Terjebak dalam pilihan, hal itu yang dirasakan Raisa saat berusaha menyelesaikan masalah keuangan di keluarganya.
Keputusannya untuk mengikuti saran mucikari, malah mempertemukan Raisa dengan sang hot duda, Diego.
Akankah Raisa berhasil mendapatkan keuntungan dan melepaskan dirinya dari pesona hot duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rya Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Wasiat.
Raisa mulai membaca coretan di atas selembar kertas berikut melihat foto sepasang suami istri dan juga seorang anak bayi yang digendong oleh sang ayah. Meskipun Raisa merasa sangat penasaran dengan foto tersebut, akan tetapi ia memilih untuk membaca surat lebih dahulu karena lebih penasaran dengan apa isinya.
"Raisa, mungkin setelah kau membaca surat ini Nenek sudah tidak ada lagi di dunia. Nenek sengaja meninggalkan surat ini agar kau mengetahui suatu hal, maafkan Nenek Raisa karena selama ini Nenek tidak memberitahumu. Bukan maksud Nenek untuk menyembunyikannya, tetapi Nenek sendiri bingung bagaimana cara menyampaikannya padamu. Tetapi di saat Nenek telah tiada, Nenek sudah tak bisa lagi menjaga dan menemani hari-harimu, Nenek rasa ini sudah saatnya kau harus pergi mencari orang tuamu. Raisa, sebenarnya kau masih memiliki seorang ayah sedangkan ibumu sudah meninggal sejak kau masih bayi karena sakit. Ayahmu yang berada di dalam foto ini mungkin sekarang sudah sedikit berbeda, karena Ayahmu pastinya sudah lebih tua. Tapi Nenek yakin kau pasti akan bisa menemukannya. Yang Nenek dengar saat ini dia sudah berada di kota Jakarta setelah dulunya dia pergi ke luar negeri saat meninggalkanmu dan juga Ibumu, hingga pada akhirnya Ibumu meninggal dunia. Semoga setelah menemukan Ayahmu, kau akan menemukan kebahagiaanmu lagi Raisa dan kau juga akan menemukan jodoh yang baik. Jujur sebenarnya Nenek sangat menyukai Tuan Diego, dia begitu baik dan yang Nenek lihat Tuan Diego memiliki perasaan padamu, seandainya nanti kau dengan Tuan Diego memang saling mencintai, Nenek mohon bicarakan baik-baik dengan orang tuanya apakah bisa menerima kau apa adanya atau tidak. Jangan sampai apa yang dialami oleh ibumu dulu kau akan ikut mengalaminya, karena menikah dengan orang kaya sementara kita adalah orang yang tidak punya. Salam sayang dari Nenek yang selalu mencintaimu Raisa.
Air mata Raisa mengalir deras begitu saja di saat membaca surat wasiat yang ditinggalkan oleh Nenek Sania. Ia tak menyangka jika ternyata selama 25 tahun neneknya telah menyimpan rahasia yang begitu besar dan sangat mengejutkan bagi dirinya. Sekarang neneknya itu telah pergi dan baru memberitahu fakta yang sebenarnya tentang ia masih memiliki seorang ayah. Tetapi dengan apa yang Raisa baca tadi, ia tahu betul jika dulunya ibunya adalah orang yang tidak diterima oleh keluarga dari sang ayah. Sehingga mungkin itu yang membuat neneknya tidak mau menceritakan padanya, malah mengatakan jika ayahnya juga sudah meninggal dunia.
"Kak Raisa, kau kenapa?" Tanya Denis yang di saat itu masuk ke dalam kamar Nenek Sania dan melihat Raisa sedang menangis sembari memeluk surat tersebut.
"Aku tidak apa-apa Denis. Aku hanya kelilipan debu," jawab Raisa berbohong seraya mengusap air matanya.
"Raisa, kau jangan berbohong. Kau itu sedang menangis 'kan, ada apa?" Tanya Diego pula yang menyusul anaknya.
Raisa tak mampu untuk menjawab, tetapi ia menyerahkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Nenek Sania dan Diego pun segera saja membaca surat tersebut. Sama halnya dengan Raisa, Diego juga ikut merasa terkejut melihat pesan tersebut.
"Raisa, ini artinya kau masih memiliki ayah dan kau harus mencari Ayahmu Raisa. Aku akan membantumu lewat foto ini," kata Diego.
"Apa kau yakin Tuan? Foto itu sudah sangat lama dan aku rasa Nenek lupa untuk menyebutkan siapa namanya. Lagipula yang aku baca Nenek mengatakan jika ibuku tidak diterima oleh keluarga Ayah. Ayah sudah meninggalkanku dan ibuku waktu aku masih bayi, pasti dia tidak akan mungkin mengingatku dan menginginkanku. Dan 1 lagi, apakah aku harus mencari seorang ayah yang sudah tega meninggalkan keluarganya sendiri?" Tukas Raisa dengan tatapan sendu.
