Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Menakhlukan Geon
Geon tidak menanggapi permintaan yang menjadi tangisan Anita.
"Maafkan Mama, Geon. Mama hanya manusia biasa yang bisa khilaf. Mama berjanji tidak akan melakukannya lagi." Anita berlutut dengan air mata dan air hidung yang tidak bisa berhenti mengaliri wajahnya.
"Ma, berdiri lah! Dia tidak pantas untuk diperlakukan seperti itu!" teriak Jonathan dengan wajah nanar tidak menerima ibunya berlaku demikian.
"Apa yang kamu katakam Nathan? Ayo, kamu juga berlutut padanya! Agar dia mau memaafkan kesalahan yang telah kita perbuat." bujuk ibunya dalam tangisan.
"Aku tak sudi!" Jonathan membuang mukanya, urat-urat di keningnya keluar muncul dari kulitnya yang berwana kuning langsat. Lirikan tajam di ujung matanya, menatap Geon yang menerima beberapa map dari tangan Bram, sekretari pria yang memiliki tubuh tinggi itu.
"Ini adalah benda yang kalian curi dariku. Sebenarnya kalian sangat pantas mendekam di penjara!" Suara bariton nan berat tetapi tegas, membuat kedua orang itu tersentak.
Anita mengerutkan kening, kedua alisnya mengerut dengan bibir bergetar, ia menggelengkan kepala. "Mama mohon, kamu jangan begitu kepada kami. Bagaimana pun juga, kita ini pernah tinggal bersama lebih kurang selama tujuh tahun."
Geon masih menatap mereka dengan tajam, bibirnya terulas senyuman tipis yang benar-benar membuat hidung Jonathan, kembang kempis dengan cepat.
"Hentikan, Ma! Jangan memohon kepadanya!" Jonathan bergerak mencoba melangkah. Namun, tangannya ditarik semakin kuat oleh dua orang bertubuh tinggi dan berotot itu. Sehingga, membuat Jonathan berjalan di atas angin.
Jonatan mengankat kedua kakinya menyipak angin mengarah kepada Geon. "Awas kau kurang ajar! Kau akan merasakan apa yang telah kau perbuat kepada kami!" rutuknya menggelegar.
"Apa yang aku perbuat? Bukan kah aku ini terlalu baik kepada kalian?"
"Ada apa ini?" Terdengar suara seorang perempuan muda terheran menyaksikan kejadian ini.
Perempuan cantik yang baru datang itu tak lain adalah Lenanda. Wajahnya terlihat heran, mendapati apa yang sedang terjadi di tempat ini.
"Sayang, apa yang kamu lakukan?" Lenanda mendapati Geon berdiri bebas bersama sekretarisnya, Bram. Dia menyimpulkan, ini semua adalah ulah dari kekasihnya itu.
"Kamu? Kenapa kemari? Aku memiliki urusan penting dengan mereka. Kamu jangan ikut campur!"
"Lenanda, akhirnya kamu datang, Sayang. Tante mohon, tolong buat Geon menyadari apa yang diperbuatnya kepada kami. Tolong lah kami."
Kali ini, Anita memasang wajah yang sangat sedih. Dia memohon dengan tangis pilu membujuk Lenanda agar mencegah Geon melakukan sesuatu di luar batas.
Lenanda berjalan mendekati Geon. "Sayang, apa yang terjadi? Kenapa kamu melakukan itu kepada mereka? Mereka adalah keluargamu?"
Geon menatap dingin wajah Lenanda. "Jadi, kamu lebih membela mereka dibanding aku?"
"Bulan begitu! Aku hanya tidak mau kamu menjadi pria berdarah dingin yang berlaku keji terhadap keluargamu sendiri."
Lenanda memeluk Geon dari belakang. "Apa pun kesalahan mereka, maafkan lah! Karena, saat ini dia adalah keluargamu yang tersisa."
Wajah Geon berubah datar dengan seketika. Dia melepaskan kedua tangan Lenanda yang memeluknya dari belakang. Dia berjalan meninggalkan Lenanda memberi kode agar Bram mengikutinya.
"Lenanda, Lenanda sayang. Tante mohon, kamu bujuk Geon berhati sedingin es itu untuk melepaskan kami. Kami memang salah, tetapi dia tidak pantas berlaku seperti ini kepada kami berdua." Anita memasang wajah yang membuat Lenanda terasa hiba. Lalu ia menganggukkan kepala.
