3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Daffa pergi ke rumah sakit, dimana Dokter Ardan bertugas. Ini bukan kali pertama Daffa mengunjungi rumah sakit ini, ia sering mengunjungi rumah sakit milik keluarga sahabatnya ini hanya untuk memeriksakan kesehatan. Tiba didepan ruangan Dokter Ardan, ia bertemu dengan asisten Dokter Ardan yang ada didepan ruangan
"Selamat siang Tuan"
"Siang, Dokter Ardan ada?" tanya Daffa
"Beliau sedang istirahat di ruangannya. Silahkan" suster tersebut membukakan pintu untuk Daffa
Dokter Ardan yang masih meregangkan ototnya di sofa terlihat kaget saat mendapati kedatangan Daffa. Ia bangkit dari sofa, dan menyambut kedatangan sahabat baiknya ini "Daffa... Ayo duduk"
"Terimakasih" Daffa segera duduk berdampingan dengan dokter Ardan
"Ada apa? Apa yang membawamu kemari?" tanya Dokter Ardan
"Aku tidak tahu, akhir akhir ini dadaku sering sekali berdebar. Aku rasa ada masalah pada jantungku"
"Oke, ada keluhan lain?"
"Itu saja"
"Baik, ayo kita periksa"
Daffa mengikuti langkah Dokter Ardan yang membawanya menuju brankar. Tiba di brankar, Daffa dengan segera berbaring, agar memudahkan Dokter Ardan untuk memeriksa dirinya. Dokter Ardan segera memeriksa dada Daffa menggunakan stetoskop. Namun ia sama sekali tidak menemukan adanya penyakit dalam tubuh Daffa. Dokter Ardan kembali menaruh stetoskopnya dan duduk kembali di sofa diikuti Daffa
"Bagaimana Dan?" tanya Daffa penasaran
"Tidak ada masalah, semuanya baik"
"Tapi... aku sering merasakan getaran getaran dari sini" tunjuk Daffa pada pusat dadanya
"Tapi aku sudah memeriksanya beberapa kali, dan kau memang benar benar sehat" ucap Dokter Ardan
"Aku rasa kemampuanmu tidak se-hebat ayahmu" ejek Daffa "Aku akan menemui Dokter Dio sekarang, jika Dokter Dio menemukan penyebab jantungku berdebar, maka lebih baik kau hempaskan saja gelar Doktermu itu" ucap Daffa sembari beranjak
"Hei tunggu dulu" Cegah Ardan
"Ada apa lagi? Kau takut jika ayahmu itu bisa menemukan penyakit dalam diriku, dan kau harus melepas gelar doktermu"
"Jaga ucapanmu, sekarang katakan padaku kapan biasanya kau akan merasakan debaran itu?" tanya Ardan serius
Daffa tampak mengingat ingat "Pertama saat Sekar mencium dahiku, kedua waktu dia mencium dahiku, dan ketiga..."
"Jangan bilang kalau yang ketiga juga saat istrimu mencium dahimu?" tanya Ardan yang hanya dijawab Daffa dengan anggukan "Baiklah ayo duduk" ajak Ardan kembali sembari menahan senyumnya
"Jadi ada apa denganku? Apa mulut wanita itu menyimpan racun berbahaya? Dia menyimpan racun di mulutnya untuk bisa melenyapkanku, dan dia akan..."
"Jangan bicara sembarangan. Aku rasa kau benar benar gila sekarang, dengarkan aku dan jangan potong pembicaraanku" ucap Ardan menegaskan "Kau sedang jatuh cinta" ucap Ardan, dan pernyataan Ardan tersebut membuat Daffa berjingkat kaget, ia bahkan sampai berdiri dari duduknya.
"Jangan bicara sembarangan, kau tahu aku tidak mungkin semudah itu jatuh cinta"
Ya, ia yakin sahabatnya ini tahu betul bagaimana dirinya. Dirinya, Ardan, Arga dan Lion adalah sahabat sejak masa Sma, jadi ia yakin sahabatnya ini mengenal baik dirinya. Ia tidak pernah berpacaran, karena menganggap semua wanita tidak ada yang tulus, ia menjadikan Ibu Sambungnya sebagai tolak ukur bahwa wanita di dunia ini hanya menginginkan materi. Lebih dari itu, ia juga sangat menyangkal bahwa dirinya telah jatuh cinta pada seorang gadis yang berstatus istrinya itu
"Baiklah dengarkan aku. Apakah selama ini kau pernah merasakan debaran seperti yang kau rasakan saat ini? Saat kau jatuh cinta, hormon yang dilepaskan dari otak akan mengalir melalui darah, dan menyebabkan jantung berdebar lebih kuat, dan aku yakin dengan dugaanku sekarang bahwa kau sedang jatuh cinta"