyum-senyum. Semilir angin membuat kekesalannya menghilang perlahan. Hatinya sudah bisa kembali tenang. Sepertinya pikiran yg dipenuhi Caca tadi sudah kosong tersapu angin sepoi-sepoi.

Akhirnya dia bisa menikmati sorenya dengan motoran santai tanpa beban pikiran seperti tadi. Tak terasa dia sudah motoran cukup jauh.

Kini dia berada di depan gerbang utama universitasnya. Fakultas Pertanian memang yg paling jauh dari gerbang utama universitas.

Berarti dia sudah melalui 4 Fakultas yaitu Fakultas Biologi tadi yg paling dekat dengan kampusnya. Lalu Fakultas Teknologi Pangan, Farmasi dan yg terakhir Fakultas Kedokteran yg paling dekat dengan gerbang universitas.

Dirasa mood nya sudah kembali ok, Barra memutuskan untuk pulang. Namun dia teringat helmnya yg tertinggal di basecamp. Jadi mau tak mau dia pun balik lagi ke kampus untuk mengambilnya.

Sampai di tempat parkir kampus sudah terasa sepi. Dan itu membuat Barra tampak senang. Tapi tak berapa lama banyak mahasiswa keluar dari gedung 2, sepertinya ada perkuliahan yg baru selsei.

Barra meneruskan langkahnya menuju basecamp. Dia berharap tidak bertemu siapapun agar bisa meninggalkan kampus dengan cepat. Takut-takut klo sampai ada hal yg merusak mood nya lagi.

“Bang Barra.. mu kemana bang? Masih ada kuliah sore-sore gini?” tanya Dodo mengagetkan Barra yg sedang terburu-buru.

“Eh Do, gw mau ambil helm ke basecamp.” sahut Barra sembari mempercepat langkahnya.

“Mau gw ambilin bang?” sahutnya lagi begitu antusias. Klo saja Dodo perempuan sudah pasti dia bakalan jadi penggemar berat Barra. Dodo sangat mengagumi sosok Barra yg cool, dia berharap bisa jadi cowo sekeren Barra.

“Thank’s Do, biar gw ambil sendiri aja!”

“Oh…” Dodo hanya menjawab sekenanya sambil lalu.

Barra pun melewati Dodo lalu dia melihat hal yg tak ingin dilihatnya. Itu membuat hatinya kembali bergemuruh. Mood yg ok tadi hilang seketika.

Di belakang Dodo berjalan, Evan dan Caca sedang asyik tertawa-tawa seperti dua sejoli yg sedang memadu kasih. Dan hal inilah yg tidak ingin Barra lihat.

“Sial!” kesalnya dalam hati.

Dia tak bisa menghindarinya hingga berpapasan dengan Evan yg memberikan seulas senyuman. Barra menanggapi dengan anggukan sambil memasang wajah datarnya. Sedangkan kepada Caca sedikitpun tak diliriknya.

Meski Barra juga tidak tahu hubungan seperti apa yg terjadi diantara mereka, namun melihat Caca tertawa bahagia dengan pria lain membuat hatinya berdesir tak enak.

Sepertinya Barra harus mengulangi perjalanannya lagi agar mood nya kembali ok. Asalkan tidak bertemu lagi dengan Caca dan Evan yg terlihat begitu akrab.

Hmm mengapa juga harus ketemu lagi Caca!

Apa ini yg namanya takdir? Yaa.. mungkin takdir buruk bagi Barra…

**