Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.
Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.
Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.
"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.
"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.
Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.
"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.
Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Putusan Mahreeen
Pagi itu terasa lebih berat dari biasanya bagi Mahreeen. Kelelahan fisik dan emosional yang terus menumpuk seakan membuat napasnya terengah. Sejak fajar menyingsing, dia telah melaksanakan shalat Subuh di rumah sakit, memohon dengan sepenuh hati agar Hanin diberi kesembuhan. Setiap tetesan air matanya disertai doa yang tulus.
Ya Allah, aku meminta welas asihmu ya Rob! Meminta kesembuhan Hanin anakku dan aku meminta kemudahan untuk mendapatkan biaya yang sangat besar ini. Aku sangat percaya dengan ketentuanmu. Aku sangat percaya bantuan dan pertolongan akan datang. Jangan buat aku tersika lebih dari ini ya Allah, hamba ini mengadu dan pasrah dengan sujudku ini.
Andai bisa di gantikan posisinya padaku aku rela ya Rob, dia masih sangat kecil untuk merasakan sakit atau bahkan untuk engkau ambil. Hamba ini sebagai ibunya belum cukup bisa membuatnya bahagia jangan ambil dulu, ya Rob.
Namun, belum selesai Mahreeen berdoa, tiba tiba tubuh Hanin mulai kejang.
"Dokter!!! Dokter!!!" Mahreeen terkejut dan berteriak memanggil suster dan memencet tombol merah di atas tempat tidur Hanin.
Tim dokter segera masuk dan berusaha menangani Hanin dengan cepat. Mahreeen hanya bisa berdiri di sudut ruangan, melihat anaknya yang masih kecil berjuang untuk bertahan hidup dengan segala alat medis yang terpasang di tubuhnya. Ketika akhirnya keadaan sedikit stabil, Mahreeen memohon izin untuk terlambat bekerja karena harus menunggu perkembangan lebih lanjut dari dokter.
Ya Allah!! Tolong selamatkan anakku, akan aku lakukan demi menyelamatkan. Tolong jangan ambil dia dulu dariku, aku ingin membuatnya bahagia. Batin Mahreeen yang sudah keluar air matanya di depan pintu ruangan Hanin.
Beberapa jam berlalu, dokter yang menangani Hanin memanggil Mahreeen ke ruangannya. Dengan suara pelan, dokter tersebut memberikan kabar yang menghancurkan hati Mahreeen.
"Ibu Mahreeen, kami minta maaf, tapi kondisi Hanin semakin kritis. Kami prediksi dia hanya bisa bertahan selama dua hari, mungkin lebih, mungkin juga tidak. Ini hanya perkiraan manusia, tapi kami akan berusaha sebaik mungkin. Hanya keajaiban dari Tuhan dan perbanyaklah berdoa," jelas Dokter.
Seperti terhempas ke dalam jurang, air mata Mahreeen jatuh tanpa bisa dibendung.
Tidak mungkin... Hanin... Anakku...batinnya terus merintih.
"Akan saya usahakan secepatnya, Dok," ucap Mahreeen yang sudah meneteskan air matanya yang teramat sedih mendengar kabar ini.
"Lebih cepat lebih baik, Bu. Ini bukan main main, ini sangat penting demi anak Ibu," jelas Dokter.
Bukan tidak ada bantuan dari rumah sakit, Mahreeen sudah mendapatkan banyak keringanan dan bantuan dari dokter tersebut karena ingat dengan anaknya dulu tapi sayangnya telah tiada. Biaya sebelumnya sudah mencapai 100 juta, tapi Mahreeen hanya membayar 50 juta, sisanya di bantu olehnya.
"Bail, Dok. Terima kasih," pamit Mahreeen.
Dia meninggalkan ruang dokter dengan perasaan hancur, kembali ke NICU untuk melihat anak bungsunya yang berjuang antara hidup dan mati. Selang selang yang terpasang di tubuh kecil Hanin seolah menjadi simbol penderitaan yang semakin dalam bagi Mahreeen.
Sementara itu, suaminya, Peros, tidak pernah hadir di rumah sakit. Peros selalu memilih berada di rumah, melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci atau menyiapkan makanan. Bagi Mahreeen, Peros sudah tidak lebih dari seorang "majikan" yang selalu menuntut bagiannya setiap hari. Bahkan, saat Mahreeen menelepon untuk memberi kabar tentang kondisi Hanin, tanggapan Peros justru semakin menyakitkan.
