Nama gue Arin.Umur dua puluh tahun. Gue hanya gadis miskin .Keinginan gue hanya satu yaitu menaikkan derajat hidup keluarga gue agar tidak dihina dan direndahkan.Gue bekerja sebagai buruh pabrik di siang hari ,sore harinya gue kuliah. Jalan hidup gue penuh dengan liku-liku dan jalan terjal. Banyak cobaan cacian dan makian . Tapi gue tidak akan patah semangat walaupun gue terjatuh berkali-kali gue akan terus bangkit. Ini hidup gue ,dan gue akan terus bangkit dan berjalan menuju cita-cita dan cinta gue. Yuk ikuti dan lihat perjalanan hidup gue untuk memperjuangkan cita-cita dan cinta gue. Karena disitu akan penuh dengan canda tawa dan air mata juga tentang persahabatan yang abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Akhirnya Fian tahu
Dokter Bara sudah pergi. Kini tinggal bunda sendiri. Bunda merebahkan badan di sofa. Dia merasa sangat capek dan mengantuk. Belum juga matanya terpejam, terdengar orang mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum.." Pintu terbuka. Fian dan teman-temannya masuk ke dalam ruangan.
"Wa'alaikumsalam.., kalian kok bisa sampai di sini . Siapa yang memberitahu tentang Arin ada disini?" Bunda terkejut melihat kedatangan Fian dan teman-temannya.Dia bangun dari tidurnya dan duduk di sofa.
" Iya bun tadi Rama yang memberi tau kalo Arin di rawat di rumah sakit. Bagaimana keadaan Arin bund?" Fian menyalami bunda diikuti yang lainnya. Kemudian Fian mendekati tempat tidur Arin. Yang lain juga mengikuti apa yang dilakukan Fian. Mereka sedih melihat keadaan Arin yang terbaring tidak berdaya.
"Ini siapa ya , bunda belum kenal." Bunda bertanya kepada Ai dan Via . Wajahnya terasa asing di mata bunda.
"Saya Ai dan ini Via. Kami teman Arin juga sewaktu SMA tante." Ai menjawab pertanyaan bunda. "Kami berdua pernah main ke rumah lho Tan, Tante pasti lupa."
"Oh ya? Mungkin karena sudah lama jadi bunda tidak ingat . Maafkan bunda ya. Jangan manggil Tante, panggil bunda saja, seperti yang lainnya."
" Baik Tante. Eh bunda.Maaf belum terbiasa. Maaf kalo boleh tau, Arin bisa seperti ini karena apa ya bund?" Via ingin mengetahui apa yang sebenarnya dialami Arin.
Fian mendekati bunda. Dia memeluk bunda. Fian merasa sedih melihat bunda, sepertinya bunda tidak ingin menjawab, terlihat bunda mengambil nafas panjang dan setetes air mata menetes dari mata bunda.
"Karena ditusuk orang ." Bunda menjawab sambil menyeka air matanya. .
" Kok bisa, bagaimana ceritanya?" Nando juga mendekati bunda. Dia mengelus tangan bunda. Fian dan Nando memang sangat dekat dengan bunda.
"Kemarin sore Arin mau di rampok, tapi keburu ketahuan orang yang lewat, banyak orang yang datang menolong, perampoknya panik dan menusuk Arin." Bunda menjelaskan apa yang terjadi dengan Arin.
"Astaghfirullah , Kasian Arin." Mereka berempat berkata bersamaan.
"Maaf bund, apa perampoknya sudah ditangkap." Fian bangun dan mendekati Arin. Di pandang nya wajah Arin yang tiba-tiba terlihat begitu sedih. Dielusnya tangan Arin dengan pelan.
"Sudah, tiga orang . Mungkin kalian juga mengenal pelakunya."
"Siapa bund? Kita mengenalnya bun? Apa orang kampung kita?" Fian tidak sabar ingin tau siapa yang menusuk Arin.
"Omed , Maul dan Asep, Kenal mereka kan? Bukankah mereka suka nongkrong di pertigaan deket ruko sono?" Bunda bercerita kepada mereka berempat semua yang dialami Arin. Bunda terlihat sangat sedih.
" Apa? Omed? " Mereka berempat sangat terkejut.
"Kok setega itu si?" Ai berkata pelan. Tentu mereka semua tidak percaya. Tapi apa mungkin bunda bohong.
