Paula adalah anak seorang Count yang sudah jatuh, di ambang kebangkrutan keluarganya, dia dijodohkan untuk menikahi seorang Duke.
"Aku menikahimu agar aku dijauhkan dari para wanita yang menganggu. Tahu batasanmu!"
Setelah berkali-kali disakiti oleh ucapannya, Paula masih mau bertahan untuk menyelamatkan wajah orang tuanya hingga Mereka menghabiskan malam bersama dan Paula hamil.
"Wanita murahan sepertimu mengaku hamil anakku?"
Sampai akhir pun Paula masih saja disakiti.
Lalu bagaimana nasib Paula selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Bella harus menangisi akhir hidupnya karena Ayahnya, Raja Xevenoa benar benar mengirimnya ke Kerajaan Groa. Kerajaan yang berada di padang gurun. Bukan sebagai istri Putra Mahkota atau Pangeran melainkan menjadi selir Raja yang sudah memiliki 10 istri.
"Ayah kumohon...." Bella terisak menangis dan memohon kepada Ayahnya dan berharap secuil kasih sayang untuk menatapnya yang mengiba.
Tapi Raja Xevenoa sudah terlanjur diancam oleh Duke Delta bahwa tindakan Putrinya sudah kelewat batas. Pertama Delta tahu orang yang meracuni Paula atau Putrinya meskipun awalnya Bella lah yang ingin meminum racun tersebut. Kemudian kecelakaan afrodiasik yang diminum oleh Delta sehingga menyebabkan dirinya dipenuhi hasrat seksual yang berlebihan. Delta mengancam akan membeberkan kelakukan Putrinya yang gemar menyiksa pelayan dan memotong gaji sewenang wenang juga. Kalau itu sampai bocor keluar istana bukan hanya nama Bella juga tapi juga nama keluarga Kerajaan yang akan dipertaruhkan.
"Baiklah, aku akan menikahkan Putriku dengan Putra Mahkota Hela dari Kerajaan Tamim."
Delta tersenyum sinis, itu adalah sarannya sendiri waktu Delta masih memikirkan Bella sebagai adiknya yang berharga. Tapi Bella sudah menyinggung hal yang paling dibenci Delta dan menyebabkan traumanya masa lagunya uang menyakitkan.
"Tidak! Nasib itu terlalu baik untuknya."
Raja Xevenoa sekarang sedikit terdistorsi wajahnya. Bella adalah anaknya yang berharga dari selir yang dicintainya. Setelah meninggal, dia bergantung kepada Kakaknya untuk bertahan hidup di tempat yang penuh dengan pengorbanan darah. Tapi Kakaknya juga simpang siur dikabarkan meninggal. Jadi Bella tidak punya siapa siapa. Alasan Raja selama ini membiarkan Bella bertindak sewenang wenang adalah murni dia ingin membiarkan Anaknya yang cantik itu sedikit terhibur. Tak disangka hari ini berakhirnya kehidupan Putrinya.
"Lalu apa saranmu Duke?"
Sang Raja tahu, Duke Delta telah menetapkan hukuman untuk Putrinya. Jadi Dia tak perlu membuat hukuman karena Duke Delta pasti akan menentangnya.
"Nikahkan dia dengan Raja Groa!"
Itu adalah hukuman yang kejam. Raja Groa sudah memiliki 10 istri, jadi untuk mengirim Bella ke padang pasir yang jauh untuk dijadikan istri ke 11 nya. Raja Xevenoa sedikit kesal dengan keputusan Duke Delta.
"Pikirkanlah. Sebentar lagi perang akan pecah. Kerajaan Birud butuh senjata yang tajam dari Kerajaan Groa."
Ucapan Duke Delta memang benar.
"Mengapa tak menikahkannya dengan Pangeran saja disana?" Raja Xevenoa sedikit menawar keputusan Duke Delta.
"Kau ingin Putrimu cepat mati? Pangeran disana kejam dan tengH bertarung memperebutkan tahta. Hanya posisi istri Rajalah yang akan menyelematkannya."
Meski kesal Raja Xevenoa menurut kemauannya Duke Delta.
Raja Xevenoa menatap Putrinya.
"Terimalah itu dengan lapang dada." Raja lalu beranjak pergi.
"Tidak Ayah... kumohon... Baginda...." Bella masih memohon. Dia benar benar menjatuhkan harga dirinya di depan Ayahnya. Tapi Raja tak bergeming dan masih bersikukuh dengan keputusannya.
Dengan segera, Bella diberangkatkan ke padang pasir untuk menemui kehidupan barunya.
***
Paula pergi ke kediaman Ayahnya untuk menangkap dirinya. Dia juga rindu untuk bertemu Ayah dan Kakaknya. Sepanjang perjalanan, Paula hanya memqndangi jendela kereta. Pikirannya berkelana entah kemana.
Sesampainya di kediaman, Paula langsung menuju kamar Ayahnya karena kata pelayan yang disana Count Fide sedang tidak enak badan.
Paula melihat Ayahnya terbaring diatas kasur. Badannya mengurus dan wajahnya terlihat lebih berkeriput.
