NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:18k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 - Menghadapi Dua Orang Sulit

Usai memberikan pelukan erat dan hangat, Caca akhirnya pergi meninggalkan dua orang itu. Nala melambai dan menunggu gadis itu sampai punggungnya tidak terlihat lagi.

Saat Nala menoleh, ia melihat Akesh sedang menelepon. Suaranya menjadi begitu lembut. Meski tidak bisa mendengar suara lawan di seberang sana, ia cukup tahu untuk siapa nada kasih sayang ini ditujukan.

Tak ingin terlihat canggung atau kesal, ia ikut mengambil ponsel, berpura-pura sedang memeriksa isi pesan. Padahal yang ia buka adalah obrolannya dengan Agas yang sangat random dan tidak penting. Anehnya, ia baru saja menyadari hal itu sekarang.

“La, abis ini lo ke mana?”

“Kenapa nanya kaya gitu, Kak?”

Sepertinya tanpa sadar wanita itu sudah berani melalukan perlawanan meski sangat lembut dan nyaris tidak nampak.

“Gue antar lo dulu, setelah itu…”

Suaranya melambat, ia sedikit menyesal karena salah memilih kalimat.

“Mau ketemu Rachel kan?”

Jika sudah seperti ini, Akesh hanya bisa mengangguk. Mendengar hal ini, Nala memiringkan kepalanya dan tersenyum riang.

“Aku ada tugas kelompok, Kakak pergi duluan aja, nanti aku dijemput Agas.”

Ia berbohong dan menggunakan alasan tugas pentas untuk menyelamatkan harga dirinya yang terluka. Jika berada di satu mobil dengan lelaki itu setelah ini, mungkin saja Nala akan menangis. Ia tidak ingin terlihat semenyedihkan itu.

Tatapan mata Akesh terlihat rumit. Keningnya berkerut. Jelas ia merasa tidak senang. Niat baiknya ditolak tapi ia juga merasa tidak berdaya. Memaksa anak di depannya untuk ikut dengannya hanya kan membuatnya nampak kekanakan.

“Sepuluh menit lagi Agas juga datang, Kak Akesh pergi aja duluan,” yakinnya. Ia masih berusaha meyakinkan lelaki itu atau mungkin juga terselip tujuan untuk segera mengusirnya dari sini agar ia bisa segera memesan ojek online.

“Nggak. Gue bakal di sini nemenin lo sampai Agas sampai.”

Mendengar hal ini, Nala menghela napas kasar. Ia kembali memutar otak untuk menemukan alasan yang lebih nampol. Namun dalam proses itu, ponsel Akesh kembali bordering.

Ia berani bersumpah bahwa ini adalah pertama kalinya dirinya senang Rachel menelepon Akesh. Pasalnya satu panggilan itulah yang menyelamatkan harga dirinya yang tersisa. Akesh akhirnya pergi setelah menepuk lembut pundaknya.

Akhirnya napas Nala yang terasa sesak, dadanya yang serasa terikat tali, kini menjadi lega. Kakinya membawanya duduk ke bangku panjang di depan stasiun. Usai menghela napas berulang kali, ia membuka ponsel untuk memesan ojek online.

Tak butuh waktu lama, sebuah mobil datang di hadapannya. Nala pun masuk ke dalam. Sebenarnya ia tidak sepenuhnya berbohong. Pasalnya tujuannya memang kamar Agas. Ia benar ingin mengerjakan tugas kelompok dengan anak itu. Hanya saja awalnya ia ingin meminta Akesh untuk menemaninya.

Sebelumnya pun mereka sudah terbiasa seperti ini. Akesh kadang menemani Nala membuat tugas bersama Agas. Ketiga orang itu juga beberapa kali jalan bersama.

Setelah mobil itu meninggalkan stasiun, seorang lelaki memukul stir mobil cukup keras. Lelaki itu adalah Akesh yang ternyata sedari tadi tidak jadi pergi duluan karena melihat Nala menunggu di depan. Semula ia tidak ada niat apapun, nalurinya berkata untuk menunggu wanita itu dijemput sahabatnya baru ia bisa pergi dengan tenang.

Sayangnya apa yang ia lihat berada jauh di luar ekspektasinya. “Bagus ya La, sekarang lo udah berani bohongin gue.”

Ketika Nala sudah jujr mengenai perasaannya, Akesh pun tahu kalau adiknya itu sering cemburu. Tidak, sebenarnya sekarang akdang Nala seperti sengaja sedikit menunjukkan kecemburuannya. Lebih frontal lagi, ia bisa terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Contohnya dengan ngambek seperti ini.

Sensasi ini, bagi Akesh tidak terlalu mengganggu. Bahkan ada momen tertentu di menikmatinya. Namun fakta bahwa Nala membohonginya itu membuatnya tidak senang.

***

Dua hari berlalu.

Seorang pemuda berkemeja flanel dan bercelana jins mondar-mandir di depan sekretariat UKM (unit kegiatan mahasiswa) Teater.