"Masa si. Bukannya Omed menyukai Arin ya?" Via berbisik di telinga Ai. Ai mengangguk ." Kok tega ya? " sambung Via masih dengan suara pelan, takut bunda mendengar suaranya.
Muka Fian sudah merah .Dia terlihat sangat marah ."Awas lo Med, lihat nanti."
"Sabar Fian..Omed sudah ditangkap, sudah ada hukumanannya sendiri." Nando menepuk bahu Fian. "Jangan main hakim sendiri." Tamban Nando.
"Bunda maaf mau tanya, bukankah Arin cuma kena tusuk di perut ,kok sampai saat ini belum sadar juga?" Ai mendekati bunda dan duduk di sampingnya. Bertanya hati-hati supaya bunda tidak bertambah sedih.
"Itulah yang membuat kita heran ,Nak. Menurut dokter, Arin tidak apa-apa, semua organ tubuhnya normal semua , tidak ada yang bermasalah.Dokter juga heran. Kata dokter mungkin Arin hanya ingin beristirahat." Bunda kembali terlihat sedih.
"Maaf, Bunda jangan sedih . Kami semuanya akan berdoa buat kesembuhan Arin." Via ikut duduk di samping bunda. Tiba-tiba terdengar suara Arin.
"Tidak.. jangan... jangan , sakit..sakit." Arin mengigau lagi. Terus berucap seperti itu. Keringat keluar di wajahnya.
"Kenapa itu Arin? " Mereka terkejut mendengar suara Arin.
Fian langsung mendekat. Dia pegang tangan Arin. " Arin ..ini Fian. Arin jangan takut . Ada Fian yang akan menemani . Arin percaya pada Fian kan."
"Begitulah keadaan Arin. Beberapa kali dia seperti bermimpi buruk sampai mengigau." jawab bunda.
Arin mulai tenang. Senyuman tersungging di bibirnya. Sudah tidak terdengar lagi suara Arin. Fian mengambil tisu dan membersihkan wajah Arin. Semua yang melihat ikut bersedih . Bunda , Ai dan Via meneteskan Air mata. Persahabatan mereka tidak ada yang menandingi. sudah seperti botol dan tutupnya, saling melengkapi dan saling merasakan. Fian menyeka matanya. Dia ikut menangis juga. Dialah yang paling tau keadaan Arin selama ini. Bunda mendekati Fian dan memeluknya.
"Terima kasih Nak. Kamu selalu ada buat menghibur Arin. Dari kemarin wajah Arin terus bersedih . Baru sekarang terlihat ada senyum."
"Tidak perlu berterima kasih bund, Arin bukan siapa-siapa lagi buat Fian. Bunda tau itu kan." Fian membalas pelukan bunda. Bunda semakin tersedu .
"Sudah bund, jangan bersedih. Arin pasti bangun. Arin pasti kembali. Arin sayang sama bunda dan kita sayang sama Arin. Pasti Arin tidak akan tega meninggalkan kita." Nando ikut memeluk bunda .
Di belakang mereka , Ai dan Via juga berpelukan. Walaupun mereka berdua tidak sedekat itu sama Arin , tapi melihat musibah yang dialami Arin, mereka turut prihatin juga. Apalagi setelah tau siapa pelaku perampokan itu. Orang yang menyayangi saja bisa setega itu.
🌸🌸🌸
"Ocha.." Wawan memanggil Ocha yang berjalan sendirian. Biasanya Ocha berdua dengan Arin.
"Iya Wan. Ada apaan.?" Ocha menghampiri Wawan.
"Tumben sendiri, Arin mana?" setelah dekat wawan bertanya tentang Arin.
" Mana gue tahu. Dia tidak masuk.Kata pencatat absen Arin sakit. Apa karena kebanyakan sambal ya. Kemarin kan dia makan bakso sambalnya tiga sendok?"
"Ngaco lo, Arin kan sudah terbiasa makan pedes, Ocha." Wawan menarik Ocha karena dilihatnya ada mobil pengangkut benang lewat dan Ocha hampir saja tertabrak , kalau saja Wawan tidak menariknya . Ocha jatuh ke pelukan Wawan. Dan seperti adegan di film Ocha dan Wawan saling pandang. Lalu mereka tertawa pelan.
