Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Penuh Gairah
Arkana berada di rumah sakit saat ini, dia memiliki jadwal operasi yang harus di selesaikannya. Setelah meninggalkan Jingga bersama pria sewaan itu, dia tampak tidak peduli sama sekali.
Persiapan ruang operasi telah siap untuk di gunakan, sekitar sepuluh menit lagi operasi pencangkokan jantung pada pasien orang dewasa akan dilaksanakan.
“ Gawat dok, dokter Zidan mengalami kecelakaan.” Nisa baru saja memberitahu Arkana tentang kabar dokter bedah toraks yang memimpin operasi.
“ Dokter bedah toraks siapa saja yang bertugas hari ini selain dr Zidan.?” Tanya Arkana.
“ Dokter Zidan kecelakaan, dokter Karina sedang tugas keluar kota, dan dokter Qania juga belum kembali dari tugas relawannya.” Jawab Nisa.
“ Kita kekurangan dokter di rumah sakit ini, pasien harus segera di operasi secepatnya.” Ucap Arkana yang mulai kebingungan di buatnya.
“ Arkana.” Panggil seseorang berhasil membuat pria itu menoleh setelah mendengar suara yang taka sing.
“ Dokter Qania.?” Nisa ikut terkejut melihat kehadiran wanita itu di rumah sakit.
“ Kebetulan sekali, dokter kumohon untuk ikut dalam operasi pencangkokan hari ini. Dokter Zidan yang memimpin operasi mengalami kecelakaan dan kita membutuhkan dokter bedah toraks.” Sahut Nisa yang menghampiri Qania dengan penuh harap.
Qania cukup terkejut mendengarnya, padahal dia datang ke rumah sakit untuk memberikan laporan hasil relawan dan tidak menyangka di saat ini dia di minta untuk memimpin operasi.
“ Bagaimana Ar? Kamu nggak keberatan kalau aku yang memimpin operasinya kan?” Tanya Qania menatap Arkana.
“ Mau bagaimana lagi, kita nggak ada orang lain selain kamu sebaiknya kita segera melakukan operasinya.” Balas Arkana terlihat cuek.
“ Ya sudah, aku akan menangani operasinya.” Kata Qania kemudian.
**
Operasi sudah berjalan selama hampir satu jam setengah, Arkana terlihat memperhatikan Qania yang sedang fokus melakukan pembedahan pada tubuh pasien.
Semua orang di rumah sakit sudah tahu seperti apa hubungan Qania dan Arkana sebelumnya, sehingga mereka yang berada di ruangan itu menyadari aksi Arkana saat diam-diam memperhatikan Qania dengan tatapan teduhnya.
Tugas Qania dalam melakukan pembedahan telah selesai dan selebihnya dia serahkan pada dokter lain yang memiliki perannya masing-masing, saat Qania menyingkir dan dia menoleh di hadapannya masih terlihat Arkana yang memperhatikannya.
Kedua mata Qania tampak terangkat yang menandakan dia sedang tersenyum meskipun terhalang oleh masker medis. Arkana kemudian tersadar dan mengalihkan pandangannya dengan cepat.
Setelah beberapa jam kemudian akhirnya operasi selesai di lakukan, semua orang yang turut dalam operasi hari ini merasa berterima kasih atas keikutsertaan Qania dalam menyukseskannya.
“ Terima kasih ya dok, nggak kebayang gimana jadinya kalau nggak ada dokter Qania.”
“ Iya nih, hampir aja pasien lewat kalau nggak segera di operasi.”
“ Sama-sama dok, lagi pula saya kan dokter di rumah sakit ini. Sudah tugas saya mengisi tempat yang kosong jika ada dokter yang tidak bisa mengatasinya.” Ucap Qania tersenyum simpul.
Lalu setelah itu terlihat Qania yang mendapati Arkana keluar dari pintu lain, sejak tadi Arkana memang diam dan hanya meliriknya saja. Kemudian Qania ikut menyusulnya setelah dia dan para dokter lain selesai melepas atribut operasi mereka.
“ Ar, tunggu.” Sahut Qania namun tak membuat langkah pria itu berhenti.
Karena tak kunjung di gubris akhirnya Qania mempercepat langkahnya dan menarik pundak Arkana untuk dia bisa melihat wajah Arkana saat ini.