Pemuda itu membawa tiga tiga poster pensi di tangannya. Ia agak kebingungan, entah bagaimana dia bisa menjadi sie humas. Padahal ketua UKM Taeter pun ia tak tahu nama dan rupanya.

Siapa lagi kalau bukan Nala, mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang). Ia hendak meminta izin kepada ketua Teater untuk memasang poster di mading sekre mereka. Pasalnya acara pensi tahunan itu tinggal sebulan lagi.

Nala sedikit ragu karena biasanya pintu sekretariat terbuka. Jika tertutup, mungkin tak ada orang di dalam? Setelah menimbang beberapa saat, dia akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu.

Namun ternyata bukan sang ketua Teater yang membuka pintu, melainkan si ketua BEM yang selalu ia hindari.

Ini seperti ketika lo pengen jawaban, tapi dapet jawaban yang nggak menjawab.

Ya seperti itulah batin Nala saat melihat senyum ceria Marvin.

Marvin membuka pintu sekre teater. Ekspresinya yang dingin seketika berubah, seolah dalam sekejap mendapatkan pancaran cahaya. Nampak seperti anak teater itu sendiri daripada pemimpin BEM fakultas.

Hal ini membuat Nala tak nyaman. Seakan dia dipaksa melihat sisi munafik orang lain. Lebih tepatnya sisi orang yang tidak membuatnya tertarik sama sekali.

"Maaf salah ketuk."

Nala bergegas ingin pergi. Tapi baru selangkah ia kakinya berjalan, tangan Marvin meraih lengannya.

"Apa 'Junior' ini ada urusan sama gue?"

Mimik muka Nala datar. Hampir tak terbaca segaris urat ekspresi sama sekali. Sementara Marvin terpaku melihat hal ini.

Biasanya dia akan melihat ekspresi malas dari junior beda jurusannya ini. Tapi kali ini, ia seperti tak diizinkan masuk ke dalam rumah padahal baru mengetuk pintu sekali.

Tak lama kemudian, Marvin tersenyum tengil. Matanya tertuju pada poster di tangan kiri Nala. Dengan sembrono, ia merebut poster itu. Ya, Nala membiarkannya saja.

"Siapa, Vin?"

"Nih, adek tingkat kita. Kayaknya mau numpang nempel poster buat promosi."

Orang yang mengajak Marvin bicara adalah Maria Ketua UKM Teater. Tangan kanannya merangkul pundak Marvin, sementara tangan kirinya berkacak pinggang.

Maria menatap Nala dari ujung kaki ke ujung kepala.

Sadar dirinya dipandang demikian seolah sedang menyalin code barcode, Nala menatapnya balik. Keduanya saling

menatap kemudian Maria tersenyum penuh arti.

"Mana gue lihat."

Marvin menyerahkan posternya. Nala masih mengamati Maria. Penampilannya cukup feminim untuk ukuran seorang ketua UKM teater. Marvin yang eksentrik yang berambut panjang melebihi pundak dengan rip jins rasanya lebih ‘anak teater’ daripada dirinya.

Rambut Maria nampak lembut dan bercahaya daripada perempuan. Rambutnya yang hitam berkilauan itu panjang hingga ke bokong. Dress biru langitnya membuatnya bertambah ayu. Sekilas ia mulai berpikir akan seperti apakah jika dirinya mengenakan dress cantik seperti ini.

"Sedih banget gue udah di depan lo tapi yang lo tatap malah bukan gue."

Nalaya agak tergagap karena ketahuan balik mengamati penampilan Maria. Sedangkan orang yang ditatap

mengeluarkan smirk-nya. Sebuah ide muncul.

"Oh mau promosi acara angkatan ya? Sini bagi id Line lo Dek. Ntar lo kirim aja broadcast detail acaranya. Biar gue bantu share juga di grup angkatan."

Marvin menyikut pinggul orang di sampingnya. Namun orang yang disenggol malah semakin menjadi.

1
piyo lika pelicia
mampir yuk
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia: hhhh 😂 nyesel kan
mooty moo: gabisa setia sih, suka buka cabang wkwk
total 2 replies
piyo lika pelicia
rasain siapa suruh buang berlian untuk setumpuk sampah
mooty moo: ga bisa setia sih, suka buka cabang wkwk
total 1 replies
piyo lika pelicia
"Kalau ada
piyo lika pelicia
"Kenapa
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
hih jijiks 😒
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
hhh kasihan kamu camel
piyo lika pelicia
"Kemana saja
piyo lika pelicia
"Gini
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
"Tujuan
piyo lika pelicia
sungguh capek karena pengangguran 🤣
Durrotun Nasihah
tahu....tahu....tahu ...
Durrotun Nasihah
akesh keren.../Drool//Drool/
mooty moo: 🌟🌟🌟🌟🌟
total 1 replies
Bilqies
typo kak
mooty moo: makasih kak🤭
total 1 replies
Bilqies
cemburu nih
Bilqies
semangat terus kak
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!