" Apaan si , " muka Ocha terlihat merah, menahan malu.
" Hahaha.. kenapa merah muka lo Cha. Malu ya? Santai kalau sama gue, tidak perlu pakai malu segala. Hahaha..." Wawan malah semakin menggoda Ocha.
"Apaan si lo Wan. Siapa yang malu. Gue biasa aja kok. Udah yuk pulang. Apa mau menjenguk Arin sekarang?" Ocha mengalihkan topik untuk mengurangi rasa malu. Padahal dalam hatinya berdebar tidak karuan. Ocha memang suka sama Wawan. Tapi setahu Ocha, Wawan suka sama Arin.
" Besok saja Cha, gue ga bisa , Ada sepupu gue mau main ke rumah . Besok aja sepulang kerja kita menjenguk Arin."
"Baiklah, kalo begitu gue duluan ya. Sampai ketemu besok Wan , Assalamu'alaikum." Ocha mendahului Wawan , dia susah terlanjur merasa malu
" Wa'alaikumsalam.. hati-hati Cha." Wawan tersenyum memandang kepergian Ocha. Sebenarnya dadanya berdebar juga. Selama tiga tahun bekerja dalam satu ruangan dengan Ocha, belum pernah dia merasakan perasaan seperti saat ini. Dia memang tidak pernah memperhatikan Ocha . Walaupun selalu bersama tiap hari. Baru sadar setelah ada kejadian yang tak disengaja terjadi barusan. "Ocha cantik, kenapa jantung gue berdebar saat berdekatan dengan dia. Padahal sudah tiga tahun bersama biasa aja. Taulah ."
" Wooii pulang. Melamun saja. Hm yang terpesona dengan Ocha..hm..cie..cie." Tiba-tiba Joko sudah ada di dekat Wawan .
" Astaghfirullah.. Joko , jantungan gue." Wawan menoleh ke arah suara Joko yang baru datang. "Arin sakit ,besok mau menjenguk dia, lo mau ikut ga" Wawan tidak memperhatikan ejekan Joko.
" Arin sakit? Sakit apa? Ga tau juga. Lihat besok saja. Gue ga bisa janji . Semoga besok bisa ikut. Gue pulang duluan ya." Joko menjalankan motornya mendahului Wawan.
Wawan menjalankan motornya. Dia harus segera pulang. Dia ada janji bertemu saudara sepupunya. Ternyata tempat parkir sudah sepi. Semua karyawan sudah pulang. Dia yang terakhir keluar dari tempat parkir. Wawan lupa ada janji bertemu sepupunya.Dia menjalankan motornya dengan kencang. Supaya saudara sepupunya tidak terlalu lama menunggu.
🌸🌸🌸
Sementara itu Ocha yang tadi telah pulang duluan menghentikan motornya sejenak, di tempat yang dirasa sudah cukup jauh dari lingkungan pabrik.
Dia pegang dadanya yang berdebar . Kejadian tadi membuatnya sesak nafas. Dia tersenyum sendiri merasa malu dengan kejadian tadi. " Semoga ini awal yang baik " ucapnya pelan .
Semoga ya Ocha..
Jangan lupa tinggalkan like dan komen,gift juga boleh.. seiklasnya 🙏🙏🙏
aku menanti mu....
kenapa seperti ini....
🤔🤔🤔🤔
semua masalah ada penyelesaiannya
jangan berbuat konyol ..dan merugikan diri sendiri
karna kau siram dengan kasih sayang mu 😘😘😘😘😘
ngak ngaca apa yg menimpa diri nya 😡😡😡 masih untung selamat dari maut kecelakaan kok gak Sada mulut masih lemes aja
dasar Mak Mak komplek 😡😡😡😡
pada akhirnya penderitaan Arin berakhir seiring dengan hembusan nafas nya juga ikut berakhir....
tega banget kamu thor,,,,
gak kasih kesempatan Arin buat ngerasain kebahagiaan.... 😭😭
kenapa harus meninggalkan
kisah Airin sangat nyenyak didada. rasa rasa nya. jarang ke bahagian menghampiri nya
takdir Airin memilukan.
terus kapan pertemuan di ujung jalan nya 🤗🙏🥰 apa bertemu dokter bara di jembatan siritolmustakim 😭😭😭😭