Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Ia hidup menyedihkan dalam kemiskinan bersama sepasang anak kembarnya, padahal ayah dari anak-anaknya adalah orang terkaya di kotanya.
Semua bermula dari suatu malam yang nahas. Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
"Mommy ..."
Panggilan lemah itu membuat Hanna terbangun. Begitu pun dengan Evan yang tidur di atas karpet bulu sejak semalam. Star sudah membuka matanya, walaupun sepertinya belum sadar sepenuhnya.
"Iya, Sayang. Mommy di sini," bisik Hanna.
Evan pun langsung duduk di sisi pembaringan dan memeriksa kondisi Star. Suhu tubuhnya kini sudah normal kembali.
Star menatap Hanna dengan sorot mata lemah. Kelopak matanya mengerjap beberapa kali saat baru menyadari sedang berada di tempat asing. Sebuah ruangan indah layaknya istana boneka dengan dinding bercat warna pink kesukaannya.
Ia tampak tercengang, lalu kemudian tersenyum menatap Hanna. “Mommy ... apa kita sedang berada di surga?”
Pertanyaan polos itu membuat Hanna dan Evan saling tatap satu sama lain. Star mengira mereka sedang berada di surga setelah melihat seisi kamar.
"Kenapa, Sayang?"
“Nenek Laura pernah bilang di surga itu indah dan ada istana bonekanya, Mommy. Aku bisa minta boneka apapun.”
Hanna melukis senyum di bibirnya, namun juga terlihat genangan air mata di bola matanya.
"Tidak, Sayang. Ini bukan di surga," jawabnya mengecup pipi.
Evan pun membelai wajah Star, yang membuat gadis kecil itu menatapnya. Kening Star berkerut ketika menyadari siapa yang ada di sana, paman pemilik toko roti besar.
"Paman roti?"
Evan terkekeh mendengar nama paman roti yang disematkan putrinya. Ia menciumi kening dan punggung tangan Star. Jika saja tidak mengkhawatirkan kondisi Star yang masih lemah, ia mungkin akan memeluk gadis kecil itu sambil menangis. Memberitahu dengan bahagia bahwa ia adalah daddy yang selama ini ditunggu-tunggu Star.
“Ini kamarmu, Nak,” ucap Evan membelai puncak kepala.
"Kamarku?" Pandangan Star kembali meneliti seisi ruangan itu, kemudian menatap Hanna penuh tanya. "Benarkah, Mommy?"
Hanna hanya menyahut dengan anggukan kepala. Star mendongakkan kepalanya agar dapat melihat setiap bagian kamar itu, sehingga Evan membangunkan dan meletakkan dua bantal di belakang punggungnya.
"Ini kamarmu, Sayang. Semua benda yang ada di ruangan ini adalah milikmu."
"Wah ..." Meskipun kondisi fisiknya masih lemah, tetapi ada semangat yang menyala di mata Star.
Hanna dapat melihat itu dari binar bahagia yang tergambar jelas di wajahnya. Tidak hanya boneka, ada banyak mainan lain.
"Kamarnya keren sekali, Mommy."
"Kau menyukainya?" tanya Hanna.
"Suka, Mommy!" ucap Star penuh semangat. "Apa Daddy sudah pulang, Mommy? Kakak pernah bilang Daddy akan memberi boneka yang banyak saat pulang nanti."
Star ingat perkataan Sky beberapa waktu lalu yang mengatakan Daddy akan memberikan boneka. Pertanyaan polos itu pun membuat Evan tak tahan untuk memeluknya. Ia mengecup puncak kepala Star berulang-ulang hingga merasa ingin menangis.
"Iya, Star. Daddy-mu sudah kembali. Yang sekarang sedang memelukmu adalah daddy-mu," jawab Hanna.
Star seketika mendongakkan kepala menatap Evan, mematung beberapa saat, lalu kembali menatap Hanna.
"Bukan, Mommy. Paman ini pemilik toko roti yang besar itu, bukan Daddy!"
"Dan paman pemilik toko roti besar itu adalah daddy-mu."
Tampaknya Star belum percaya sepenuhnya. Pikiran polosnya bertanya, bagaimana mungkin paman pemilik toko besar itu adalah daddy-nya.
Sedangkan Evan menatap Hanna penuh cinta. Satu hal yang Evan tahu, Hanna yang galak menjadi sangat lembut saat menjelaskan sesuatu kepada Star. Terlepas dari sikap galaknya jika Sky melakukan sebuah kesalahan besar.
"Kenapa paman pemilik toko roti bisa jadi Daddy?"
Hanna tersenyum tipis. "Karena dia memang daddy-mu, Nak. Apa kau tidak mau memeluknya?"
Terdiam beberapa saat, Star menundukkan kepala. Hingga Evan membenarkan posisi duduk Star di pangkuannya hingga mereka saling berhadapan.
"Kau tidak mau memberi Daddy sebuah pelukan?"
Star mendongakkan kepala hingga tatapan mereka saling bertemu. "Apa Daddy masih marah? Kakak bilang Daddy membenci kami. Makanya Daddy tidak mau pulang."
Rasanya Evan mau menangis saat itu juga. Ia mengecup wajah mungil itu berulang-ulang dan memeluknya.
"Daddy tidak pernah membenci kalian. Daddy sayang kalian, sangat! Maafkan Daddy karena baru menemukanmu. Tapi ... mulai sekarang dan selamanya, kita akan selalu bersama."
Star pun larut dalam pelukan hangat daddy-nya. Kemudian melirik Hanna yang terdiam menatap mereka.
"Ayo, mommy peluk Daddy juga."
Hanna hanya duduk diam di tempatnya, menatap Evan yang tersenyum penuh harap.
Ayo Star, paksa mommy mu memeluk Daddy!
****
kalo zian dah hbs tu ayael