"Ayah...." Panggil Paula pelan, Dia duduk di tepi ranjang Ayahnya.
Count Fide yng mendengar namanya disebut itu oun bangun. Matanya membuka meski lemah.
"Paula..." akhirnya dia sadar siapa yang dilihatnya. Dia berusaha bangun tapi Paula menahannya.
"Ayah tidur saja, tidak papa... tidak usah bangun." Paula memaksa. Tapi Count Fide tak kalah keras kepala, dia akhirnya terduduk dengan penumpang bantal di belakang punggungnya.
"Ayah sakit apa?" Tanya Paula kepada Ayahnya.
"Ayah hanya lelah saja Paula. Tolong jangan khawatirkan Ayah."
Hati anak mana yang tak mengkhawatirkan orang tuanya jika mereka terlihat lebih kurus hanya dalam beberapa bulan.
"Dimana Kakak?"
"...." Lama sekali, Count Fide tak sanggup menjawabnya.
"Ayah?" Paula tentu penasaran karena Kakaknya tak terluhat batang hidungnya.
"Petra sudah tidak pulang lebih dari satu bulan."
Pernyataan Ayahnya itu membuat Paula kaget. Bagaimana bisa? Ayahnya itu pasti stress dan kebanyakan pikiran hingga daging di badannya meninggalkannya.
"Kenapa Ayah tidak mengabariku?"
Count Fide tahu betul, kalau anaknya Paula pasti juga akan kepikiran. Padahal dia adalah pasangan yang baru menikah. Dia takut membebani Paula.
"Tidak papa... Ayah akan mencarinya." Count Fide bersikeras menolak pertolongan Paula.
"Apa yang Ayah pikirkan. Dia Kakakku, jelas aku juga khawatir kepadanya. Bagaimana dia bisa bertahan hidup diluar sana."
Petra, seumur hidup selalu jadi Tuan Muda. Sebagai orang yang akan mewarisi gelar Count nantinya, dia hanya mendapatkan pendidikan untuk bekal hidupnya. Dia tidak pernah susah meski Count tidak terlalu kaya. Mereka punya pabrik pembuatan kain tenun yang sebelumnya beroperasi dengan bagus. Penghasilannya cukup untuk membiayai hidup mereka dengan tidak terlalu mewah tapi juga tidak miskin. Singkatnya, mereka hidup dengan berkecukupan. Tapi badai datang saat Petra ditipu temannya. Pabrik itu terpaksa harus dijualnya.
"Jangan Paula, kamu juga pasti sudah banyak bersusah disana. Seorang diri tinggal di tempat orang dan jauh dari orang tua."
Paula memegang keningnya. Masalah di hidupnya itu gemar sekali mampir ke keluarganya.
"Kalau Ayah sudah mencari. Apa Ayah sudah menemukan Kakak?"
Count Fide malu kepada Paula karena usahanya tak membuahkan hasil. Dia (Count Fide) menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Kakak bisa tidak pulang? pasti ada penyebabnya kan."
Saat itulah Count Fide menceritakan awal mula pertengkarannya dengan anak pertamanya kepada Putrinya.
"Huh..." Paula mengulang nafasnya.
Dua duanya sama sama keras kepala. Paula tahu kalau Ayahnya hanya tidak ingin Kakaknya tertipu lagi, sedangkan Petra sang Kakak mau membuktikan diri.
"Tidak papa Ayah. Paula akan membantu sebisa mungkin."
Paula menyelami pikirannya. Dalam kasus ini Dia tidak mau bilang kepada suaminya dan menambah daftar hutang budinya. Tapi dia juga tak punya cukup uang untuk menyewa detektif dalam mencari Kakaknya. Satu satunya uang yang dia punya hanya... 'Tunggu...' Paula mengingat kembali omongannya dengan Gery. Sebagai istri, Paula diberikan uang insentif bulanan sebesar 5 juta setiap bulannya. Itu artinya dia sudah punya uang 10 juta. Pasti cukup untuk pergi mencari Kakaknya.
"Ayah jangan banyak pikiran ya." Hibur Paula.
Count Fide hanya mengangguk pasrah.
"Ayah juga kalau sakit, tolong kabari aku. Hatiku sakit melihat Ayah seperti ini."
Count Fide tidak mau membuat anaknya susah karenanya makanya dia menyimpan semua sendiri.
"Ayah adalah satu-satunya orang tuaku. Jadi tolong jangan abaikan aku."
Paula mencium punggung tangan Ayahnya. Count Fide membalasnya dengan mengusap kepala Paula dengan lembut.
"Semoga kamu berbahagia selalu Paula."
Paula kemudian mendongakkan wajahnya dan tersenyum.
Masih berlanjut atau sudah tamat?? Authornya 😁😁
Udah naik 2 Kg pas sakit Turun 3 Kg,kan Ngeselin 🤦🏿
Orang Miskin hanya bisa Gigit jari kalo di Hina,jadi udah ga Aneh lagi Miskin selalu Salah di mata Hukum mana pun 😓.