It'S Okay If You Forget Me

"It's oke if you forget me," ucap Paolo sambil tersenyum.

Vitt masih bingung dengan pernyataan yang baru saja di ucapkan Daniel.

"Semoga kita bisa menjadi teman baik." Paolo tersenyum lalu mengulurkan tangannya pada Vitt.

"Iya, tapi bisakah geser sedikit? Aku tidak nyaman jika kau terlalu dekat seperti ini," ucap Vitt lalu menjabat tangan Daniel.

Paolo baru menyadari kalau dirinya terlalu antusias mendekati Vitt, "sorry." Paolo menahan malu setengah mati. Kemudian menggaruk ujung alisnya yang tidak gatal sambil menggeser posisinya.

Carlota dan para siswi lainnya cemberut kesal melihat anak baru itu duduk satu meja dengan Daniel. Yang membuat mereka semakin marah adalah saat melihat Daniel tersenyum lembut pada Vitt.

"Sepertinya anak baru itu harus di beri pelajaran!" Carlota berbisik dengan temannya yang duduk di belakangnya.

"Aku setuju!"

"Apa istimewanya anak baru itu? Pincang iya!" sewot Carlota tidak terima.

Paolo terdiam sambil memejamkan mata. Aroma parfum Vitt yang manis membuat hatinya tenang dan berbunga-bunga.  Aroma strawberry itu begitu memikatnya. Selain itu Paolo berusaha mengetahui isi hati Vitt, akan tetapi tidak bisa.

"Kenapa aku selalu tidak bisa mendengar suara hatinya?" Paolo bertanya-tanya di dalam hati.  Ini sungguh keanehan menurutnya, pasalnya setiap hari dia selalu mendengar suara hati setiap orang yang dia jumpai. Bahkan di dalam kelas ini suasananya sangat berisik karena semua murid dan guru berkeluh kesah di dalam hati, kecuali Vitt. Paolo juga mendengar suara hati Carlota yang sedang memaki dan berencana menyakiti Vitt.

"Aku tidak akan membiarkannya menyakiti Vitt!" batin Paolo sembari mengepalkan kedua tangannya erat.

"Vitt, istirahat nanti kita ke kantin bersama, mau?" ajak Paolo.

"Boleh, tapi apa kau tidak malu jalan bersamaku? Aku 'kan ..."

"Kau cantik dan sempurna menurutku." Paolo sengaja menyela ucapan Vitt dengan cepat.

Blush

Pipi Vitt langsung merona dibuatnya. Kata-kata manis yang dilontarkan Daniel membuatnya jadi salah tingkah dan malu.

"Dan, jangan membual, aku tidak suka," ucap Vitt ketus.

"Benarkah? Tapi, kenapa pipimu menjadi merona seperti ini?" Paolo berbisik tepat di dekat telinga Vitt, sembari menghirup aroma manis dari gadis itu yang membuat hatinya tenang dan nyaman.

Vitt mengerjabkan kedua matanya karena terkejut saat mendengar bisikan lembut itu. Vitt menjadi salah tingkah, kemudian menutup wajahnya yang semakin merona dengan buku tulis.

Paolo tersenyum gemas melihat tingkah Vitt.

"Ah ... seperti ini rasanya jatuh cinta?" Paolo berkata di dalam hati sambil menyentuh dada kiri di mana jantungnya berdebar-debar lebih cepat dari biasanya.

"Rasanya aku ingin terbang ke atas awan." Lanjut Paolo mesam-mesem seperti orang waras. Untung saja Vitt dan teman-temannya fokus pada Miss Maria yang sedang menerangkan materi pelajaran fisika.

TRINGGG!

Bel sekolah bunyi sekali. Menandakan waktu istirahat telah tiba.

Semua murid berhambur keluar kelas, menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

Vitt memasukkan bukunya ke dalam tas, sementara Paolo bertopang dagu di atas meja sambil menatapnya tidak berkedip.

"Kedip, Dan, nanti matamu bisa-bisa kelilipan debu," tegur Vitt melirik sebal pada Daniel.

"Aku rela kelilipan debu demi bisa menatap bidadari cantik yang sedang duduk di hadapanku," jawab Paolo tanpa berkedip, masih setia menatap Vitt.

"Cih! Lama-Lama aku jadi diabet karena setiap menit mendengar gombalanmu!" cibir Vitt sambil beranjak berdiri.

Paolo tertawa pelan menanggapinya, tapi tawanya seketika lenyap saat melihat Carlota dan siswi lainnya berjalan mendekati Vitt.

"Hai, Vitt, mau bergabung dengan kami?" tanya Carlota tersenyum sinis sambil memainkan ujung rambutnya dengan gaya centil.

"Sayangnya aku lebih dulu mengajak Vitt ke kantin!" sahut Paolo dingin.

Vitt mengangguk sebagai jawaban, lalu meminta maaf kepada Carlota.

"Dan, kenapa kau terlihat akrab dengannya? Padahal dia adalah murid baru!" protes Carlota tidak terima.

"Apa kau tidak mengingat kata-kataku tadi pagi?" jawab Paolo datar, lalu menarik tangan Vitt keluar dari kelas tersebut, meninggalkan Carlota dan siswi lainnya.

"Apa maksudnya?" Carlota mengepalkan kedua tangannya sambil menatap punggung Vitt dengan tajam.

"Gadis berambut pirang, cantik, dan manis yang di maksud Daniel tadi pagi bukankah sama persis dengan visual Vitt?" tebak salah satu temannya.

"Jadi maksudmu Vitt adalah kekasih Daniel, begitu?" Carlota memekik tidak terima.

"Iya, sepertinya, karena Daniel sangat lembut saat menatap Vitt," jelas teman lainnya.