Rafael Graziano Frederick, seorang dokter spesialis bedah, tak menyangka bahwa ia bisa kembali bertemu dengan seorang gadis yang dulu selalu menempel dan menginginkan perhatiannya.
Namun, pertemuannya kali ini sangatlah berbeda karena gadis manja itu telah berubah mandiri, bahkan tak membutuhkan perhatiannya lagi.
Mirelle Kyler, gadis manja yang sejak kecil selalu ingin berada di dekat Rafael, kini telah berubah menjadi gadis mandiri yang luar biasa. Ia tergabung dalam pasukan khusus dan menjadi seorang sniper.
Pertemuan keduanya dalam sebuah medan pertempuran guna misi perdamaian, membuat Rafael terus mencoba mendekati gadis yang bahkan tak mempedulikan keselamatan dirinya lagi. Akankah Mirelle kembali meminta perhatian dari Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IA MASIH SAMA
Rafael, tanpa membaca isi dari catatan laporan kesehatan Mirelle, langsung bergegas keluar. Saat ini ia ingin melihat langsung keadaan Mirelle. Sedikit banyak ia tahu kondisi Mirelle dari apa yang dikatakan oleh Reagan di telepon tadi.
Ceklekkk
Pintu ruang perawatan terbuka, tampak Rafael berdiri di ambang pintu dan melihat dua orang wanita di dalam ruangan itu.
“Elle!”
Mirelle yang sedang berbaring, langsung memejamkan matanya saat mendengar suara Rafael. Sungguh Mirelle bingung, mengapa pria itu selalu berada di sekelilingnya belakangan ini.
“Dokter,” Xena melihat bagaimana Mirelle memejamkan matanya dan ia tahu itu adalah salah satu tanda yang dilakukan oleh Mirelle.
Keduanya bersama sudah sekitar enam tahun dan mereka tahu bahasa tubuh masing masing. Xena sangat mengerti bahwa Mirelle tak suka dengan pria yang baru masuk ini. Hanya saja Xena tak tahu mengapa Mirelle tak suka, padahal Rafael adalah seorang dokter yang sangat tampan dan terlihat sangat perhatian.
“Elle!” Rafael langsung mendekat ke samping brankar Mirelle dan menatap gadis itu dengan raut khawatir.
“Ia baru saja tertidur,” ucap Xena.
Rafael menghembuskan nafasnya pelan tapi tatapannya terus saja tertuju pada Mirelle.
“Saya ke sini atas panggilan dari Dokter Reagan. Ia mengatakan kalau Mirelle memerlukan pemeriksaan lebih di bagian kepalanya. Sebelumnya perkenalkan, saya Rafael, dokter yang akan bertugas di sini selanjutnya,” Rafael memperkenalkan diri pada Xena.
Xena menghela nafasnya pelan. Sepertinya akan sulit jika Mirelle harus menghindari pria ber jas putih ini, karena pria inilah yang akan membantu menyembuhkan kondisi Mirelle saat ini.
“Kak …,” panggil Mirelle tiba tiba, sambil menggenggam tangan Xena.
Rafael langsung menatap Mirelle dan ingin memegang sebelah tangan gadis itu, tapi dengan cepat Mirelle langsung memegang tangan Xena dengan kedua tangannya.
“Ada apa? Apa ada yang sakit lagi?” tanya Xena.
“Aku ingin di rumah sakit khusus tentara saja. Bukankah kita memiliki dokter spesialis yang bagus bagus di sana?” ucap Mirelle, “Ada Dokter Romeo bukan?”
“Dokter Romeo? Tentu saja ada,” jawab Xena.
Rafael yang mendengar bahwa Mirelle ingin pindah rumah sakit, bahkan ingin dirawat oleh dokter lain, langsung berkata, “Maaf, tapi untuk saat ini kamu tidak bisa ke mana mana. Kondisimu tak mengizinkan perpindahan karena goncangan sedikit saja akan berpengaruh pada kepalanya saat ini.”
“Kalau begitu jangan, Elle. Aku tak mau mengambil resiko. Kamu adikku dan aku tak ingin terjadi hal yang buruk padamu,” ucap Xena.
“Tapi aku benar benar tidak apa apa, Kak,” Mirelle berusaha untuk membantah perkataan Rafael yang mengatakan bahwa dirinya tak boleh banyak tergoncang.
“Rasanya jiwaku yang akan tergoncang jika terus berada di sini. Aku hanya pusing saja, tapi ia benar benar melebih lebihkan kondisiku,” batin Mirelle.
“Saya akan langsung melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Mirelle. Jadi saya akan membawanya ke ruang MRI,” ucap Rafael.
“Silakan, lakukan yang terbaik untuknya,” ucap Xena.