"Mahreeen, kamu tahu kan solusinya. Setujui saja tawaran bosmu itu! Kalau perlu, biar aku ceraikan kamu. Yang penting, aku bisa dapat uang dan jaminan hidup!" jawab Peros tanpa perasaan.
Tega kamu Peros!!! Menjualku demi uang! Batin Mahreeen.
Mahreeen terdiam mendengar kata kata suaminya. Hatinya remuk. Dia tidak pernah menyangka bahwa orang yang seharusnya berdiri di sisinya dalam saat saat sulit seperti ini justru semakin menambah beban hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa tetap kuat menghadapi semua ini? Di saat yang sama, hidup Hanin tergantung pada keputusannya.
"Jangan salahkan aku Peros! Jika harta yang kamu pilih dan kami semuanya pergi darimu, meninggalkan kamu sendirian," ucap Mahreeen.
"Aku hanya butuh uang tidak dengan kalian yang sangat menyusahkanku, paham!" bentak Peros lalu mematikan telpnya sepihak.
Ya Allah, ujianmu sungguh sangat berat yang terjadi padaku ini, apakah aku harus melakukannya? Apakah ini yang terbaik? Batinnya.
Telepon Mahreeen kembali berdering, dan menyadarkan di dari lamunannya kali ini dari Poppy, rekannya di kantor.
"Mahreeen, kita ada meeting penting untuk peluncuran produk baru. Kamu bisa datang?" tanya Poppy dengan nada cemas, seolah tahu bahwa Mahreeen sedang dalam kondisi yang sulit.
"Ya, aku akan kesana sebentar lagi," jawab Mahreeen
Mahreeen menarik napas panjang dan memutuskan untuk tetap hadir di kantor. Dia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya, walaupun pikirannya sepenuhnya berada di NICU bersama Hanin. Setibanya di kantor, Mahreeen mencoba fokus, tetapi segala sesuatu terasa kabur.
Saat meeting berlangsung, dia bahkan tidak menyadari apa yang dibahas. Hanya suara Poppy yang menyelamatkannya, menjelaskan kembali isi meeting saat mereka keluar dari ruang rapat.
"Kamu sakit, Mahreeen?" tanya Poppy.
"Tidak, hanya kondisi yang lemah saja. Butuh amunisi lebih," bohongnya.
"Baiklah, ayo kita cari amunisi," ajak Poppy yanh tidak mau mendesaknya.
Di lobi kantor, langkah Mahreeen terhenti ketika matanya bertemu dengan tatapan Manaf. Dalam hati, ada perasaan campur aduk yang tidak bisa dia jelaskan.
"Manaf... Hanya dia yang mungkin bisa menyelamatkan Hanin." pikiran itu terus berputar di kepala Mahreeen.
"Kamu duluan Poppy, aku ada perlu sebentar," bisiknya.
Tanpa menunggu lebih lama, dia menyusul Olaf, asisten Manaf, dan meminta bertemu dengan bosnya.
Manaf, yang berada di ruangannya, segera mempersilakan Mahreeen masuk. Ketegangan antara keduanya terasa nyata, tapi tidak ada kata kata yang bisa menggambarkan pergolakan batin Mahreeen.
"Pak Manaf," suara Mahreeen terdengar lirih, nyaris pecah. "Saya ingin bicara tentang tawaran Anda." lanjutnya.
Persetan dengan harga diri! Aku harus berani demi Hanin! Batin Mahreeen memberanikan diri.
Manaf menatapnya dengan tenang, tetapi dalam tatapannya ada sesuatu yang menyiratkan bahwa dia tahu keputusan besar akan segera dibuat.
"Aku tahu ini tidak mudah, Mahreeen. Tapi aku tidak akan memaksa. Pilihan ada di tanganmu." ucap.Manaf.
Mahreeen mengangguk pelan.
Hening suasana disana kembali, Mahreeen masih mengumpulkan keberaniannya untuk memberikan jawabannya. Sebuah langkah yang tidak main main bahkan ini akan menentukan nasibnya dan anak anaknya, bahkan rumah tangganya.
Di dalam hatinya, perdebatan terus terjadi. Bagaimana mungkin dia harus membuat keputusan sebesar ini hanya demi uang? Namun, di sisi lain, hidup Hanin terancam. Dalam diam, Mahreeen memohon pada Tuhan, berdoa agar keputusan yang dia ambil bukanlah keputusan yang akan menghancurkan hidupnya selamanya.
...****************...
Hi semuanya!!! Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini ya.
bentar lagi up ya di tunggu
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.