"Raisa, kau belum tahu alasan yang sebenarnya. Mungkin memang benar jika itu semua terhalang oleh keluarga Ayahmu, tetapi kita tidak tahu 'kan bagaimana keadaan Ayahmu sekarang? Bisa saja waktu itu dia terpaksa meninggalkan kalian karena keluarganya, dia tertekan dan tidak menutup kemungkinan jika sekarang dia merasa bersalah atau mungkin juga sedang mencari keberadaanmu," ujar Diego.
"Entahlah Tuan, tapi saat ini aku sedang tidak ingin memikirkan hal itu dulu. Aku sama sekali tidak pernah berharap untuk bertemu dengan Ayahku lagi, karena aku sudah terbiasa tanpanya dan menganggapnya sudah tiada," ucap Raisa lalu kembali mengemasi barang-barang milik sang nenek.
Diego yang mengerti akan perasaan Raisa saat ini pun memilih diam, mungkin memang lebih baik ia tidak membahas masalah ini dulu, mengingat Raisa yang masih dalam keadaan berduka dan pastinya merasa sangat syok setelah mengetahui fakta yang sebenarnya melalui surat wasiat yang ditinggalkan oleh sang nenek.
Setelah mobil pengangkut barang telah tiba, kini barang-barang Raisa itu pun telah dimasukkan ke dalam mobil tersebut lalu membawanya ke rumah Raisa yang lama. Sedangkan Raisa ikut bersama Diego menggunakan mobilnya.
*****
Di sebuah bangunan mewah bak istana, tepatnya di kediaman Wijaya, terlihat seorang pemilik rumah di sana masih terbaring lemah sejak kejadian kemarin, di saat penyakit jantungnya tiba-tiba saja kumat. Ia yang dikatakan memiliki serangan jantung ringan pada kenyataannya semakin lama penyakit jantungnya itu semakin parah jika tidak segera melakukan operasi. Saat ini ia hanya bisa menyerahkan seluruh pekerjaannya kepada sang asisten yang merupakan orang kepercayaannya juga, bahkan asistennya itu juga tinggal di rumahnya. Karena ia memang sama sekali tidak memiliki keluarga di Indonesia, orang tua dan istrinya yang berada di luar negeri telah meninggal dunia karena kecelakaan, sedangkan anak satu-satunya sibuk mengurusi perusahaannya yang berada di sana.
"Tuan Sastro, lebih baik Tuan mengikuti saran dokter. Tuan harus segera dioperasi jika ingin keadaan Tuan lebih baik," ucap kelvin yang merupakan asisten Sastro.
"Aku tidak mau melakukannya sebelum aku menemukan putriku," tolak Sastro.
"Tapi kita sudah berusaha untuk mencarinya Tuan, hanya saja sampai saat ini kita sama sekali belum menemukan titik terangnya. Sebaiknya Tuan lakukan operasi dulu, bagaimana jika nanti Anda menemukan putri Anda tetapi keadaan Anda semakin memburuk," ucap Kelvin.
"Sudahlah Kelvin, kau tidak usah terus memaksaku. Lebih baik kau kerjakan saja tugasmu dan tinggalkan aku sendiri, aku ingin istirahat," tukas Sastro, sehingga asistennya itu pun segera saja meninggalkan kamar Sastro.
Di dalam lamunannya, tiba-tiba saja Sastro teringat akan seorang wanita yang pernah menolongnya di saat ia terkena serangan jantung di jalan. Entah kenapa ia merasa begitu dekat dengan wanita tersebut, seperti sudah mengenal lama. Padahal ia baru saja pertama kali bertemu dengan wanita itu.
"Bagaimana caranya supaya aku bisa bertemu dengan gadis itu lagi? Kenapa rasanya aku memiliki ikatan batin dengannya," batin Sastro.
"Bukankah dia itu pengasuh anak Tuan Diego? Lebih baik aku hubungi Tuan Diego saja dan mengajak mereka untuk bertemu, mengajak mereka makan malam sebagai tanda terimakasih karena waktu itu mereka telah menolongku," gumam Sastro, lalu meraih ponselnya dan menghubungi Kelvin.
Sastro meminta Kelvin untuk menghubungi asisten Diego dan menanyakan kontak tuannya tersebut. karena ini bukan urusan bisnis sehingga ia ingin menghubungi Diego secara langsung.
------
"Tuan, ini kontak Tuan Diego yang Anda minta. Kebetulan asistennya sedang bersama Tuan Diego, sehingga beliau langsung mengizinkan untuk memberikan nomor tersebut kepada Tuan," ucap kelvin yang menyerahkan nomor ponsel tersebut.
Segera saja sastro menghubunginya, akan tetapi baru saja ia mengucapkan salam dan menanyakan kabar, tiba-tiba saja …
"Akh … ."
Sastro memegangi dadanya karena tiba-tiba ia merasa jika penyakit jantungnya itu kumat, sehingga membuat Kelvin pun merasa sangat panik. Begitu juga dengan Diego yang mendengar suara tersebut dari seberang telepon.
Bersambung …