Lenanda melangkah menuju arah Geon dan Bram tadi berjalan. Dia mendengar obrolan mereka yang begitu serius.
"Suruh mereka melempar kedua orang itu keluar dari rumah ini. Blokir semua fasilitas keuangan yang telah kuberi. Biar kan mereka hidup terlunta bagai gembel agar mereka tahu, telah salah mempermainkanku!"
Bram menganggukkan kepalanya. "Baik, Pak. Saya akan melaksanakan semua tugas yang Anda berikan." Bram keluar meninggalkan mereka berdua.
"Sayang, kamu jangan berlebihan seperti itu! Kasihan sekali mereka. Biar Kan saja mereka!"
Geon melirik dingin Lenanda. "Kenapa kamu membela para pengkhianat itu?"
Lenanda bergerak cepat mendekati kekasihnya yang dingin itu. Dia langsung memeluk tubuh tinggi kekasihnya yang memiliki wajah tampan, meski sangat dingin.
Lenanda berjinjit menarik pipi pria tinggi itu. Dengan agresif tanpa malu, Lenanda mengecup bibir Geon. Awalnya pria itu kaku, tetapi akhirnya terpancing juga membalas ciuman Lenanda dengan sedikit kasar membuat gadis cukup sesak mengimbangi permainan prianya ini.
Setelah usai, dengan sedikit tersengal Lenanda tersenyum jahil meraba dada bidang pria yang sangat rajin berolah raga di Gym ini.
"Semakin marah, ciumanmu semakin panas, Sayang. Tapi aku suka kok." Lenanda kembali memeluk Geon mengusap punggungnya.
"Sekarang kamu udah adem belum?"
"Kenapa kamu selalu seperti itu menyerahkan semuanya kepadaku?"
"Karena kamu sangat berharga bagiku, meski aku tahu, kamu tidak menganggapku lebih berharga dibanding pekerjaanmu."
Lenanda melepaskan pelukannya kembali meraba dada bidang pria yang telah lama dikencaninya ini.
"Kamu jangan begitu dengan mereka, jangan lah menjadi pria kejam seperti itu. Apalagi tante Anita sudah cukup tua jika kamu perlakukan demikian."
Wajah Geon kembali menjadi kaku. Dia diam mendengarkan setiap apa yang akan disampaikan oleh Lenanda.
"Setidaknya, selama ini kalian sudah hidup bersama menjadi keluarga. Jika kamu membencinya, tetapi jangan menghakimi mereka. Karena hakim bertugasnya di pengadilan, bukan di rumah keluarga Abraham ini."
Lenanda mengelungkan kedua tangannya pada leher Geon. Geon menopang pinggang Lenanda. Lenanda selalu seagresif ini setiap menggodanya.
Gadis berusia dua puluh tahun itu kembali memancing Geon dengan serangan kecupan pada leher Geon. Geon menatap nanar pada Lenanda, melepas tangannya yang tadi menahan pinggang gadis mungil itu.
Tidak hanya itu, Geon melepaskan tangan Lenanda yang menggelantung di lehernya. "Kamu jangan begini! Aku masih ingat dengan cita-citamu menjadi dosen. Jadi, kamu tidak boleh seperti ini!"
Geon membelakangi Lenanda memegangi leher yang dikecupi oleh Lenanda tadi. Tidak dipungkiri ada sesuatu yang muncul di dalam dirinya. Sebagai pria baik-baik, ia masih mencoba untuk mengendalikan diri.
"Apa yang membuatmu menolak pemberianku? Aku ikhlas memberikan semuanya untukmu. Karena aku tahu, kita akan menikah nantinya."
Lalu Lenanda kembali menjalar menggeliat dalam dada Geon. "Mereka tidak akan tahu jika aku tidak hamil kok. Tapi jika aku hamil, ayo kita menikah saja."
Lenanda membuka beberapa kancing bagian atas kemeja pria itu, yang masih rapi terpasang di dalam jaa berwarna cream.
Lenanda memasukan tangannya meraba-raba kulit dada pria itu dengan lembut. Geon terpejam merasakan sentuhan demi sentuhan itu membuat hasrat yang tersembunyi melambung tinggi.
"Ayo, maafkan lah mereka? Jika tidak, aku akan melepaskan semua pakaianku dan aku akan menyerangmu. Aku tidak peduli jika kamu mengatakan aku ini adalah seorang wanita murahan."
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???