Mirelle sedikit berdecak kesal, namun ia tak mau memperlihatkan ketidaksukaannya secara langsung. Mirelle melihat senyum di wajah Rafael dan ia tahu bahwa pria itu sangat senang karena bisa mempengaruhi Xena.
Rafael memanggil perawat untuk membantunya mendorong brankar Mirelle menuju ruang MRI. Saat melihat kepala Mirelle diperban dan kondisi terakhir yang dikatakan oleh Reagan, membuat Rafael khawatir.
“Aku akan memastikanmu sembuh, Elle,” bisik Rafael saat ia mendorong brankar Mirelle.
Mirelle terus memejamkan matanya, tak peduli dengan apapun yang diucapkan oleh Rafael. Ia tak ingin benteng tinggi dan tebal yang berhasil ia bangun selama enam tahun ini, akan runtuh dengan mudahnya.
“Berbicaralah padaku, atau kamu ingin aku mengatakan kondisimu pada Uncle Miles dan Aunty Lea?” Rafael secara sadar telah mengancam Mirelle.
Hal itu seketika membuat mata Mirelle membuka dan membuat Rafael tersenyum. Ntah sejak kapan ia suka melihat tatapan Mirelle ke arahnya, meskipun gadis itu melihatnya dengan tajam.
“Jangan mengancamku! Aku tak akan takut padamu,” ucap Mirelle pelan tapi penuh dengan penekanan.
“Aku tak pernah mengancammu, Elle. Aku hanya berbaik hati padamu,” sahut Rafael.
Sekali lagi Mirelle memegang kepalanya yang kembali terasa sakit ketika berdebat dengan Rafael. Ia meringis dan tentu saja disadari oleh Rafael.
“Ada yang sakit?” tanya Rafael khawatir.
Tanpa sadar Mirelle menganggukkan kepalanya, membuat Rafael mulai gelisah.
“Tunggu sebentar, kita akan segera sampai. Aku akan segera memeriksa keadaanmu.”
Rafael meminta pelayan bergerak lebih cepat agar sampai di ruang MRI lebih cepat. Sejak tadi ia tak masalah karena berpikir akan berada dekat dengan Mirelle sedikit lebih lama. Namun ternyata ia salah, Mirelle malah merasa kesakitan dan ini adalah salahnya.
Brankar Mirelle didorong masuk ke dalam sebuah ruangan dan tanpa dibantu oleh siapa pun, Rafael menggendong tubuh Mirelle dan memindahkannya ke sebuah meja pemeriksaan. Mata Mirelle terpejam, yang menambah kegelisahan di da da Rafael.
“Semua sudah siap?” tanya Rafael.
“Sudah, Dok.”
Proses pun segera dilakukan. Tak lupa Rafael memakaikan headset pada telinga Mirelle agar tak terganggu oleh suara bising yang ditimbulkan. Ia benar benar menjaga kenyamanan Mirelle saat ini.
*****
Proses MRI dilakukan oleh Rafael selama tiga puluh menit. Ia tak hanya memeriksa bagian kepala, tapi juga seluruh tubuh Mirelle. Ia tak ingin jika sampai Mirelle mengalami luka dalam tapi tak diketahui.
“Aku bisa berjalan,” ucap Mirelle yang tak ingin jika Rafael kembali menggendongnya.
“Tapi sebelah kakimu mengalami patah, Elle,” ucap Rafael.
“Aku masih memiliki yang sebelah lagi untuk menopang tubuhku, kamu tak perlu khawatir.”
Rafael menghembuskan nafasnya saat melihat sikap Mirelle yang masih saja belum berubah padanya. Apa yang harus ia lakukan supaya Mirelle kembali seperti dulu?
“Elle!”
“Dokter tak berhak memerintahku. Yang berhak melakukannya hanya komandanku. Jangan anda merasa bahwa ini adalah daerah kekuasaan anda, lalu anda seenaknya memerintahku ataupun melakukan yang tidak baik padaku,” ucap Mirelle secara formal.
“Elle, kamu boleh membenciku, tapi untuk saat ini pikirkan dulu kesehatanmu.”
“Saya sehat, sangat sehat, Dokter. Oleh karena itu juga saya akan segera keluar dari rumah sakit ini.”
Mirelle melangkahkan kaki menuju ke arah pintu keluar. Ia tak ingin berdekatan dengan Rafael. Ia akan menjauh, bahkan berada sejauh mungkin dari pria itu.
“Selangkah saja kamu keluar dari ruangan ini seorang diri dan berani keluar dari rumah sakit, maka aku akan mengatakan kondisimu pada kedua orang tuamu. Aku juga bisa membuatmu dipecat dari kesatuan jika kamu tak mendengarkanku!”
Mirelle langsung menoleh dan menatap nyalang ke arah Rafael.
“Ia masih sama, masih merasa dominan. Tak berubah!” batin Mirelle.
🧡🧡🧡