“ Kamu kenapa sih, cuek banget. Kita udah nggak ketemu dua bulan loh. Jangan cuek gini dong.” Ucap Qania menatapnya lurus.
“ Kamu udah boleh pergi sekarang, ini bukan jam kerja kamu kan.” Balas Arkana tanpa menatap wajah Qania.
“ Ya terus kenapa kalau aku mau berlama-lama di rumah sakit, lagian aku kangen sama kamu dan yang lain.” Ujar Qania terlihat membuat Arkana terkejut mendengarnya.
Qania menepuk jidatnya pelan, dia melupakan sesuatu yang begitu penting hingga membuat dirinya langsung berdiri di hadapan Arkana sambil menyodorkan tangannya.
“ Selamat ya atas pernikahan kamu, maaf waktu itu aku nggak bisa datang.” Katanya dengan senyum yang merekah.
“ Nggak usah kasih aku selamat.” Arkana melewatinya begitu saja dan membuat Qania terpaku di tempatnya beberapa saat.
Qania menoleh menatap punggung Arkana dengan tatapan sayu, lalu senyuman yang terlihat di wajahnya barusan perlahan memudar menjadi sendu.
**
Wanita itu sudah berada di rumah dan duduk di depan meja riasnya sambil melamunkan sesuatu, rambutnya basah sehabis keramas dan dia tidak ada niat untuk mengeringkannya menggunakan hair dryer.
Jingga masih memikirkan kejadian di hotel hari ini, sejak tadi dia belum keluar dari kamar dan menunggu kedatangan suaminya. Sekarang sudah pukul 12 malam, dan entah kenapa Arkana tak kunjung pulang-pulang. Selang beberapa saat kemudian terdengar suara bibi diluar sana yang memanggil namanya.
“ Ada apa bi.?” Tanya Jingga ketika dia baru saja membuka pintu kamar.
“ Tuan Arkana sudah pulang, tapi beliau mabuk berat non.” Jelas Bi Inah.
“ Dimana dia sekarang.?”
“ Sudah di bawa pak Jefri ke kamarnya.”
Jingga segera berlari dari kamarnya menuju kamar Arkana, dia bertemu Jefri di dalam dan pria itu menjelaskan bahwa hari ini Arkana pergi ke club dan dia mabuk berat disana.
“ Serahkan sama saya pak, saya bisa kok urus mas Arkana sendiri.” Ucap Jingga dan akhirnya semua keluar meninggalkannya berdua bersama Arkana.
**
Arkana membuka kedua matanya dengan susah payah, entah mengapa dia merasa begitu sulit melakukannya dengan sempurna. Kini dia sudah terbiasa mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian dia melihat sekitar ruangan yang tidak asing.
“ Arkana.” Suara itu berhasil membuat Arkana terkejut, terlebih lagi saat dia melihat seorang wanita yang berdiri di sampingnya dan menatapnya dengan senyuman.
“ Qania.?”
Wanita di hadapannya duduk di samping tempat tidur Arkana, kemudian dia menyentuh wajah Arkana dengan ekspresi yang khawatir. Tangan Arkana menyentuh tangan wanita itu dan entah mengapa dia merasa ingin menyentuhnya lebih dari itu.
“ Aku nggak mau kita pisah, tapi kenapa kamu tinggalin aku begitu aja.” Ucap Arkana yang terlihat langsung sedih.
“ Aku nggak akan pernah tinggalin kamu.” Balasnya sontak membuat Arkana mengangkat wajahnya dengan terkejut.
Arkana merasa sangat senang mendengarnya, dia tersenyum sesaat sebelum menarik tubuh wanita itu ke atas tempat tidur. Arkana yang berada di atas terlihat menatap wajah wanita yang ada di bawahnya.
“ Aku sayang sama kamu Nia.” Arkana kemudian mendekatkan wajahnya dan mulai mencium bibir merah muda Qania.
Malam itu menjadi malam yang panas bagi mereka berdua, Arkana menunjukkan sisi jantannya yang tidak pernah dia tunjukkan pada siapapun. Selama 30 tahun Arkana hidup, dia baru merasakan kebahagiaan seperti ini yang membuatnya merasa tidak ingin berakhir dengan cepat.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.